Minggu, 07 Februari 2021

AISEIWritingChallenge_08022021

Februari 2021 AISEI’s Challenge

#Feb.08AISEI Writing Challenge

 KASIH SAYANG ITU

Oleh: E. Hasanah

 

Persahabatan yang terjalin diantara kita bukanlah kebetulan. Sang pencipta mempertemukan kita dalam komunitas AISEI dan Lagerunal juga atas dasar ijin-Nya. Komunikasi lewat tulisan mendorong kita menjalin persahabatan. Disadari atau tidak, persahabatan ini menimbulkan juga rasa kasih sayang. Aku susah mengungkapkan rasa kasih sayang ini dalam kata-kata. Tapi bisa merasakan rasa kasih sayang persahabatan ini. Contohnya hari ini salah seorang sahabat kita pak Syahri di utara sana tepatnya di Indramayu mengalami kebanjiran, semua sahabat ikut berduka. Ungkapan sedih tertuang dalam tulusan-tulisan sahabat.


Ada yang tahu mengapa ada kasih sayang diantara kita?

Mau tahu alasannya?

Ini dia jawabanya.

1.    Menguatkan kualitas hidup

      Kita bersahabat karena dengan jalinan ini akan menguatkan kualitas hidup kita. Kekuatan jalinan persahabatan akan meningkatkan kualitas hidup bahkan mungkin memperpanjang umur lho. Imun kita akan bertambah ketika kita bisa bercanda yang menyenangkan, gelak tawa yang menghibur dan senyum tersipu sendiri membaca postingan sahabat, saling mendukung agar semua bisa menulis, benar kan? Sahabat ada Ketika kita membutuhkan bantuan. Ketika kita ingin lebih mahir lagi nge-blog-nya, sahabat men-share materi lewat channel youtubenya. Dengan persahabatan yang positif ini, kualitas hidup kita akan semakin menguat. Jangan lupa bersyukur ya karena kita bisa bersahabat di WAG AISEI dan lage ini.

         2.    Menguatkan Mental dan Fisik

       Di masa pandemi seperti ini memiliki sahabat yang mengerti kita akan menguatkan mental dan fisik lho. Persahabatan memiliki peranan penting yang sama seperti menjaga kesehatan tubuh kita. Asupan saran dan nasehat yang baik dari seorang sahabat sama seperti asupan makanan yang baik bagi tubuh kita. Memiliki sahabat yang kompak dapat menjaga kesehatan otak serta membantu kita dalam menentukan pilihan hidup lebih baik. Sahabat dapat membantu kita dalam mengatasi rasa stres serta membantu memulihkan berbagai masalah kesehatan dengan cepat. Menghabiskan waktu dengan membaca postingan sahabat membuat kita merasa lebih bahagia.

         3.    Mengajari kita berinteraksi

     Persahabatan diantara kita juga akan mengajarkan kepada kita bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Cara memaafkan, bersenda gurau, serta memulai perbincangan merupakan keuntungan kita dalam persahabatan.Mereka membantu kita berinteraksi terutama pada orang yang bertolak belakang dengan kita atau memiliki pandangan yang berbeda.

4.    Memperingan Masalah dan Mendapat Dukungan

    Karena adanya persahabatan biasanya kita akan saling membantu saat menemui masalah. Ketika menghadapi kesulitan kehadiran seorang sahabat akan lebih terasa meringankan beban kita dan tentu kita akan mendapat dukungan dari mereka.

 

Wallahua’lam bisshowab….


Lomba Blog PGRI Hari Ke-7

 #Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-7, Ahad, 7 Februari 2021 


KINERJA GURU

Kinerja guru tidak hanya menunjukkan pada hasil kerja, akan tetapi juga terlihat pada perilaku dalam bekerja. Penelitian tentang kinerja sering menunjukkan pada kesetiaan, kejujuran, prestasi kerja, loyalitas, dedikasi dan partisipasi. Konsekuensi dari penerapan ini adalah kinerja guru menuntut adanya sikap selalu taat, jujur, dan mampu bekerja dengan baik.

 A. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam melaksanakan tugasnya dan untuk mencapai tujuan yang terencana. Prawirasentono (dalam Mulyasa, 2013) mendefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral ataupun etika.

Seorang ahli berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu. Di dalamnya terdiri dari tiga aspek. Pertama kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua kejelasan hasil yang akan timbul dari suatu pekerjaan atau fungsi. Ketiga adalah kejelasan waktu yang perlu untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992). Dari pengertian kinerja yang dikemukakan ahli di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dianggap baik dan memuaskan jika tujuan tercapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Castetter (dalam Mulyasa, 2003) berpendapat tentang kinerja ini jika terlihat dari beberapa kriterianya. Ia mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1) karakteristik individu, (2) proses, (3) hasil, dan (4) perpaduan antara karakter individu, proses, dan hasil.

Sering kinerja juga pengertiannya identik dengan prestasi kerja, karena memang ada persamaan antara kinerja dengan prestasi kerja. Menurut Supardi (2014: 45) kinerja bisa berarti sebagai prestasi, menunjukkan suatu kegiatan atau perbuatan dalam melaksanakan beban tugas. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan suatu kegiatan dalam melakukan atau melaksanakan, serta menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan perwujudan dari sikap atau perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang maupun suatu organisasi memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya dengan tujuan untuk mencapai prestasi dalam bekerja.

Pengertian di atas menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat keberhasilan  seseorang maupun kelompok yang sesuai dengan hukum, peraturan, moral dan etika. Kinerja berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab dan wewenang seseorang berdasarkan standar kinerja dalam periode tertentu untuk mencapai tujuan organisasi atau institusi.

Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah/madrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi-prestasi belajar peserta didik. Menurut Supardi (2014: 54) kinerja guru dapat berarti sebagai suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya penampilan suatu perbuatan guru dalam atau selama melakukan aktivitas pembelajaran.

Martinis Yamin dan Maisah (2010: 87) mengatakan bahwa, “Kinerja pengajar adalah perilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia mengahadapi suatu tugas”. Kinerja tenaga pengajar menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku dari tenaga pengajar, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan.

Kemudian  secara  khusus  Rachman  Natawijaya  (2006: 22) mendefinisikan “Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang guru tunjukkan pada waktu dia memberikan pembelajaran kepada siswa”. Dengan demikian, kinerja guru merupakan kemampuan  seorang guru sebagai tenaga pendidik yang memberikan pembelajaran  terhadap  peserta didik  untuk menjadikan  peserta didiknya menjadi lebih baik dan berkembang dalam proses belajarnya.

Juga kinerja guru menunjukkan pada seberapa besar kompetensi-kompetensi yang menjadi persyaratan bisa terpenuhi. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesioanal (UU no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Sementara dalam Permendikbud no. 6 tahun 2018 pada bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sangat penting kinerja guru ini sehingga perlu memperhatikan dan mengevaluasinya. Karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas berupa pekerjaan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 macam. Yaitu sebagai: (1) guru sebagai pengajar, (2) guru sebagai pembimbing, dan (3) guru sebagai administrator kelas (Danim S, 2002).

 Kinerja guru dapat terlihat dan diukur berdasarkan standar kerja atau kompetensi yang telah ditetapkan. Seperti uraian Kusmianto (dalam Sagala, 2013) bahwa standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru di dalam menjalankan tugasnya. Contohnya: (1) jika bekerja dengan siswa secara individual, (2) pada persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif guru itu.

Bila kita cermati dari beberapa pendapat tentang kinerja guru maka dapat kita simpulkan bahwa untuk mengetahui kinerja guru itu bisa terlihat dari indikator berikut lain:

Mengetahui karakteristik siswa secara individual;

Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar;

Penguasaan materi yang akan mereka ajarkan kepada siswa;

Penguasaan metode dan strategi mengajar;

Kemampuan menggunakan media pembelajaran yang tepat;

Kompetensi mengelola siswa dan melibatkan siswa dalam pembelajaran;

Kemampuan mengelola kelas;

Kecakapan melakukan penilaian dan evaluasi.

 

B. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, yakni; kepribadian atau dedikasi, kemampuan mengajar, kedisiplinan, mengembangkan profesionalisme, jaringan kerja dan komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kesejahtraan, dan iklim kerja. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing peserta didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Hal tersebut dipertegas oleh Drosat (1998) bahwa salah satu dasar pembentukan kepribadian adalah sukses yang merupakan sebuah hasil dari kepribadian, dari citra umum, dari sikap, dari keterampilan karena ini semua melumasi proses interaksi manusia.

 Kemampuan mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan penguasaan guru atas kompetensi yang dimilikinya. Menurut pendapat Imron (1995) ada 10 kompetensi dasar yang harus guru kuasai yaitu: (1). Menguasai bahan, (2). Menguasai landasan kependidikan, (3). Menyusun program pengajaran, (4). Melaksanakan Program Pengajaran, (5). Menilai proses dan hasil belajar, (6). Menyelenggarakan proses bimbingan dan penyuluhan, 7). Menyelenggarakan administrasi sekolah, (8). Mengembangkan kepribadian, (9). Berinterkasi dengan sejawat dan masyarakat, (10). Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan mengajar.  

 Selain kompetensi tersebut, bagi para guru kedisiplinan juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kedisiplinan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa ini sangat perlu. Kedisiplinan guru yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional. Pemahaman disiplin yang baik pada guru akan mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan harus baik dan tepat. Baik dalam hubungan dengan personalia lain maupun dalam proses belajar mengajar di kelas akan sangat membantu upaya membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik.

 

C. Pengembangan Profesional Guru

Guru melakukan pengembangan profesi guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru terutama pada aspek penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Sejalan dengan pendapat Maister (1997) yang mengemukakan bahwa, “Profesionalisme bukan sekadar memiliki pengetahuan, teknologi dan manajemen tetapi memiliki keterampilan tinggi, memiliki tingkah laku yang dipersyaratkan”.

Kompetensi professional yakni kemampuan guru atau pendidik dalam penguasaan materi ajar. Guru harus menguasai materi pembelajaran dan keilmuannya yang mendalam dan luas, guru harus bisa mengelola dan menyampaikan materi pembelajaran di kelas dengan baik. Guru sebagai pendidik professional adalah guru yang memiliki kompetensi professional. Selain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial tersebut di atas.

Kompetensi profesional guru sesuai dan memadai. Untuk memaksimalkan kinerja guru langkah strategis yang pemerintah lakukan yaitu memberikan kesejahteraan yang layak. Kesejahteraan ini sesuai volume kerja guru, selain itu memberikan insentif pendukung sebagai jaminan bagi pemenuhan kebutuhan hidup guru dan keluarganya. Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya. Semakin sejahteranya seorang guru maka makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kerjanya.

Iklim kerja memegang peran penting juga sebab iklim itu menunjukkan suasana kehidupan pergaulan di sekolah. Iklim itu mengambarkan kebudayaan, tradisi-tradisi, dan cara bertindak personalia yang ada di sekolah itu, khususnya kalangan guru-guru. Henry A Marray dan Kurt Lewin (dalam Sutaryadi, 1990) mengemukakan bahwa iklim kerja adalah seperangkat karakteristik yang membedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Hal ini dapat mempangaruhi perilaku individu itu sendiri. Sedangkan perilaku merupakan hasil dari hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Komunikasi juga sangat penting bagi sekolah atau madrasah dan menjadi keniscayaan. Adanya komunikasi yang baik maka suatu lembaga pendidikan tersebut akan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Namun sebaliknya jika tidak ada komunikasi yang baik akan berdampak tidak baik juga. Misalnya kepala tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah mulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan datang mengajar. Contoh di atas menandakan betapa pentingnya komunikasi. Hubungan dengan masyarakat juga merupakan bentuk hubungan komunikasi ekstern yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan.

Sabtu, 06 Februari 2021

Lomba Blog PGRI Hari Ke-6

 #Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-6, Sabtu, 6 Februari 2021

IDE DALAM MENULIS

Menurut Om Agus, panggilan akrab Bapak Agus Sampurno, ada beberapa prinsip agar ide dalam menulis terpelihara. Prinsip ini berupa tips agar bisa terus menulis, yakni;

1.   Kita tidak usah peduli dengan apa yang orang lain katakan mengenai tulisan yang dibuat. Keberhasilah menulis juga karena ada konsistensi dalam menulis.

2.   Menulislah dengan hati, mengeditlah dengan pikiran.

3.   Hambatan penulis terjadi ketika terlalu menghakimi diri sendiri saat mulai menulis.

4.   Mengedit sebuah tulisan adalah sebuah upaya pembersihan dan akan terasa membosankan serta bisa juga membuat frustrasi, tetapi juga bersifat terapeutik atau hal yang baik bagi kegiatan menulis. Mengedit seperti yang sering kita lakukan dalam kehidupan kita. Buang jauh yang tak perlu. Utamakan yang inti.

5.   Tiga prinsip dalam menulis.

1) Sederhanakan pesan.

2) Buatlah tulisan yang menyenangkan, menakutkan, menegangkan, atau mendidik.

3) Buatlah tulisan menarik mungkin sehingga seseorang pasti sudah gila untuk tidak membacanya.

6.  "Menulis dengan baik berarti berpikir dengan baik. Jika tidak dapat menulis dengan baik, itu berarti tidak dapat berpikir dengan baik. Tetapi menulis hanyalah langkah pertama. Menulis ulang juga penting. Menulis ulang artinya memikirkan ulang.ide tulisan yang dibuat.

 7. Tulisan awal akan seperti air kotor, tetapi semakin banyak menulis, akan semakin bersih. Itu adalah “air kreatif”.

8. Pisahkan kegiatan antara mencari ide dan menulis. Carilah ide dan buatlah daftar. baru kemudian ambil stu persatu untuk dituliskan.

9. Kegiatan mengedit tulisan sama pentingnya dengan menulis itu sendiri. Jadi jika membaca tulisan di blog yang 'mentah' itu berarti nafsu kita hanya menerbitkan (posting) dan bukan mempersembahkan buah pikiran nya yang terbaik

10. Membuat sebuah judul tulisan adalah sebuah seni tersendiri. Teruslah berlatih.

11. Konsistenlah dalam menulis, suatu saat nanti akan menemukan diri sendiri sebagai penulis saat kita konsisten.

12. Jangan pernah berpikir untuk punya ide sendiri. lakukan ATM terus menerus Amati Tiru dan Modifikasi. Penyakit seorang penulis adalah memaksa dirinya keluarkan hal yang asli produk dari dirinya. akibatnya ia malah tidak pernah menulis.

13. Cari keunikan, pelajari sebuah hal yang akan menjadi brand, jika sudah punya brand lanjutkan dengan mengajarkan pada orang lain.

AISEI Challenge_06022021

 Februari 2021 AISEI’s Challenge

#Feb.06AISEI Writing Challenge

 KASIH IBU

Oleh: E. Hasanah

Ketika berbicara masalah kasih sayang, yang terlintas di kepala adalah sosok seorang ibu. Ya ibu adalah orang yang paling tulus dalam memberikan kasih sayangnya kepada kita.Pengorbanan seorang ibu tak terbilang dari mulai kita dikandung sampai beliau meninggal. Betapa susahnya seorang ibu dalam membesarkan anaknya. Sebuah syair lagu yang popular tentang kasih ibu benar-benar menggambarkan kasih yang tak terhingga. Ketulusannya dalam mengasihi kita benar-benar tanpa pamrih. “Kasih ibu kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.”

Lagu sederhana ini menyadarkan kita bahwa betapa besarnya kasih sayang seorang ibu sehingga anak-anak layak menghargai dan membalas kasih sayangnya. Lagu ciptaan SM Mochtar ini mengingatkan dan mengajarkan kepada kita bahwa ibu adalah seorang pemberi kasih sayang sepanjang masa.

Tak terasa air mata keluar, ibu maafkan anakmu. Tidak bisa membalas budi baikmu. Kau antarkan aku sampai aku merasakan jadi ibu. Kau temani aku memulai hidup sebagai ibu. Doa yang kau panjatkan terbukti sekarang. Aku menjadi orang yang kau mau. Namun kau tak merasakan bahagianya balasan dari anakmu. Lihatlah bu apa yang kau katakan sekarang menjadi nyata. “Ibu bukan lulusan sekolah Nak. SR (Sekolah Rakyat) pun ibu tak tamat. Tapi doa ibu kau bisa sekolah setinggi yang kamu bisa.” Itu kata-katamu ibu. Terbukti bu sekarang, anakmu merasakan sekolah sampai di bangku paling tinggi.

Gak tahan, tak terasa nangis aku.


Jumat, 05 Februari 2021

lomba Blog PGRI Hari ke-5

 #Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-5, Jumat, 5 Februari 2021

MODEL KEPEMIMPINAN


A. Pengertian

Pengertian model, menurut Mills dalam Barlian Ujang Cepi (2016) adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model dalam proses pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Barlian Ujang Cepi (2016 : 263) menyatakan bahwa, Suatu pendidikan disebut berkualitas dari segi proses, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana, dan prasarana) yang memadai.” Proses pelaksanaan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas pula. Dalam pendidikan model kepemimpinan kepala madrasah merupakan hal yang sangat penting.

Model kepemimpinan menunjuk pada perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin di hadapan orang orang yang dipimpinnya. Perilaku tersebut dapat berkaitan dengan perilaku komunikasi, pengambilan keputusan dan perilaku penggunakan kekuasaan dan kewenangannya atau perilaku dalam mempengaruhi orang lain. Dalam ilmu manajemen pada umumnya, model kepemimpinan dapat terlihat pada diri dan prilaku para pemimpin yang dipraktekan sehari-hari.  Contohnya dalam mengatur atau mengelola kantor, perusahaan atau organisasi. Adapun model dari kepemimpinan terdiri dari 4 indikator (Istianto, 2011) yakni Personality, Ability, Capability, dan Tolerance.

1). Kepribadian (Personality)

Personality adalah kepribadian pemimpin, salah satu subdimensinya yang terpenting adalah sifat keterbukaan dari seorang pemimpin.

2). Kemampuan (Ability)

Ability yakni kemampuan dari seorang pemimpin dalam memimpin.

3). Kesanggupan (Capability)

Capability maksudnya komitmen yang kuat dari seorang pemimpin dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

4). Toleransi (Tolerance)

Tolerance maksudnya sikap toleransi seorang pimpinan terhadap masyarakat maupun sumber daya manusia yang menjadi bawahannya.

 B. Model Kepemimpinan Umum

Dikenal ada 3 model kepemimpinan. Ketiga model ini mempunyai warna tersendiri, yakni timbulnya karena anugerah Allah SWT, timbulnya sangat erat hubungannya dengan sifat atau karakter dari seseorang itu sendiri, dan timbul karena hasil dari proses pembelajaran.

Ketiga model kepemimpinan secara umum ini adalah 1) kepemimpinan karismatik, 2) transaksional, dan 3) transformasional. Model kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang berasal dari anugerah Allah SWT, yang mana pemimpin tersebut mempunyai kemampuan luar biasa, magnit yang kuat dan adanya ketertarikan emosional yang kuat dari yang dipimpin kepada pemimpinnya.

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan dengan menggunakan pengendalian bawahan dengan cara menggunakan kekuasaan untuk mencapai hasil. Ini dilakukan dengan mengelola bawahan dengan memberi reward dan punishment atau menerapkan transaksi yang saling menguntungkan dengan bawahan. Kepemimpinan transformasional adalah model kepemimpinan yang efektif dan telah diterapkan di berbagai organisasi internasional. Organisasi yang mengelola hubungan antara pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada beberapa factor. Faktor itu antara lain perhatian (attention), komunikasi (communication), kepercayaan (trust), rasa hormat (respect) dan resiko (risk).

Model kepemimpinan yang terkenal dengan kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi. Karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) yang berkaitan dengan situasi yang dihadapinya (the favourableness of the situation). Model ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.

Konsep kepemimpinan situasional ini berhubungan erat antara pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya. Perilaku dan sikap bawahan terhadap pemimpinnya ini penting untuk diketahui dalam kepemimpinan situasional ini. Bukan saja bawahan sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok, bawahan dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Danudiredja (2018: 2) para pemimpin besar memiliki kemampuan memegang prinsip-prinsip moral yang memandu tindakan mereka sehari-hari secara konsisten, karena seorang pemimpin memiliki pengaruh dan kekuasaan atau kewenangan untuk mengkomunikasikan pentingnya prinsip-prinsip moral sebagai sandaran dalam organisasinya. Kemampuan memegang prinsip moral ini akan menjadikan seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan menggunakan kecerdasan moralnya. Hal ini agar orang-orang yang dipimpinnya bertindak konsisten dengan prinsip-prinsip integritas, tanggung jawab, kasih sayang, dan pemaaf.

Dalam moralitas kepemimpinan seseorang harus memiliki tiga jenis kualitas kompetensi. Kualitas ini terdapat pada (1) Kecerdasan moral, (2) Kompetensi moral, (3) Kompetensi emosional. Kecerdasan moral merupakan kapasitas atau kecakapan mental untuk menentukan prinsip-prinsip kesusilaan (moral) yang harus diaplikasikan terhadap nilai, tujuan, dan tindakan. Kompetensi moral menunjukkan pada keterampilan untuk melakukan tindakan sejalan dengan nilai-nilai dan keyakinan sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Kompetensi emosional yakni keterampilan mengelola emosi diri dan orang lain dalam situasi bermuatan moral.

C. Model Kepemimpinan Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan terutama di lembaga pendidikan madrasah, model kepemimpinan yang nampak dan ditunjukkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini yakni kepala juga menunjukan kepemimpinan pembelajaran. Model kepemimpinan pembelajaran ini memiliki peran strategis. Peran itu yakni dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan. Kepala madrasah sebagai pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staf dan peserta didik dalam melaksanakan tugasnya. Pemimpin juga harus memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para peserta didik, serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.

Kepala sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya dapat mendorong terjadinya peningkatan mutu pengelolaan internal madrasah. Hal ini agar memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang merangsang para peserta didik untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Untuk mendukung berkembangnya kondisi madrasah seperti yang diharapkan sekurang- kurangnya kepala madrasah mampu menetukan arah perubahan. Dia juga mampu menyeleraskan hubungan kerja orang-orang di lingkungan madrasah, dan meningkatkan motivasi berprestasi. Pemimpin madrasah yang berperan menyelaraskan hubungan kerja, harus dapat mengembangkan komunikasi, menciptakan kerja sama, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dan menangani konflik. Pemimpin juga dapat memberikan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat memotivasi untuk mencapai dan meningkatkan target. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat mendorong berkompetisi dalam persaingan dan menciptakan keunggulan.

Jadi model kepemimpinan seorang kepala madrasah nampak pada diri dan prilakunya yang dipraktekan sehari-hari dalam mengelola madrasahnya. Adapun indikator dari model kepemimpinan kepala madrasah ini dalam menerapkan kepemimpinannya dapat dilakukan melalui perannya. Peran kepala sebagai model keteladanan, pemecah masalah (problem solver), pembelajar, motivator, dan pencipta iklim yang kondusif (climate maker).

Berperan sebagai model keteladanan, kepala madrasah bertindak menjadi teladan dalam mengarahkan guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Keteladanan ini terlihat misalnya selalu tepat waktu, melaksanakan kegiatan sesuai jadwal, dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kepala mendorong guru untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara baik. Kepala juga memotivasi guru meningkatkan kompetensi, memecahkan masalah tugas yang dihadapinya dan melakukan komunikasi secara santun, terbuka, dan menghargai semua warga madrasah.

Lomba Blog PGRI Hari Ke-4

 #Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-4, Kamis, 4 Februari 2021

 


TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

A. Tipe Kepemimpinan

Memperhatikan pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktiknya dapat mengantarkan pada klasifikasi kepemimpinan menjadi lima tipe pokok dalam kepemimpinan. Kepemimpinan agar efektif harus diwujudkan tidak dengan mempergunakan salah satu tipe kepemimpinan secara murni. Arifin (2005: 15) menyebutkan kelima tipe pokok kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Tipe kepemimpinan otokratik

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Perintah pemimpin tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi bawahan selain tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pemimpin digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama.

2. Tipe kepemimpinan paternalistik

Tipe kepemimpinan ini lebih mengutamakan kebersamaan. Tipe ini memperlakukan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi dengan seadil dan serata mungkin.

3. Tipe kepemimpinan kharismatik

Dalam tipe ini pemimpin mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan pribadi yang dimiliki oleh pemimpin, sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan patuh pada orang-orang yang dipimpinnya. Keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki kepemimpinan tipe ini adalah akhlak karimah yakni yang terpuji.

4. Kepemimpinan bebas (Laissez Faire)

Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dilakukan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin terutama dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan atau berbuat menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya mengfungsikan dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Dalam kepemimpinan ini apabila tidak ada seorangpun dari anggota kelompok atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan maka tidak ada aktivitas atau kegiatan organisasi.

5.  Tipe kepemimpinan demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok dan organisasi. Pelaksanaan kepemimpinan direalisasikan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok dan organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Setiap anggota kelompok tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Konsisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, mutasi, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain. Kepemimpinan demokratis menunjukkan bahwa kepemimpinan itu aktif, dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas memungkinkan setiap angoota berpartisipasi secara aktif. 


B. Gaya Kepemimpinan 

Gaya kepemimpinan menunjukkan pada cara seorang pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota orang yang dipimpinnyanya. Berbeda dengan penjelasan diatas bahwa gaya kepemimpinan adalah tindakan menyeluruh dari seorang pemimpin baik secara langsung maupun tidak langsung agar tercapainya tujuan. 

Menurut Karwati dan Priansa (2013) gaya kepemimpinan adalah “Suatu pola perilaku yang konsisten yang ditujukan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain”. Sejumlah ahli teori kepemimpinan menekankan style dari pemimpin yang efektif, yaitu berkisar pada kepemimpinan gaya partisipatif, nonpartisipatif, otokratik, demokratik, atau laissez-faire. 

Menurut Bill Woods (dalam Wahyudi, 2009: 151) ada tiga gaya kepemimpinan yakni:

1. Otokratis

Kepemimpinan otokratis adalah pemimpin yang membuat keputusannya sendiri. Pemimpin memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan yang semua kendali dipegang oleh pemimpinnya. Pemimpin yang menggunakan gaya ini cenderung bersikap sewenang-wenang terhadap bawahannya. Ciri-ciri pemimpin yang otokratis:

a).  Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi.

b).  Menganggap bawahan sebagai alat semata.

c).  Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik.

d). Cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan atau menghukum.

2.  Demokratis

Kepemimpinan demokratis atau partisipatif adalah pemimpin melakukan konsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu. Menurut penulis gaya kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang lebih mementingan kepentingan bawahan, bawahan atau anggota kelompok diberikan keleluasaan untuk berpendapat.

3. Laissez-faire (Kendali bebas)

Kepemimpinan ini adalah pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri, tidak ada pengarahan dari pemimpin. Gaya ini biasanya tidak berguna, tetapi dapat menjadi efektif dalam kelompok profesional yang termotivasi tinggi. Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan Laissez Faire cenderung tidak mempunyai prinsip dan tidak kreatif karena semua kendali diberikan penuh kepada bawahan. Jadi, tidak ada pengarahan dari pemimpin. 

Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, kemampuan atau keahlian khusus yang dimiliki seseorang dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. 

Kepemimpinan nampak pada sifat dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader. Teori kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu dan sudah ada berbagai referensi dalam bentuk beraneka ragam. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan cara yang benar. 

Seseorang yang memahami dengan baik tentang teori dan konsep kepemimpinan akan membantu tugas dan pekerjaannya lebih efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan dan kondisi yang diinginkan. 

Nasution (2004: 199) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai suatu cara yang digunakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan juga merupakan dasar dalam membedakan atau mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Ada tiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan, yakni :

1). Gaya kepemimpinan dengan dasar mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.

2). Gaya kepemimpinan dengan dasar mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama.

3). Gaya kepemimpinan dengan dasar mementingkan hasil yang dapat dicapai untuk mewujudkan tujuan organisasi. 

Moeljono dan Sudjamiko (2007: 159-161) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai perwujudan dari kepemimpinan yang memberikan human tauch pada hirarki. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan tranformasional, yaitu kepemimpinan yang menyadarkan diri pada tiga (3) unsur berikut: 

1). Charisma. Pemimpin macam ini memiliki kemampuan pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, berkomunikasi dan meyakinkan pihak, atau orang lain. Bisa juga disebut kepemimpinan karismatik memiliki karakteristik ekspresif, percaya diri, pantang menyerah, dan memiliki keyakinan akan kebenaran yang hakiki.

2). Individualized consideration. Unsur ini menekankan pentingnya pemimpin memberikan perhatian yang besar dan personal kepada pengikutnya. Dalam lingkungan organisasi, individualized consideration diwujudkan dalam kualitas pengaruh antara pemimpin (selaku atasan) dan pengikut (selaku bawahan). Dengan hubungan berkualitas, perhatian pemimpin berwujud dukungan sumber daya yang melimpah guna keberhasilan kerja pengikut. Sumber daya dimaksud tidak hanya yang tangible, seperti uang, atau dana dan fasilitas kerja, juga intagible seperti bantuan pemimpin kepada pengikut untuk selesaikan pekerjaannya, misalnya dalam bentuk monitoring dan coaching, serta dukungan dan dorongan pemimpin untuk mengembangkan kompetensi dan kapabilitas kerja pengikut (developmental orientation).

3).  Intellectual stimulation. Berbeda dengan dua unsur sebelumnya yang amat ketal nuansa emosional dan psikologisnya, unsur ini justru member tekanan lebih pada sisi kognitif, karena pemimpin berupaya meningkatkan pemahaman pengikut akan permasalahan pekerjaan yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan perubahan, dan mendorong pengikut akan permasalahan pekerjaan yang dihadapi, khususnya yang tekait dengan perubahan, serta mendorong pengikut menelurkan gagasan jalan keluar yang kreatif dan inovatif atas permasalahan tersebut.


Permenpanrb no. 21 tahun 2024

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru. https://drive.google.com/file/d/1rd2qYU...