Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Januari 2023

Konfercab kab. Sukabumi

 MUSLIMAT NU

Acara Konferensi Cabang (Konfercab) muslimat Nahdlatul Ulama Kabupaten Sukabumi diselenggarakan di gedung PC NU Kab. Sukabumi pada hari Selasa, 31 Januari 2023 bertepatan tanggal 09 Rajab 1444 H. Konfercab diawali dengan pembukaan dengan rangkaian acaranya, dilanjutkan dengan pleno, pleno 1 sampai dengan pleno 4, dan diakhiri penutupan.

Konfercab muslimat NU kabupaten Sukabumi mengusung tema "Peran Muslimat NU dalam Mewujudkan Perempuan NU yang Kompeten dan Moderat di Era Digital". Hadir dalam acara ini bupati kabupaten Sukabumi atau yang diberi amanah untuk mewakilinya bapak Kabag kesra dan Kabag keagamaan, Ketua PBNU kabupaten Sukabumi, ketua PW Muslimat NU Jawa Barat, pengurus PC dan PAC sewilayah kabupaten Sukabumi serta para tamu undangan.

Dalam sambutannya ketua PC Muslimat menyampaikan bahwa pergantian pengurus diadakan pada tahun 2023. Ini dimaksudkan untuk menyambut dan mendukung peristiwa bersejarah peringatan seabad PBNU. Ketua PC juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pimpinan anak cabang yang tersebar di 47 kecamatan di kabupaten Sukabumi yang telah bekerja sama dalam melaksanakan tugasnya. Harapan beliau juga kepengurusan periode yang akan datang (2022-2027) semakin lebih baik.

Ketua PW Muslimat NU Jawa Barat sebelum membuka acara kofercab memberikan amanatnya tentang 3 hal yang harus disepakat. Ketiga hal tersebut adalah kesatu keseragaman bertindak dalam Fikqoh annahdhiyah, pola satu pikiran nahdliyin berdasarkan ilmu dari Rasulullah Saw, agar berjalan ke jalan yang benar. Ada di bawah naungan para ulama. Kedua amalannya annahdhiyah, selalu mengamalkannya. Ketiga gerakan ke-NU-an, dan tidak menyimpang dari ajaran Islam yang disampaikan para ulama warasatul Ambiya. 

Jumat, 22 April 2022

Kata Pengantar Puisi

 KATA PENGANTAR

Bait-bait Senandung Asa

Oleh: Dra. E. Hasanah, M.Pd.

 

            Puisi adalah ungkapan perasaan berbentuk rangkaian kata-kata indah penuh makna yang dituangkan oleh penulisnya. Dengan mata hati melihat dinamika kehidupan menjadi perenungan dan inspirasi untuk memahami arti kehidupan yang hakiki. Karya sastra dengan pilihan kata dan bahasa yang cermat hasil olah rasa yang dieksperikan dari pemikiran dan perasaan menjadikan puisi menarik untuk dinikmati.

            Kreativitas berupa goresan kata-kata karya penulis dalam buku berjudul “Bait-bait Senandung Asa” menggambarkan perwujudan rasa dalam bait-bait yang memiliki makna mendalam. Curahan isi hati para pegiat literasi membuat pembaca puisi ini merasakan emosi dan imajinasi yang tersirat,

            Membaca lembar demi lembar buku ini, rangkaian kata-kata, penyusunan larik dan bait membuat siapapun pembacanya akan semakin takjub dan bangga dengan hasil karya puisi-puisi ini. Berbagai pengharapan, idealisme, pengalaman, dan nilai-nilai kehidupan disajikan dalam keindahan diksi. Senandung asa atau harapan adalah dasar sesuatu yang dicita-citakan dapat terwujud atau kejadian yang dialami akan berbuah kebaikan. Asa yang diyakini dalam hati bahkan bisa menjadi sugesti yang bisa menjadi kenyataan di masa yang akan datang.

            Karya puisi dalam buku ini selain berupa ungkapan-ungkapan pengharapan dari para penulisnya juga menarasikan sikap dan nilai-nilai kehidupan yang inspiratif. Buku berjudul bait-bait senandung asa ini merupakan buku yang enak dibaca, mengalir, inspiratif, dan tentu bergizi bagi nurani para penikmat puisi.

            Puisi sebagai salah satu karya indah dalam mengekspresikan kebebasan tak beruang seakan memanjakan pembaca untuk berselancar dengan imajinasinya. Dari himpunan puisi yang tersaji di buku ini, mari kita simak puisi karya Nia Kurniasih (Meynia) dengan judul ASA.

ASA

Oleh: Nia Kurniasih (Meynia)

       Ingin rasanya aku bercerita

Pada bulan di langit

Pada bintang di angkasa

Pada matahari di peraduannya

hilangkan segala sesak di dada

Lepaskan segala duka

Hilangkan derita

Yang menyelimuti sukma

Raih bahagia diujung senja

                       

Mencerna bait puisi di atas rasanya penulis begitu bebas mengekspresikan curahan hati, diksi mengalir tanpa dibatasi ruang, serta melepas ungkapan jiwa. Saya sangat mengapresiasi karya puisi-puisi indah dalam buku ini.

Sukses dan selamat untuk para penulis pegiat literasi yang hebat. Mari terus berkarya dan berkreasi merangkai kata dalam senandung asa. Gelorakan ekspresi nilai-nilai kehidupan dalam indahnya deretan diksi.

 

#Salam Sehat

#Salam Literasi

#Sukabumi, 11 Maret 2022

           

Selasa, 22 Februari 2022

Nyobain Ah

 PANTUN LAGE


Assalamualaikum wr wb

Doa terbaik semoga kita dalam keadaan sehat semuanya.  Dan bagi yang kurang sehat, seperti kabar dari sebagian sahabat, termasuk kondisi aku juga saat ini, mudah-mudahan cepat pulih. Allah Swt mengangkat penyakit dan kondisi akan segera membaik.

Ketemu dengan selasa dengan jadwal menulis pantun lage di komunitas lagerunal ini, menantang juga. Meskipun aku belum pernah mencoba, alasannya sebenarnya karena tulisan sahabat lagerunal sudah keren-keren. Aku banyak ketinggalan dan kadang kurang PD juga. Namun selasa ini aku akan mencobanya.

Mohon ijin aku belajar dari tulisan Om Jay di alamat https://www.kompasiana.com/wijayalabs/620fc72951d764277231e133/ujian-tertutup-doktor

Om Jay seorang penulis yang juga blogger, motivator, teacher, dan ... sederet julukan lainnya, eh sebentar lagi namanya aslinya bertambah dengan DR menjadi Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.

Tulisannya yang renyah karena banyak menceritakan kegiatan dan pengalaman kesehariannya. Namun banyak mengajarkan nilai dan sikap baik sehingga yang membacanya larut dalam cerita kisahnya. Cerita yang beliau share di alamat link di atas, sangat menginspirasi juga. Ada sikap semangat belajar yang tinggi dan pantang menyerah yang tergambar.

Ada kalimat yang sempat membuat aku terpaku juga karena memang sama persis dengan yang aku rasakan sekarang. Kalimatnya "DISERTASI YANG BAIK ADALAH DISERTASI YANG SELESAI"

Ya dalam menyelesaikan pendidikan S3 benar sekali bukan pintar atau tidaknya mahasiswa, bukan ada biaya atau tidaknya, bukan rajin dan malasnya saja tetapi “SABAR ATAU TIDAKNYA SESEORANG MENJADI KUNCINYA”

Nah aku merasakan beberapa kendala yang dihadapi selain masalah waktu yang harus berbagi dengan waktu bekerja sebagai abdi negara dan ibu rumah tangga, rasa malas atau tepatnya jenuh sering terasa berat juga. Ketika semangat menggebu, masalah lain muncul seperti kondisi kesehatan yang kurang fit. Aku sehat, pembimbing dan orang atau pihak terkait penelitian sakit atau sebaliknya. Mereka semua okey, eh aku yang ngedrop. Hanya BERSABAR dengan berdoa dan berusaha solusi terbaiknya.

Oh ya ada juga pengalaman yang menguras kesabaranku. Contohnya saat persyaratan tulisan di disertasi bebas plagiasm, tetapi hasil checker-nya masih ada angka persennya alias belum 0, ini harus sabar melakukan paraphrase-nya. (Hik hik hik jadi ingat tulisan pak D Susanto). Namun yang bikin aku keki, ketika plagiasm checker dilakukan eh hasilnya banyak yang sama dengan tulisan aku sendiri yang sudah di-upload di akun aku sebelumnya. Nah yang kayak begini yang bikin nyesek dan nyesel.

Selalu ada hikmah dan pelajaran dibalik setiap peristiwa. Hikmah paraphrase tulisanku adalah harus mempertebal kesabaran dan “Jangan upload tulisan walau hanya separagraf jika tulisan tersebut belum dinyatakan lulus dalam sidang”

 

CagAh



Rabu, 29 Desember 2021

My Unforgetable Experience

 UNFORGETABLE EXPERIENCE 2021

ehasanah675@gmail.com



To remember about my experience in 2021, I’ll try to save the essay I made. This essay was written to fulfill one of the requirements in gaining Anugerah Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Madrasah Berprestasi Tahun 2021 kategori pengawas berprestasi tingkat nasional. Here’s my essay.

 

Pengawas Madrasah itu Sesuatu

Disusun oleh: Dra. E. Hasanah, M.Pd.

Pengawas Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi

 

Pendahuluan

Dalam Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 40 ayat (1) menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai, juga mendapat penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI memberikan penghargaan yang tinggi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan merupakan langkah yang sangat tepat. Penghargaan berupa ‘Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Berprestasi’ merupakan sebuah pengakuan dan apresiasi yang tinggi.

Sebagai seorang tenaga kependidikan yakni Pengawas Madrasah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, saya tentu menyambut baik ajang yang digelar oleh Kementerian Agama itu. Alasannya sederhana yakni ingin juga mendapat pengakuan dan apresiasi dari instansi induk tempat mengabdikan diri. Saat yang menggembirakan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di hari guru nasional ini, saya mencoba ikut berkompetisi dengan berpartisipasi ikut seleksi.

Bismillahirrohmaanirrohiim… itu kata yang terucap dan keluar dari hati kecil, ketika informasi diperoleh. Petunjuk teknis (Juknis) tentang “Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tahun 2021”, saya print out dan dipelajari.

Setelah menyimak apa saja yang terdapat dalam juknis tersebut, terutama kriteria atau persyaratan peserta dan ketentuan peserta serta mekanisme penilaiannya, saya memantapkan diri untuk ikut bersaing. Meminta pendapat kepada ketua kelompok pengawas (Pokjawas), berkonsultasi kepada kepala seksi pendidikan madrasah (Kasie Penmad), dan akhirnya memberanikan diri meminta rekomendasi untuk ikut seleksi kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Alhamdulillah mereka dengan senang hati, mendorong dan mendukung keikutsertaan saya dalam ajang seleksi guru dan tenaga kependidikan tahun 2021 ini.

 Pembahasan

          Sebelumnya perkenalkan nama saya Dra. E. Hasanah, M.Pd. biasa dipanggil ibu Hasanah. Lahir di Sukabumi pada tanggal 10 Agustus 1967 dari pasangan bapak Djarkasih dan ibu Siti Aisyah. Saat ini saya merupakan pengawas Madrasah Aliyah di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Ada 13 Madrasah Aliyah yang tersebar di 5 kecamatan (Kecamatan Pelabuhanratu, Cikakak, Simpenan, Bantar Gadung, dan Warung Kiara) tempat tugas kepengawasan yang dibebankan kepada saya untuk tahun pelajaran 2021-2022. Beban tugas ini sedikit berkurang dari tahun sebelumnya TP 2020-2021 yang memegang 16 MA. Saya diangkat menjadi pengawas MA mulai tahun 2015, tepatnya terhitung mulai tanggal tugas 01 April 2015. Sebelum menjadi pengawas MA, saya bertugas di MAN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi sejak 1993 (Sebagai honorer dan dari tahun 1994 memiliki NIP sebagai PNS/ASN, sebagai guru Bahasa Inggris di MAN 1 Cibadak selama 22 tahun dari 1993-2015).

          Menjadi pengawas madrasah itu sesuatu. Ya setelah 22 tahun hanya pergi pulang dan bergumul di satu MA, sekarang setelah menjadi pengawas berkeliling dan bergaul dengan lebih banyak kepala dan guru-guru dari beberapa MA. Tentu tugas pokok itu sendiri juga berbeda dengan tugas sebagai guru. Hal ini ternyata memiliki tantangan tersendiri. Namun bagi saya, tantangan harus ditaklukkan. Saya selalu siap belajar agar semua pekerjaan yang ditangani bisa dilaksanakan sebaik mungkin. Keinginan untuk terus meningkatkan kualitas diri terpatri di diri saya, karena menurut saya kita wajib belajar dari buaian sampai ke liang lahat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Swt. Sekarang saya tercatat sebagai mahasiswa semester 5 (sedang menyelsaikan disertasi) S3 Ilmu Pendidikan di Universitas Islam Nusantara Bandung (UNINUS) dengan alhamdulillah mendapat beasiswa dari PERGUNU walaupun tidak full. Namun itulah kesungguhan saya dalam meningkatkan kualitas diri, agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat khususnya bagi madrasah.

Ada beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dan harus dicarikan solusi terbaiknya dalam melaksanakan tugas pokok kepengawasan. Dari mulai beban kerja yang berlebih (idealnya seorang pengawas membina 7 madrasah) sampai masalah teknis karena lokasi madrasah yang tersebar berjauhan. Apalagi ditambah dengan adanya kendala yang disebabkan pandemi sekarang ini. Namun sekali lagi masalah dan kendala adalah tantangan dan siapapun pasti mengalaminya.

Dalam menjalankan tugas, terutama di masa pandemi seperti ini tentu terasa semakin berat bagi saya. Dibutuhkan kerja cerdas, kerja keras, serta tuntas didasari sikap ikhlas tanpa menyerah pada keadaan. Saya harus tetap bertindak dan bergerak meskipun tantangan tinggi menghadang. Pandemi harus dihadapi dan pendidikan di madrasah disiati. Saya sebagai pengawas madrasah merasa menjadi garda terdepan dalam mengemban tanggungjawab memajukan dan mempertahankan mutu pendidikan madrasah terutama pada mutu gurunya.

Inovasi diperlukan agar mutu pendidikan madrasah terjaga. Berbagai alternatif cara adaptif perlu dicoba dalam menghadapi berbagai masalah. Setiap masalah dan persoalan madrasah terutama dalam meningkatkan profesionalisme guru harus dicarikan alternatif pemecahannya. Salah satu cara yang saya lakukan dalam meningkatkan profesionalisme adalah dengan optimalisasi kelompok kerja dan komunitas WhatsApp. Dengan optimalisasi kelompok kerja, masalah yang dirasakan kepala dan guru bisa saling dicarikan solusinya bersama. Alhamdulillah untuk pelaksanakan tugas pokok bisa diatasi, terutama pada kewajiban dalam pelaksanaan tugas unsur pokok.  

Inovasi dalam peningkatan kualitas saya lakukan terutama dalam dunia kepenulisan. Ini menarik bagi saya dalam setahun terakhir ini, karena masalah yang dihadapi para guru juga salah satunya adalah dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai unsur penunjang misalnya dalam keperluan Kenaikan Pangkat (KNP). Selain tentu saja kemampuan guru dalam menulis sangat menunjang guru dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran. Guru, kepala, maupun pengawas yang memiliki kemampuan menulis itu akan memiliki nilai plus. Nah kapasitas saya sebagai pengawas adalah pembinaan dan pembimbingan kepada guru, namun tentu ini harus memulai dari diri saya sendiri. Komunitas WhatsApp yang bergiat dengan literasi saya ikuti sehingga tanpa terasa saya juga menjadi pegiat literasi. Saya bergabung dengan beberapa komunitas penulis dan juga membuat komunitas pegiat literasi yang memprogramkan menghasilkan buku yang memiliki ISBN.

Buku berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula” yang diterbitkan oleh CV Oase Pustaka dengan ISBN 978-623-378-050-6 adalah buku yang saya susun dari pengalaman belajar menulis. Pengalaman ini ingin ditularkan kepada semua guru terutama guru-guru binaan. Kata sambutan dari Bapak H. Hasen, S.Ag., M.Si. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi sangat mendukung peningkatan profesionalisme guru, kepala, dan pengawas agar menghasilkan karya inovatif berupa buku. Lebih dari 30 buku antologi diterbitkan, di mana tulisan saya bisa ditemukan. Sebagai bentuk pengembangan profesionalisme guru dalam menulis, saya juga mengajak guru-guru untuk menulis. Untuk yang sekarang saya tangani adalah yang berkaitan dengan tema puisi. Ini sesuai dengan program PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) guru-guru Bahasa Indonesia dengan Unit Pembelajaran dari materi yang diperuntukan bagi kelas XI MA. Tentu dari mulai saya memberi materi puisi dan menjadi penanggung jawab agar puisi-puisi hasil karya guru bisa didokumentasikan dalam bentuk buku antologi yang memiliki ISBN.

 

Ini adalah inovasi yang saya lakukan sebagai pengawas madrasah dalam pembinaan dan pembimbangan guru. Adapun jika berbicara prestasi, pada tahun 2021 ini yang saya lakukan adalah berkaitan dengan menulis dan buku. Dari penghargaan menulis pada event buku, menulis di blog (Oh ya saya juga selain pegiat literasi, sekarang di tahun 2021 ini menjadi blogger juga). Di portofolio yang saya sampaikan, sertifikat menulis dari beberapa penerbit saya sertakan. Adapun bentuk tulisan hasil karya saya berjenis tulisan fiksi dan non fiksi. Tulisan berupa puisi, story-telling, pantun, dan non fiksi yang berkaitan dengan pendidikan. Dari tulisan ini salah satunya saya ingin mengangkat dunia pendidikan di madrasah ke arah yang semakin baik. Tulisan saya bisa ditemukan dalam buku-buku antologi di bawah ini.

        


 

Gambar Buku Antologi dimana karya tulis saya bisa ditemukan.

Penutup

          Dalam menjalankan tugas kepengawasan, saya berusaha melakukan pekerjaan sesuai dengan tupoksi sebagai pengawas madrasah seperti pengawas lainnya. Namun jika ditanya mengapa saya layak mendapatkan anugerah pengawas berprestasi tentu jawabannya adalah saya memenuhi persyaratan dan ketentuan sesuai juknis untuk mengikuti seleksi PTK berprestasi tahun 2021 ini. Saya berharap dari tulisan ini dapat menggambarkan kelebihan pengalaman saya dalam menjalankan tugas. Semoga Anugerah ini bisa memotivasi semuanya, Aamiin ya robbal’aalamiin.    

Rabu, 13 Oktober 2021

#Kamis Menulis_Hanca

 HANCA

ehasanah675@gmail.com


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi elektronik, kata hanca bermakna pekerjaan yang tertunda (n), melanjutkan pekerjaan yang tertunda (v). Sebagai orang yang asli suku Sunda, tentu kata ini tidak asing lagi di telinga, karena ini bahasa sehari-hari yang sering didengar. Contoh penggunaan kata hanca dalam kalimat, “Aku akan melanjutkan hanca membuat artikel itu nanti sore.” Kata hanca ada di posisi objek dalam kalimat itu. “Sekarang aku hanca lagi tulisan tentang pendidikan inklusi yang tertunda kemarin.” Nah dalam kalimat ini, kata hanca sebagai predikat atau kata kerja.

Hanca pekerjaan yang harus diselesaikan setiap orang mungkin beragam ya. Nah untuk aku sendiri ada hanca yang harus segera aku selesaikan. Hanca itu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah wajib sebagai persyaratan bisa meraih gelar dalam pendidikan. Hanca ini agak susah juga diselesaikan, bukan berarti tidak bisa. Namun untuk menyelesaikannya memerlukan pikiran, waktu, tenaga, dan ektra keinginan atau kemauan. Akuberpendapat siapapun bisa menyelesaikan hanca tulisan karya ilmiahnya, tetapi tantangan yang dihadapi kadang membuat aku frustasi dan patah semangat. Banyak faktor sebenarnya yang menghalangi untuk melanjutkan hanca karya tulis ilmiahku ini. Salah satunya adalah karena ada kesibukan yang berkaitan dengan pekerjaan pokok sebagai abdi negara atau pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Mengapa mengerjakan hanca menulis tugas akhir pendidikanku ini terbengkalai? Dari beberapa alasannya adalah rasa malas menulis dan kurangnya semangat atau motivasi untuk menyelesaikannya. Kalimat besok aku melanjutkan hanca disertasinya tapi kok ya malas melakukanya. Besok lagi saja. Lusa saja. Masih ada waktu untuk mengerjakannya. Ya nanti akuselesaikan segera. Kalimat-kalimat itu yang biasanya keluar dari ucapanku.

Di saat seperti ini aku membutuhkan orang yang men-support motivasiku. Suamiku kadang mengingatkan, ayo selesaikan tuh hanca disertasinya. Namun ya itu kalau lagi malas, mager aku (meminjam bahasa anak bungsuku untuk menyatakan males gerak). Sering juga kawan sekelasku menelpon. “Bab berapa sekarang? Kapan ke kampus. Bimbingan bareng yuk. Minggu depan ya ketemu di kantin belakang. Buku babonnya sudah ada berapa? Masih kurang enggak?” Banyak kawan saling mengingatkan dan saling memberi support dengan ajakan-ajakan. Namun hanca disertasi itu masih belum juga aku bisa selesaikan.

Sekarang aku luruskan niat lagi untuk melanjutkan hanca menulis ini. Bismillahirrohmaanirrohim Ya Allah bantu aku untuk segera dapat menyelesaikan hanca menulis disertasi ini. Berikanlah kemudahan dalam melakukannya. Berikan kemampuan, ketajaman hati, dan kelapangan pikiran dalam menuangkan ide-ide dan novelty yang bisa aku persembahkan demi kemajuan pendidikan. Aamiin YRA.

 

#Kamis Menulis

#edisi 14 Oktober 2021


Kamis, 16 September 2021

#Kamis Menulis_Buku. Buka. Baku

 


 BUKU. BUKA. BAKU

ehasanah675@gmail.com

 

Menulis buku adalah kegiatan seseorang dalam menuangkan gagasan, buah pikiran, pendapat, ekspresi hati dan rasa, atau apapun sesuai yang ditulisnya. Kegiatan menulis buku ini bisa dilakukan oleh setiap orang. Bahkan dengan menulis buku passion seseorang dapat diketahui. Passion menulis buku akan menggambarkan penulis tersebut memiliki keihlasan untuk berbagi wawasan dan ilmu pengetahuan yang diketahuinya. Penulis buku akan memikirkan apa yang akan ditulisnya, berusaha terus mewujudkan agar bukunya bisa terbit dan dinikmati pembacanya. Passion penulis buku akan melakukan yang terbaik, tanpa pamrih, dan tanpa beban dalam proses merealisadikannya.

 

Hanya tentu saja ada beberapa hal yang harus kita hadapi dan menjadi masalah. Ini terutama bagi penulis buku pemula. Contoh masalah klasik adalah adanya kesibukan, kekurang-pahaman dalam menulis, rasa malas, tidak mau meluangkan waktu untuk menulis, dan masalah lainnya.

 

Nah aku sendiri juga masalahnya malah ditambah dengan malas buka-buka buku karangan orang lain, apalagi yang penulisnya belum dikenal.  Aku juga malas membuka kamus kalau menemukan kata-kata baku yang belum familiar didengar. Lebih baik membaca buku yang menggunakan kata-kata yang tidak baku. Atau lebih suka membaca buku yang ringan dan bebas seperti puisi, cerpen, atau sejenis non fiksi lsinnya.

 

Yuk buka buku (eh salah … seharusnya yuk kita simak) dan membaca puisi yang baku aturannya, yakni setiap kalimat diawali huruf yang membentuk kata yang bermakna, puisi akrostik.

 

 

BUKU. BUKA. BAKU

E. Hasanah

 

B-etapa sedih kala mengingatmu ayah ibu.

U_ntaian kata dalam bait-bait doa penuh pinta

K_upanjatkan dengan sepenuh jiwa dengan ikhlas

U_ngkapkan harap dikabulkan sang pencipta

B-ahkan aku merintih memohonkan ampunannya

U_ntukmu ayah ibu yang kucinta sepanjang masa

K_upintakan tempat nyaman taman surga

A_dakala kulangitkan pinta sang kuasa memberi kasih sayang

B_agaikan kau menyayangiku di waktu kecil

A_badi tanamkan cinta sejati tanpa pamrih

K_ubersujud ungkapkan ketakberdayaan membalas jasa

U_untukmu ayah ibu … hanya doa kupanjatkan sepanjang waktu.

 

Sukabumi, 16 September 2021



Wallahu a’lam bish-shawab.

#KamisMenulis_16092021

Kamis, 22 Juli 2021

Buar

 BUAR

ehasanah675@gmail.com

 

Assalamu ‘alaikum Wr Wb

Setelah beberapa lama tidak menulis di #Kamis Menulis, sekarang saya mencoba partisipasi lagi. Tema suaka marga kata yang diberikan adalah BUAR. Kata yang baru ditemukan hari ini, jadi terpaksa dech buka KBBI. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata buar bermakna menghamburkan uang. Selain itu juga arti lainnya dari buar adalah boros atau royal.



Teringat acara di perhelatan, baik pernikahan, khitanan, atau bahkan acara syukuran akhir tahun pelajaran di sekolah ungkapan buar ini muncul. Buar… buar … buar… seseorang berucap sambil melemparkan uang recehan yang dicampur dengan permen atau potongan kertas kecil warna-warni. Diiringi petatah petitih dari seseorang yang dituakan, pengantin dilempari uang recehan itu. Orang-orang yang hadir biasanya memunguti uang recehan tersebut sambil bergembira bersukaria. Acara seperti ini juga biasa disebut nyawer atau saweran. Hampir sama ketika biduan di panggung disawer oleh penontonnya. Bedanya kalau di acara perhelatan pernikahan pengantin yang dilempari uang recehan dan yang hadir/ penonton yang memunguti uang recehan tersebut. Sedang di acara syukuran akhir tahun pelajaran, yang menjadi pengantinnya adalah siswa-siswi yang baru lulus dan disawer oleh orang tua siswa. Uangnya biasanya diberikan kepada guru wali kelasnya.

Seperti di TK Halima, nyawer atau buar buar uang ini menjadi kebiasaan tiap acara akhir tahun pelajaran sebagai bentuk syukur anak-anak telah selesai belajar. Orang tua dengan tanpa paksaan mengeluarkan uang dari dompetnya sebagai tanda terimakasih anaknya telah dididik. Pokoknya seru, anak-anak senang dan guru-gurunya girang.

 

 


 


 


Iddiiihhhh kotak untuk menyimpan uang baur … baur … baur kelihatan

 

Selasa, 13 April 2021

Memoarku

#AISEI April Challenge

#13 April 2021 

KARTINI

ehasanah675@gmail.com

 

Semangat yang diwariskan seorang perempuan bernama RA Kartini adalah salah satu contoh dari keteguhan menggapai impian. Setiap perempuan pasti memiliki impian masing-masing. Tidak berbeda juga dengan aku, mempunyai keteguhan yang sama,dalam mengeluti bidang yang aku pilih dan terus berjuang mewujudkannya. Semangat, inspirasi, dan spirit RA Kartini untuk mengenyam Pendidikan juga berkecamuk di dadaku. Sebagai ungkapan hal-hal yang dialami aku curahkan dalam cerita di bawah ini.

 

AKU DAN BANGKU SEKOLAH

E. Hasanah

P

erkenalkan, namaku E. Hasanah. Orang memanggilku ibu Hasanah. Dan di sana berdiri sebuah benda yang menantang dalam bisu dan diam. Penampilan benda itu sederhana bahkan nampak tak ada yang istimewa. Ketika seseorang mencoba mendudukinya, benda berkaki empat itu tak bereaksi. Namun tantangan yang ditawarkannya membuat siapapun yang bisa menaklukkan seakan mendapatkan kunci kesuksesan hidupnya.

Ya, benda berkaki empat itu bernama bangku sekolah, bangku madrasah, atau bangku kuliah. Sebuah benda yang bisa mengantarkan seseorang meraih cita-cita untuk masa depannya.

Sejak usia dini, aku sudah berkhayal bisa menduduki bangku itu setinggi yang aku bisa. Sama seperti sosok idolaku, seorang guru yang namanya bertambah dengan gelar tanda kesuksesan menaklukkan bangku sekolahnya.

Menginjak usia 6 tahun, menduduki bangku sekolah dasar telah menjadi keinginanku. Tidak ada Taman Kanak-kanak atau PAUD waktu itu. Walaupun awalnya tanpa sepengetahuan dan ijin orang tua, aku ikut-ikutan masuk sekolah. Karena dianggap belum layak dan belum cukup umur untuk menduduki bangku sekolah dasar. Selain jarak dari rumah ke SD terdekat sekitar 4 Km dan harus berjalan kaki. Ayahku menitipkan aku hanya untuk bisa duduk di bangku madrasah diniyah yang waktu pembelajarannya siang hari setelah zuhur sampai waktu ashar tiba. Ini juga karena letak madrasah itu dekat dengan rumah kami.

Aku ingat betul lulus sekolah dasar pada juli 1980. Mulai tahun 1974 Aku habiskan belajar di sekolah dasar negeri di Bojonggenteng (SDN Bojonggenteng) kurang lebih 6 tahun. Kenapa aku katakan kurang lebih? Karena di saat kelas 5, waktu kenaikan kelas diperpanjang 6 bulan, jadi satu tahun pelajaran durasinya satu setengah tahun. Dari menggunakan catur wulan yang terdiri 3 catur wulan dalam satu tahun pelajaran menjadi sistem semester.

Awal menduduki bangku SD itu, aku ikut-ikutan teman sepermainan yang usianya lebih tua. Pagi-pagi berangkat ke sekolah tanpa baju seragam. Satu dua hari aku ikut duduk di bangku kelas satu. Tiba pada hari ke-tiga seorang guru, mengabsen dan memanggil aku. Masih terngiang bu guru bilang, kalau ingin sekolah lagi besok harus diantar ibu atau bapakmu ya, katanya. Ketika pulang ke rumah, aku sampaikan pada ibuku bahwa besok boleh ikut sekolah lagi dengan syarat diantar dulu oleh ibu.  Ibuku hanya terdiam. Malamnya setelah belajar alif batasa, aku bilang lagi kepada ayahku bahwa besok ingin sekolah dan minta diantarkan. Ayahku berujar, kamu belum waktunya masuk sekolah, umurnya masih kurang, ikut jadi anak bawang saja katanya.

Pagi-pagi aku berangkat lagi ke sekolah, kali ini bapak guru yang memanggil. Mana bapakmu nak, katanya. Aku ketakutan, aku manangis dan akhirnya aku pulang ke rumah nenekku yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Dengan lembutnya nenek membelai rambutku. Sambil memberikan segelas air minum, Emak (panggilan aku kepada nenek) menenangkanku. Besok mandi yang bersih dan pakai baju yang paling bagus ya, bisiknya. Emak akan daftarkan kamu ke bapak guru. Sekarang sesudah makan nanti pulang ya, hawatir ibumu mencari-cari kamu, tambahnya.

Seperti pagi kemarin, aku sudah menunggu teman yang akan berangkat sekolah. Aku ikut bergabung dengan mereka, berjalan kaki tanpa alas kaki sekitar 4 km ke sekolah.  Ketika tiba di sekolah, nenek sudah menunggu aku. Benar saja nenekku menepati janjinya dan mendaftarkan aku untuk bisa duduk di bangku kelas satu. Waktu itu pembelajaran sudah berjalan di tengah-tengah tahun. Aku bangga diberi tempat duduk di bangku paling depan. Ibu guru rasanya begitu baik kepadaku sekarang, pikirku. Entah apa yang dikatakan Emak kepadanya.

Hari-hari di masa kanak-kanakku dilewati dengan penuh kegembiraan. Tanpa beban dan bebas bermain dengan teman-teman di lingkungan rumahku. Dari bangun pagi Aku bergiat, bersiap-siap pergi sekolah sekitar pukul 6.00 WIB, dan belajar di bangku sekolah SD sampai waktu zuhur tiba. Pulang dari SD makan langsung belajar lagi di bangku madrasah diniyah sampai waktu ashar. Main sebentar dengan teman, kemudian selesai salat magrib harus mengaji bersama di rumah seorang guru ngaji. Begitu terus kegiatanku setiap hari. Sering aku sakit-sakitan. Ayahku bilang aku kecapean. Tapi tak ada keluh yang keluar dari mulutku karena aku takut ayahku memberhentikan sekolahku. Pernah suatu hari aku sakit agak parah di kelas, ibu guruku memapah dan menyuruh aku istirahat di kamar rumahnya. Kebetulan rumahnya berlokasi di belakang gedung sekolah. Sore hari Emakku menjemput dan menggendongku pulang. Masih terngiang Emakku bilang, jangan sekolah kalau merasa sakit karena akan merepotkan semua termasuk ibu guru, ujarnya. Emak sangat menyayangiku, karena beliau hanya memiliki satu anak perempuan yakni ibuku. Sedangkan ibuku melahirkan sampai 15 anak, tapi sayangnya hanya 4 orang yang berumur panjang. Aku anak ke-11 dari urutan lahirnya, dan menjadi anak ke-3 dari 4 bersaudara dari anak orangtuaku yang hidup. Aku merupakan anak perempuan satu-satunya dan juga cucu perempuan dari nenekku. Otomatis keluargaku sangat memanjakan dan menyayangiku. Suka duka menghabiskan masa kecil di bangku sekolah dasar sangat berkesan bagiku.

J

uli 1980, setelah menyelesaikan sekolah dasar dan dinyatakan lulus melewati bangku sekolah dasar, aku mendaftarkan diri ke sebuah madrasah Tsanawiyah yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. Berangkat dengan teman sepermainan tanpa diantar orangtua. Seorang guru yang menerima pendaftaran siswa baru berujar,

“menitipkan ayam saja kita harus permisi dan minta ijin. Ini menitipkan anak kok orang tuanya tidak mau datang”.

Hatiku sedih mendengar kalimat yang diucapkan guru itu. Aku mengadu ke Ayahku dan menirukan ucapan guru itu. Ayah hanya menimpali, “Iya, nanti Bapak titipkan kepada guru itu kalau ketemu di mesjid.” Ayahku seorang yang taat beribadah dan tiap hari tanpa absen pergi ke masjid terutama waktu ashar, magrib, isya, dan subuh. Kecuali salat zuhur ayahku jarang berjamaah di masjid karena biasanya salat di tempat dekat sawah atau kebun. Pekerjaan ayah sehari-hari sebagai petani dan menggarap sendiri tanahnya. Beliau berpendidikan hanya sampai kelas 2 SR (Sekolah Rakyat). Wajar dengan sikap dan pandangan terhadap bangku sekolah anaknya seperti itu. Tapi untuk bayar biaya bangku sekolah, pasti ayah tidak akan kompromi, berapapun pasti sangat dipentingkan walaupun sampai harus menjual beras untuk makanku. Hanya mengandalkan hasil tanaman yang dikerjakan dengan tenaganya sendiri. Beliau berpendapat membayar pendidikan anak adalah shodakoh dan infaq yang menjadi investasi akhiratnya. Namun kadang tenaganya tidak mencukupi untuk membiayai keempat anaknya. Aku banyak dibantu oleh Emakku. Bangku madrasah Tsanawiyah ku lewati juga dengan mudah.

Keinginan untuk menduduki bangku sekolah menggodaku. Selepas bangku madrasah Tsanawiyah, aku merayu ayahku agar diberi ijin untuk melanjutkan ke SLTA. Ayahku hanya terdiam dan membiarkan aku mendaftarkan diri ke sebuah SMA Negeri yang letaknya jauh dari rumahku. Aku harus dua atau tiga kali naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah tersebut. Dengan modal keinginan dan tekad kuat, tercapai juga aku bisa mendaftarkan diri menduduki bangku sekolah. Masalah muncul, ongkos kendaraan umum harus ada tiap hari. Sedangkan ayahku tidak punya penghasilan, selain hasil berupa buah-buahan yang beliau tanam sendiri. Itupun 3 atau 4 bulan baru bisa ditukar uang. Allah maha kuasa, selalu ada jalan bagi yang mau berusaha. Selain aku diterima di sebuah SMA Negeri yang bayarannya relatif lebih murah dibanding beberapa sekolah sederajat lainnya. Aku juga dititipkan kepada teman ayahku di sebuah pondok pesantren yang lokasinya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Untuk bekal sehari-hari aku dibantu juga oleh Emakku. Suka duka menduduki bangku sekolah di SMA Negeri ini benar-benar menempa diriku. Kekurangan ekonomi untuk membiayai bangku sekolah ini sangat terasa. Kesabaran untuk menaklukkan bangku sekolah sangat mengharu biru, tapi pantang aku mengeluh dan berkisah sedih kepada ayahku. Karena satu ketakutanku, aku takut disuruh meninggalkan bangku sekolah.

Godaan datang di saat aku duduk di bangku kelas dua. Emakku berkata ada seseorang yang datang dan meminta agar aku mau menjadi istrinya. Sebagai jawabannya, hanya air mata yang mengalir deras dan aku tidak pulang ke rumah Emak.

Dengan kesabaran aku selesaikan juga bangku sekolah SMA ini. Berbagai cerita suka duka terekam dalam memori kenanganku. Sebelum ijazah aku pegang sebagai tanda telah tamat SMA, beberapa teman ramai membicarakan SIPENMARU, yakni Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Bagiku sendiri hanya bisa menelan ludah, jangan kan untuk bisa duduk di bangku kuliah, bisa menyelesaikan bangku SMA saja sudah Alhamdulillah.

Where there’s a will there’s a way

Proverbs atau pribahasa “Where there’s a will there’s a way” (Di mana ada kemauan di sana ada jalan) rasanya sangat mengena dengan keadaanku saat itu. Aku bertemu dengan kepala madrasah MTs tempat asal aku bersekolah. Beliau menanyaiku apakah yang akan aku lakukan setelah tamat SMA. Aku hanya tertunduk tanpa menjawab. Rupanya beliau cukup memahami keadaanku. Ketika ayahku pulang dari masjid setelah salat isya, ayahku memanggil. Kata ayah, “Kamu bicara dengan Pak Haji Syarif ya? Kamu bicara apa? Bilang ingin melanjutkan sekolah?” dan pertanyaan-pertanyaan lain. Seperti biasa jawabanku hanya isakan tangis. Aku tidak berani menatap ayahku. Beliau melanjutkan, “Bapak mengerti kamu mau kuliah tapi apa daya, mengertilah kamu.” Beberapa hari kemudian, pak Syarif datang berkunjung malam hari. Mereka ngobrol ngaler ngidul dari mulai membicarakan bebek sampai sawah yang akan segera ditanam. Tiba-tiba beliau membicarakanku. Yang aku dengar beliau menyarankan ayahku untuk mau membiayaiku menduduki bangku kuliah. Jelas terdengar di telingaku,

“Kang … tidak akan rugi kalau untuk biaya sekolah. Anakmu pasti jujur sekolahnya.” “Mungkin kalau hanya biaya masuk bisa diusahakan, tapi untuk biaya hariannya dari mana.” Jawab ayahku.

“Percayalah pasti nanti ada jalannya, asal ada usaha.” timpal pak Syarif.

Hari perpisahan kelas 3 SMA tiba, teman-teman ceria karena mereka sudah memiliki pegangan melanjutkan ke perguruan tinggi pilihannya masing-masing. Sementara aku sangat bersedih dalam kegembiraan mereka. Hanya doa yang aku panjatkan kepada sang Khalik, Ya Allah berikan aku kesempatan agar bisa duduk di bangku kuliah seperti mereka dengan segala keajaiban dan Rahman Rahim-MU. Aku yakin tidak ada yang mustahil dan itu sangat mudah bagi-MU, bisikku.

Malam setelah pulang mengaji, aku beranikan diri minta ijin ke ayahku untuk ikut ke Jakarta bersama adik Emakku. Aku berniat bisa bekerja apa saja di Jakarta. Ayahku hanya terdiam. Emakku juga terlihat hawatir ketika aku utarakan niatku. Nasihatnya, “Sekarang kamu bilang saja sama bapakmu agar bisa daftar kuliah, nanti untuk bekalnya Emak akan bantu”. Merasa mendapat angin segar, aku temui lagi ayahku. Aku katakan seperti saran Emak. Akhirnya ayahku menjual sepetak tanah sawahnya agar aku bisa masuk dan duduk di bangku kuliah. Sedih dan bahagia bercampur.

B

angku kuliah sebuah perguruan tinggi swasta di Bogor akhirnya bisa ku duduki. Aku mengambil program studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Aku tetap ingin mewujudkan mimpi untuk menjadi guru.

Akhirnya takdir muallaq tercapai juga aku duduk di bangku kuliah. Aku jalani dan ikuti sebaik mungkin pembelajarannya. Untuk kebutuhan sehari-hari, Emakku banyak membantu. Namun takdir mubram sebagai ketentuan Allah yang mutlak dan tidak bisa diubah juga menghampiriku. Jodohku datang disaat bangku kuliah itu berada di tingkat 2. Calon suamiku adalah teman kuliah satu fakultas beda prodi. Awal perkenalan di kampus saat ada suatu kegiatan mahasiswa yang melibatkan tiga prodi dalam satu fakultas. Perkenalan biasa sebagai sesama mahasiswa, Dia sebagai panitia dan aku hanya peserta utusan dari prodiku. Hanya ada kemiripan dari berbagai hal, mulai dari namanya yang hampir sama, Hasan – Hasanah, sampai tanggal lahir yang hanya pautan satu minggu. Dan yang paling membuatku mati langkah adalah kakeknya dengan kakekku adalah bersahabat. Sehingga ketika dia main ke rumah sebagai teman biasa (bukan pacar ya), eh kakek-kakek tuh malah menjodohkan kami.

Aku katakan mati langkah karena kami tidak bisa menolak “keinginan” kakek kami. Mereka menjodohkan kami padahal bangku kuliah masih jauh harus diselesaikan. Akhirnya kami nikah gantung (Menikah secara resmi di KUA tapi kami tidak bersatu dan masih tetap berstatus mahasiswa dan menjalani kehidupan seperti layaknya mahasiswa lain. Kami pacaran setelah ada ikatan pernikahan).

Tahun 1992, dengan susah payah dan suka duka romantika kehidupan yang kami lewati bersama, akhirnya bangku kuliah ini kami akhiri dengan ditandai acara wisuda. Sangat terasa perjuangan untuk menaklukkan bangku kuliah ini begitu berat karena aku harus berperan dalam keluarga, kuliah, dan bekerja. Namun pahitnya menaklukkan bangku kuliah ini Allah memberikan ganjaran dengan memudahkan aku mengikuti tes padahal ijazah belum ditangan, hanya berbekal surat keterangan lulus. Setelah menyelesaikan berbagai persyaratan, aku diangkat sebagai CPNS. Sujud syukur aku atas pencapaian ini.

S

ukabumi… Sukabumi… Sukabumi … Suara kondektur membuyarkan lamunanku. Entah berapa lama aku termangu dan asyik menikmati alur cerita dari kisah hidupku. Begitu cepat waktu berlalu padahal masih banyak yang belum aku tuntaskan tapi usia bertambah lebih cepat.

Sekarang aku sedang duduk di kursi paling depan di belakang sopir. Sambil menikmati perjalanan, aku perhatikan kondektur yang masih menawarkan jasa untuk naik ke bisnya. Kursi bis masih belum terisi penuh ketika keluar dari terminal Leuwi Panjang Bandung ini. Sesekali ada orang yang naik atau turun dari bis yang aku tumpangi. Mereka memberhentikan bis di tengah perjalanan.
Tiba-tiba seorang ibu yang memakai bluse polos dan rok panjang berwarna coklat tua naik. Kerudungnya motif bunga., serasi dengan bajunya. Dari cara berpakaian, nampaknya dia seorang guru atau pegawai pemerintah yang gaya berpakaiannya rapih. Maaf bu kursinya sudah ada yang menempati, tanyanya. Refleks dudukku bergeser. Silahkan bu masih kosong, jawabku singkat. 
Tanpa disadari percakapanpun mengalir. Dari mulai bertanya turun di mana dan tinggal di mana sampai obrolan ngaler ngidul. Waktu 3 jam lebih perjalanan Bandung – Sukabumi tidak terasa lama. Yang paling menarik dari tema yang kami obrolkan tentu masalah pendidikan karena beliau juga seorang guru. Ternyata beliau adalah asli orang Bandung yang diberi tugas mengajar di sebuah SMA di daerah Sukabumi. Sekarang beliau tinggal dan mengontrak rumah di sekitar sekolah tempat mengajarnya. Pertanyaan dan jawaban mengalir begitu saja dan terus susul menyusul sampai kami saling bercerita tentang bangku sekolah yang kami lewati.

Saya habis *pulang* menengok orang tua, dan minta doanya agar bisa masuk kuliah lagi, ujarnya. Ibu sendiri mau ke mana, tanyanya.

“Tadi saya dari kampus bu, ada ujian komprehensif. Saya berangkat ke Bandung-nya kemarin. Menemui dosen minta tanda tangan untuk proposal disertasi. Alhamdulillah semester ini tinggal melakukan penelitiannya.” Kataku menjelaskan.

Bis segera tiba di terminal Sukabumi, kami saling berpamitan. Si ibu turun di Sukaraja sementara aku ditunggu suami di pintu gerbang terminal. Sambil menarik napas panjang, Alhamdulillah tiba juga diterminal Sukabumi. Tapi perjuanganku menaklukkan bangku sekolah belum usai.

Satu langkah lagi tantangan yang aku taklukkan bernama bangku sekolah ini, yakni bangku kuliah di ruang Pascasarjana S3 Ilmu Pendidikan salah satu Universitas terkenal di Bandung ini. Aku yakin bisa, bisa, dan bisa, walaupun usia sudah menua.

 

Minggu, 11 April 2021

KITA KUMPUL KELUARGA

#April Chalkenge
#Hari ke-11
#Huruf K

Kita kumpul keluarga
ehasanah675@gmail.com

Sehari lagi menuju bulan Ramadhan, tak seru rasanya tanpa kumpul dulu bersama keluarga. Kegembiraan menyambut bulan shaum biasanya selain saling mengunjungi keluarga juga mengunjungi keluarga yang telah meninggalkan kita terlebih dahulu. Pemakaman akan ramai oleh pengunjung. Sanak keluarga mendoakan dan membersihkan kuburan orang-orang yang dicintainya.
Membersihkan hati dengan saling memaafkan sebelum Ramadhan tiba juga menjadi kebiasaan kami. Menyucikan diri baik secara lahir maupun bathin. Secara lahir kita membersihkan diri kita masing-masing, mandi dan keramas, membersihkan pakaian, tempat, dan lainnya yang bersipat lahir. Sedangkan bathin juga dibersihkan dengan saling memaafkan diantara anggota keluarga, sahabat, dan orang-orang yang berhubungan dengan kita.
Dengan penuh sukacita juga kami biasanya berkumpul keluarga di salah satu rumah atau tempat pertemuan yang disepakati. Kadang dilakukan juga di tempat wisata, sekalian refreshing. Namun tahun ini karena pandemi masih belum pergi, kami berkumpul di rumah anggota keluarga saja.
"Ngeliwet yuk"  Itu adalah kalimat yang dilontarkan untuk mengajak saudara atau teman. Ngeliwet adalah menanak nasi dengan laukpauknya. Biasanya dikerjakan bersama-sama sambil berkumpul keluarga ngobrol ngaler ngidul. Ciri khas nya nasi liwet dengan ikan asin, lalaban, dan sambal dadakan. Sering juga ditambahkan lauk pauk yang siap saji lainnya yang dibawa dari rumah masing-masing.
Menjelang bulan Ramadhan sekarang juga, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Nah hari ini Kita kumpul keluarganya giliran dengan sahabat-sahabat keluarga alumni Yamsoer 83. Sahabatku alumni MTs Al-Manshuriyah angkatan 1983, teman-teman sekelasku. Tempatnya di *Saung*ku. Alhamdulillah bisa berkumpul dan yang pasti bisa bersilaturahim. Banyak cerita yang bisa bikin tertawa, banyak canda gembira, dan bersuka cita karena masih diberikan kesehatan siap menyambut Ramadhan tahun ini.

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...