Rabu, 28 April 2021

Resume 10 Penerbit Mayor

 Resume ke-10

MENGENAL PENERBIT MAYOR

ehasanah675@gmail.com

Siang ini Rabu, 28 April 2021 kembali kita belajar menulis bersama di kelas pelatihan menulis gelombang 18. Tema yang akan dibahas adalah tentang penerbit mayor. Narasumber yang memberikan materi yakni Bapak Edi S. Mulyanta, sedangkan moderatornya adalah Bapak Bambang Purwanto alias Mas Bams.


NARASUMBER

Tak kenal maka tak sayang katanya, Benar gak ya? Biar tidak penasaran ini CV narasumber siang ini.


Nama: Edi S. Mulyanta S.Si, M.T. Jabatan : Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher TptLhr : Jogjakarta/Tgl Lhr : 24 Mei 1969 Status : Menikah Istri : Retna G. Anak : 1. Nindita Saheka Ramadhani, 2. Raditya Rizky Duanda (alm), 3. Naditya Tertia Alfarizky. Hobby: Membaca, Menulis, Olah Raga, Musik. Alamatnya:

       Fb: https://www.facebook.com/edis.mulyanta

        Weblog: http://bukudigital.my.id

        http://ebukune.my.id

Pendidikan

1. S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994

2. S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006

 Riwayat Pekerjaan

1. Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000

2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001

3. Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2001-2002

4. Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2002

5. Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2002

6. Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004

7. Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019

8. Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang

9. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 - Sekarang

 Karya tulis buku (Lihat di

 https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao)

 1. How to make money in BIG DATA, 2021

2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019

3. Teknik Modern Fotografi Digital 2007

4. Pengolahan Digital Image 2007

5. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006

6. Special Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop 2005

7. Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign 2005

8. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005

9. Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003

 

MATERI POKOK

Woww keren ya narasumbernya. Pengalaman di dunia penerbitan buku dan juga sebagai penulis bukunya sudah mumpuni. Pengalaman di dunia penerbitan dan penulisan buku sudah hampir 20 tahun. Beliau menangani penerbitan di Penerbit Andi. Kami berharap banyak ilmu yang beliau share dan dapat memberikan inspirasi juga memberikan atau berbagi informasi pengetahun.

Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan tentunya ada idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit. Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku yang paling utama di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan juga. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.

Pada Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, sudah dijelaskan dengan gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia. Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.

Saat ini yang bermasalah adalah dalam tahap pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya Demikian arti makna menurut UU No 3 - 2017

Tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Adapun definisi naskah buku dan buku yang telah dijelaskan dengan gamlang pula di UU Perbukuan ini. Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Tugas penulis adalah menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit.

Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.

Adapun definisi Buku menurut UU Perbukuan adalah bahwa buku itu merupakan karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala. Nanti baik itu penerbit buku Mayor maupun Minor dapat berperan saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang ini. Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga di Pemerintahan.

Beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2. Hasil Penelitian wajib disebarluaskan atau dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN). PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN

MANFAAT ISBN

Manfaat ISBN menurut Perpustakaan Nasional yang mempunyai hak untuk mengeluarkan nomor tersebut. Karena begitu pentingnya luaran atau outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh subur pula penerbit-penerbit yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN. Penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam organisasi IKAPI, sehingga bapak dan ibu yang akan menerbitkan buku, sebaiknya menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah.


Setiap penerbit diberi nomor tanda keanggotaan IKAPI. Setiap penerbit juga diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number. Inilah struktur ISBN sebagai penanda Perpusnas dalam mendistribusikan nomor buku secara individual.


Karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja. visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.

Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.

Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran). Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya.

 

Hal ini tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital. Saat ini juga sedang dikembangkan penerbitan digital di perusahaan Andi, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan.

Conto buku digital dan proses pemasarannya ada di

http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id

Ini adalah proyek percontohan pengembangan buku digital kami dan proses pemasarannya. Bisa mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan jaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini. Penerbit Andi saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini. Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pitstop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi.

Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan.

Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Kami mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Silahkan mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya. Semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat.

Narasumber menyarankan agar tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada. Harus diingat kembali bahwa sebagai guru ada tuntutan untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmu tidak hilang ditelan jaman.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju. Sukur-sukur dengan menawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

Sangat Luar Biasa Pemaparan Narasumber

Terimakasih Pak Edi.

PERTANYAAN DAN TANGGAPAN PESERTA

Pertanyaan:

Apalah Penerbit Andi mau mewujudkan impian penulis pemula?

Bersediakah Bapak membimbing naskah agar bisa diterbitkan di Penerbit Andi?

Jawaban:

Siap, ada beberapa penulis yang mencoba untuk menerbitkan buku ke penerbit Andi. Kendala yang paling sering dijumpai adalah proses pemasaran buku saat naskah telah menjadi buku. Tidak semua saluran dapat menerima buku tesebut, sehingga perlu sekali memelajari karakter penerbit dalam menerbitkan buku sehingga dapat seirama dengan keingingannya..

Pertanyaannya:

1. Kriteria apakah yang menjadi syarat wajib naskah lolos masuk dan diterbitkan oleh penerbit mayor.

2. Apakah untuk menerbitkan buku dipenerbit mayor itu butuh perantara atau penulis bisa jalan sendiri?

3. Perbedaan penerbit mayor dan minor yang terfokus pada skala penjualannya, lalu menurut bapak apakah kualitasnya sebenarnya bisa saja buku yg diterbitkan di penerbit minor itu lebih baik. Atau seperti apa standarnya?.

Jawaban:

Buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll).

Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara, bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit kami biasanya mempunyai group2 penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk diterbitkan.

Kualitas terbitan skala minor dan mayor itu menurut saya sama, tidak ada bedanya. Terkadang penerbit mayor mempunyai team Riset dan Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi pemasarannya.

Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor, penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan Development yang fokus pengembangan materi.

 

Pertanyaan:

Bagaimana kriteria Naskah buku yang sesuai dengan penerbit mayor?

Jawaban:

Kriteria naskah sesuai dengan visi misi penerbit. Penerbit Andi adalah penerbit buku untuk pengayaan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi. Hampir 70% buku yang kami terbitkan adalah dengan tema tersebut, sisanya adalah tema umum 30%. Apabila kans untuk dapat terbit tentunya mengikuti kebijakan penerbit tersebut yaitu buku pengayaan pendidikan 70%.

Kirimkan usulan atau sampel buku beserta dengan bagaimana perencanan distribusi menurut penulis sehingga penerbit akan dapat mempunyai gambaran ke mana buku tersebut dapat disalurkan. Kepada siapa sasaran buku itu ditulis, market mana yang diinginkan penulis untuk menjaring pembacanya.

Pertanyaan:

Apa kelebihan dari Penerbit Andi sehingga bisa menjadi penerbit mayor? Terus, apa ciri khas penerbit Andi dibandingkan dengan penerbit mayor lainnya?

Jawaban:

Penerbit mayor biasanya tidak saling tumpang tindih dalam memilih materi terbitannya, sehingga tidak begitu keras dalam bersaing saat di pasar. Terkadang penerbit mayor satu dengan yang lain saling mengintip, untuk saling mengembangkan lini yang mungkin sudah dirintis sebelumnya. Proyek rintisan ini cukup banyak memakan pembiayaan, dengan risiko gagal di pasar. Buku yang telah kami terbitkan saat ini banyak terdiri dari buku Perguruan Tinggi, dan Buku SMK yang belum banyak pemainnya.

Di samping buku pengayaan, kami juga ikut dalam kompetisi buku umum dalam hal ini buku fiksi maupun buku tema-tema umum yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan.

 

Pertanyaan:

Saat ini dunia penerbitan dihadapkan oleh tantangan yg ditimbulkan akibat pandemi. Selain itu akhir2 ini marak dengan juga dengan digitalisasi perbukuan. Bagaimana Bapak menyikapi hal tersebut berkaitan dengan penerbitan buku?

Jawaban:

Memang betul sekali, penerbitan saat ini menghadapi situasi yang sangat sulit. Banyak yang tdk kuasa menahan derasnya Corona sehingga berhenti berproduksi. Mau tidak mau kita harus tetap survive dan belajar beradaptasi. Bayangkan karyawan kami sudah mencapai 500 orang, dan setiap bulannya harus gajian, mau tidak mau kita tetap harus berproduksi. Penerbit Andi terus mengembangkan materi yang mendukung terbitan buku kami, dengan mengandalkan media-media sosial online, kerjasama dengan sekolah, kampus, institusi, dan pemerintahan untuk tetap memertahankan terbitan kami, sehingga indeks literasi bangsa ini masih tetap terjaga.

Kanal-kanal pendidikan untuk mendukung pemasaran kita buka. Sehingga semangat dalam menerbitkan tulisan yang bapak-ibu tulis akan tetap menyala, walaupun mungkin medianya akan berubah. Hal ini lah yang menjadi tantangan ke depan bagi bapak ibu sekalian, karena tidak sekadar hanya menulis saja, akan tetapi dapat berdiskusi, berinteraksi dengan kanal-kanal saluran modern.

 

Pertanyaan:

Bagaimanakah definisi buku yang baik? Sehingga lolos kepenerbit mayor? Buku dikatakan baik itu bagai mana?🙏🙏

Jawaban:

Buku yang baik harus dipersiapkan naskahnya oleh penulis, kesatuan penyajian dan pembahasaan dapat dibantu oleh penerbitnya. Pada dasarnya ketiganya harus menyatu dengan baik, hal ini butuh kerjasama, komunikasi saat proses penerbitan antara penulis dan penerbit. Materi harus unik, artinya mempunyai kekhasan tersendiri dibanding buku pesaing. Hal yang penting lagi adalah hindari plagiarism (copy and paste). Usahakan proses penyuntingan mandiri dapat dilakukan untuk memercepat proses. Penyuntingan mandiri merupakan perbaikan yang dilakukan terhadap draf naskah dari segi kesalahan tipografi, kesalahan bahasa, kesalahan data dan fakta, serta pelanggaran legalitas dan norma.


Kriteria naskah buku yang baik

Kalimat penutup yang memotivasi dari narasumber sebagai Closing Statement

Saat pandemi tampaknya seperti saat gelap yang tidak ada akhir, akan tetapi kami heran mengapa naskah begitu membanjir di tempat kami sehingga kami kewalahan untuk menggarapnya. Artinya apa? Semangat penulis dalam meninggalkan jejak itu tidak akan sirna. walaupun badai ganas sedang di dapan kita. Bapak ibu tetap wajib menuliskan jejak-jejak yang dialami ibu dan bapak, dengan media apapun. Dan buku akan tetapi menjadi keabadian yang akan merekam jejak penelusuran petualangan di dunia ini untuk anak cucu kita besuk di kemudian hari.

Selesai Alhamdulillah

 

Tanggal pertemuan ke-11: Rabu, 28 April 2021

Resume ke: 10

Tema: Penerbit Mayor

Narasumber: Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.

Gelombang: 18

 

Senin, 26 April 2021

Resume 9 Ilmu Pintar Memasarkan Buku

 Resume ke-9

ILMU PINTAR MEMASARKAN BUKU

ehasanah675@gmail.com

Pertemuan ke-10 Pelatihan Belajar Menulis Buku seperti biasa disajikan pukul 13.00 siang di bulan Ramadhan ini. Hari ini materinya tentang Teknik memasarkan buku. Narasumbernya adalah Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. yang akrab dipanggil Om Jay, seorang Trainer, Teacher, Blogger, Fotografer, Motivator, Pembicara Seminar, Workshop PTK, dan Praktisi ICT. Juga Beliau adalah founder pelatihan belajar menulis ini. Pemandu acara atau moderatornya adalah Bapak Sucipto Ardi.


Perkembangan teknologi sangat berpengaruh dan memiliki kontribusi yang cukup besar. Termasuk dalam pemasaran buku yang kita tulis dan terbitkan sendiri. Banyak buku yang saat ini nge-trand berawal dari kekuatan teknologi.  Dengan teknologi, proses pemasaran buku akan lebih cepat tersampaikan langsung kepada pembaca sebagai konsumen. Karena saat ini kebanyakaan orang telah memiliki teknologi.

Menerbitkan buku sendiri sebaiknya memiliki sipat inisiatif dan tekad yang tinggi. Dengan tekad kuat menerbitkan buku sendiri untuk masyarakat umum akan menguatkan kita saat mengalami berbagai kendala. Kendala ini pasti akan ditemui di sepanjang proses menerbitkan buku sendiri. Namun, menerbitkan buku sendiri dapat menjadi pekerjaan yang seru dan menguntungkan.

Untuk bisa menerbitkan kemudian memasarkan buku yang bermutu, maka kita harus belajar bagaimana cara menulis buku. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kita akan menemukan buku itu bagus setelah membaca isinya. Biasanya diiringi dulu dengan iklan atau promosi agar buku yang diterbitkan layak untuk anda miliki.

Om Jay memaparkan pengalamannya bahwa memulai menerbitkan buku dengan mencari editor yang mampu membuat buku yang akan terbitkan menjadi enak dibaca. Semua buku yang dicetak di penerbit indie selalu ada editornya dan bisa diminta bantuannya. Penulis sebaiknya tidak merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku yang diterbitkan bisa laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya.

 

Berbeda bila menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketingnya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

Teknik memasarkan buku ada beberapa cara. Kita bisa mencari informasinya di Mbah Google.com. Tinggal ketik saja, maka akan didapatkan segudang informasinya. Namun pengalaman narasumber bahwa cara yang paling banyak dipakai untuk memasarkan buku adalah menggunakan media digital dan media sosial. Banyak sekali iklan buku baru bertebaran di internet. Ada yang laku dan ada juga yang kurang laku. Narasumber sendiri menggunakan YouTube dan Instagram untuk memasarkan buku buku terbarunya.

Untuk promosi buku di Instagram bisa belajar kepadasiapapun. Contoh belajar kepada anak, yang sedang memasarkan produk Al Qur'an yang sangat bagus sekali kertas dan tampilannya. Caranya beriklan sangat cool dan lebih kepada story' telling. Beda dengan ketika beriklan di http://YouTube.com/wijayalabs. Lebih natural dan apa adanya.

Gunakan juga blog sebagai media digital untuk memasarkan buku buku yang ditulis dan terbitkan. Semua itu membuat buku buku banyak dipesan dan dibeli orang banyak dari seluruh Indonesia. Bahkan ada juga yang dipesan bukunya dari Malaysia, Singapura dan Brunei. Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Walaupun saat ini jumlah pemasaran bukunya agak berkurang akibat pandemi covid19.

Bagi kita para penulis pemula tentu saja ingin bukunya laku dan dibeli oleh banyak orang. Oleh karena itu, kolaborasi adalah kunci agar buku kita bisa dipasarkan di belantara dunia Maya yang selalu nonstop 24 jam.

Menggunakan media sosial untuk memasarkan buku buku yang dituliskan dan bekerjasama dengan kawan kawan lainnya dalam memasarkan buku. Setiap buku akan menemui takdirnya. Namun itu semua harus diiringi dengan usaha yang terus menerus dan tidak mudah putus asa.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh. Itulah yang dilakukan ketika mengalami beberapa kali gagal dalam memasarkan buku terbaru. Pada akhirnya akan menemukan hal hal baru yang membuat kita mencari momentum untuk menerbitkan buku terbaru lagi.

Belajar dari almarhum Hernowo Hasim. Beliau sangat produktif sekali menulis. Namun dari ratusan bukunya, hanya sedikit yang menjadi buku best seller. Salah satunya adalah andaikan buku sepotong pizza.

Harus diakui, buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor lebih banyak pembelinya. Mereka selain punya tenaga pemasaran yang berpengalaman, juga memiliki media sosial yang bagus. Wajar saja bila buku buku yang diterbitkan selalu banyak pembacanya

Salah satu Penerbit buku mayor yang selalu melakukan inovasi adalah penerbit Andi Yogyakarta. Saya banyak belajar dari pengalaman para pengelola penerbit ini.

Hal yang disukai dari penerbit Andi Yogyakarta adalah seringnya melakukan acara webinar dan bersertifikat. Kita bisa belajar dari Chanel youtubenya di tv Andi

Buku kawan kawan belajar menulis PGRI banyak dipasarkan dengan cara ini. Itulah mengapa kolaborasi itu penting agar buku yang diterbitkan laku dipasaran. Kita sebagai penulis jangan juga hanya diam saja. Penulis harus ikut memasarkan bukunya. Dengan begitu bukunya akan laku dan banyak dibeli orang banyak.

Kalau sudah seperti itu, jangan kaget bila kita menerima royalty buku sampai ratusan juta rupiah karena adanya kolaborasi.

Bagi yang sudah menikmati royalty buku dari penerbit mayor maupun penerbit indie, akan selalu melakukan inovasi. Sebab inovasi yang tiada henti akan membuat buku buku yang kita tuliskan sampai ke tangan pembaca.

Jangan lupa silahturahmi. Sebab silahturahmi atau silahturahim juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku. Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi ini. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rezeki yang akan mengikutinya.

TANGGAPAN DAN PERTANYAAN DARI PESERTA 

Pertanyaan:

Bagaimana memasarkan buku ditingkat desa, kecamatan, atau kabupaten yang masih terisoler?

Jawaban:

Tapi memang perlu kerja keras untuk membuat buku antologi karena kita menyambungkan pikiran untuk para penulisnya. Peran kurator sangat penting. Untuk memasarkan buku di daerah 3T harus mengunakan jalan darat. Itulah mengapa kita harus menguatkan tali silaturahmi

 Pertanyaan:

1. Bagaimana kita menghadapi teman yang maaf maunya geratis. Mau buku kita tetapi geratis.?

2. Bagaimana trik mencari teman untuk berkolaborasi memasarkan buku kita?

Jawaban:

1. Untuk promosi tidak apa apa. Biasa memberikan buku gratis sebagai investasi kita membangun personal branding. Namun demikian buku yang kita berikan gratis biasanya jarang dibaca. Itulah mengapa lebih suka menjual buku dan tidak memberikan secara gratis. Kecuali jika sudah mendapat untung dari penjualan buku.

2. Memulainya dengan menjadi teman yang baik dulu. Kemudian membangun supertim. Kita tak bisa menjadi orang hebat sendirian. Itulah mengapa kita harus berkolaborasi. Mulailah dari kita dulu untuk menjadi teman dan sahabat yang baik.

 Pertanyaan:

Apakah penentuan harga dapat digunakan sebagai  media untuk memasarkan buku?

Jawaban:

Kita sendiri bisa menentukan harga buku. Biasanya ambil 100 persen. Misal harga cetak buku 35.000 maka bisa dijual 70.000 itulah cara agar penulis juga sejahtera dan dapat menikmati hasilnya sebagai seorang penulis professional.

Pertanyaan:

Bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan diri itu?

Jawaban:

Untuk bisa menjadi orang yang percaya diri itu perlu proses. Itulah mengapa kita perlu berkolaborasi. Pada awalnya seperti itu. Perlu waktu 15 tahun untuk membangun personal branding. Tidak ada yang instan. Nikmati prosesnya dan kita akan menemukan kepercayaan diri seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan sesama penulis. Banyaklah belajar dari kawan kawan penulis lainnya.

 Pertanyaan:

Bagaimana cara mencari (memohon) agar orang tersebut mau jadi editor buku kita ?

Apakah ada uang jasa untuk editor?

Jawaban:

Dulu pengalaman mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah untuk mendapatkan seorang editor terbaik. Tapi hasilnya dahsyat. Buku buku itu laris di pasaran. Jadi investasi yang kita tanamkan akan berbuah manis bila kita yakin bahwa buku yang ditulis akan menemui takdirnya. Maka selalu yakin bahwa seorang editor yang baik akan membantu penulisnya agar buku yang dituliskan menjadi lebih bermutu dan semakin berkualitas. Belajar dari kisah Andrea Hirata. Sewaktu dia menulis buku laskar pelangi. Sangat garing sekali. Berkat tangan dingin seorang editor, buka laskar pelangi laku keraa dan menjadi buku best seller di negeri ini. Bahkan kemudian difilmkan. Jadi kalau kita ingin bukunya semakin bagus, jangan lupakan jasa seorang editor.

Pertanyaan:

Bagaimana meyakinkan diri sendiri saat akan mencetak buku, sehingga buku yang dicetak akan terjual semua?

Jawaban:

Kita harus yakin bahwa buku yang dicetak akan menemui takdirnya. Oleh karena itu kita harus berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas sampai tuntas. Itulah mengapa buku yang saya cetak laku terjual. Bila masih belum terjual, kita tunggu moment yang tepat. Akan tiba saatnya buku itu laku. Contoh buku blogger ternama yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Buku tersebut baru laku keras setelah setahun buku itu terbit. Jadi nikmati prosesnya. Biasanya proses tidak akan mengkhianati hasil. Selalu melakukan inovasi agar buku laku.

 Pertanyaan:

Bagaimana menentukan harga sebuah buku, apalagi saat promo, apakah ada ketentuan khusus?

Jawaban:

Belajar dari kawan kawan untuk menentukan harga buku. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Kalau kita punya dana besar, sebaiknya mencetak dalam jumlah besar. Sebab harganya akan semakin murah. Semakin banyak kita menjual buku maka akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh. Itulah prinsip ekonomi yang dipegang.

Pertanyaan:

Memang buku sudah menumpuk dalam lemari dan banyak yang belum terjual. Akan dicoba terapkan cara-cara tadi. Bisakah mencarikan editor untuk buku resume gel. 18 yang sedang dirilis ini.agar buku menjadi best seller ?

Jawaban:

Buku yang belum terjual jangan cuma disimpan. Pasarkan melalui media sosial. Gunakan kekuatan tali silaturahmi. Dengan begitu satu demi satu bukunya akan laku. Untuk mencari editor bisa menghubungi pak Mukminin dan Bu Kanjeng. Mereka pakar di bidangnya. Silahkan hubungi mereka.

 Pertanyaan;

Bagaimana mengatasi kegiatan memasarkan yang menakutkan? Seringkali lebih merasa kepada "yang penting barang laku" meski tak dapat untung. Malah seringkali merasa kasihan dan akhirnya buku diberikan cuma-cuma.

Jawaban:

Dulu persis seperti ibu. Namun seiring perjalanan waktu kita akan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Mulailah memperbaiki sedikit demi sedikit kualitas tulisan sebelum diterbitkan.

 Pertanyaan

Apa pengaruh cover buku serta judul, ada gaya tarik pembeli?

Jawaban:

Cover buku adalah wajah kita. Orang akan beli buku setelah melihat covernya. Jadi di tangan pembuat disain cover buku itu akan menemui takdirnya.

 Pertanyaan;

Bagaimana caranya menentukan jumlah buku yang dicetak? Buku yang mana yang paling tepat dipasarkan secara massif?

Jawaban:

Cara menentukan buku yang dicetak adalah dari pre order atau pemesan buku. Dulu buku “agar PJJ tak lagi membosankan” hanya dicetak 10 buku. Kemudian buku tersebut banyak yang pesan hingga 200 buku. Namun sayang, sahabat terbaik meninggal karena sakit.jadi kehilangan teman yang mampu memasarkan buku tersebut. Buku yang paling mudah dipasarkan secara masif adalah buku ajar. Contoh buku ajar informatika yang sampai saat ini banyak sekali pembelinya. Mulai dari jenjang SD, SMP sampai SMA

 

Tanggal pertemuan ke-10: Senin, 26 April 2021

Resume ke: 9

Tema: Teknik Memasarkan Buku

Narasumber: Wijaya Kusumah, M.Pd. (Om Jay)

Gelombang: 18

 

Minggu, 25 April 2021

Rindu Rumahmu

Senin, 26 Apr 2021 10:27 AM

RINDU RUMAHMU
ehasanah675@gmail.com

Kain ihrom yang rapih terbungkus  itu tersenyum kecut
Bungkusnya  berwarna orange seakan mencibir
Ketidaksabaran yang mulai mengetuk bathin
Payung putih di dalam juga berjaga
Kali ini melindungiku dari derasnya airmata.

Biarlah aku rela menunggu waktu, katamu
Sampai saat panggilannya tiba
Namun kabar yang selalu dinanti
Tidak pasti dan entah tersesat di mana.

Waktu untuk miqot seakan menjauh
Namun niat masih tegak menancap
Lafadz Labbaikaallahumma labbaik 
Semakin pelan dan sirna ditelan angin
Abyar 'Ali sunyi tak kuasa kumemulai.

Kalimat talbiyyah di atas gurun pasir tak terdengar
Sepanjang perjalanan di teriknya panas berdebu
Pandangan mata yang liar tak terbatas
Seakan  menari di atas hati yang merindu

Sejuknya air zamzam di balik pintu Babus salam
Setetespun belum bisa lagi kureguk
Lambaian tangan antara hajar aswad dan rukun Yamani
Tak ada lagi tenaga untuk kugapai.

Tawaf sa'i hanya kulakukan dalam derasnya air mata.
Penuh pengharapan dan penghambaan dalam doa
Ya Illahi Robbi jangan biarkan aku merindu tak berujung
Sampaikan aku menapakan kaki di rumahmu
Jangan biarkan aku memakai ihrom ini untuk membungkus jenasahku kembali menghadapmu.

Sukabumi, 25 April 2021


Jumat, 23 April 2021

Mental dan Naluri Penulis

 Resume ke-8

MENTAL DAN NALURI PENULIS

ehasanah675@gmail.com

Ketika membaca flyer untuk pelatihan belajar menulis pertemuan ke-9 gelombang 18 ini, saya terpaku. Wah ini pasti materi yang sangat menarik. “Mental dan Naluri Penulis” adalah tema yang pasti akan berhubungan dengan psikologi kejiwaan seorang penulis dalam mengexpresikan ide, gagasan, dan buah pikirannya dalam bentuk tulisan. Teringat akan teori psikoanalisis yang dikemukaan oleh seorang ahli bernama Sigmund Freud. Sigmund Freud dalam teori psikoanalisi membahas tentang struktur kepribadian dan tingkat kehidupan mental.

Kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Sedangkan tingkat kehidupan mental dibagi menjadi 3 tingkat kesadaran seseorang yakni; sadar (Conscious), prasadar (Preconscious), dan tak sadar (Unconscious). Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang dicermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).

Ok Kembali kepada tema menulis hari ini. Tema Mental dan Naluri Penulis akan disajikan oleh narasumber cantik Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.,Gr. Dengan moderator popular Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd.


Untuk mengenal lebih dekat narasumber, boleh diklik di alamat ini ya.

https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html

Mental menulis akan berkaitan erat dengan teknik menulis. Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Teknik menulis yang dimaksud di sini mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.

Mental apa saja yang harus dimiliki penulis? Silahkan bisa dibuka dan dituangkan dalam bentuk mind map dan video materi yang bisa disimak pada link berikut:

 https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1

Nah ini yang saya katakan sesuai dengan teori psikoanalisis, tentang kesadaraan seseorang. Salah satu mental yang harus dimiliki adalah siap belajar. Di bagian mental penulis yang akan dibahas kemudian, mungkin ada kata yang bikin baper. Berhubungan dengan kesadaran dalam menulis ini dapat dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu: 1. Dying writer, 2. Dead man, 3. Sick people, dan 4. Alive

1.      Dying writer

Tipe Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dan sebagainya)

Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.

2.      Dead man

Tipe Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3.      Sick people

Tipe Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dan lainnya. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.

4.      Alive

Tipe alive yakni tipe dengan kategori terbaik. Tipe alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dan sebagainya. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb).

Apakah kita bisa menjadi alive?

TENTU BISA!

Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya. Dari kuesioner dengan pertanyaan "Apa yang Anda takutkan ketika menulis atau mempublish tulisan?". Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu:

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dan sebagainya.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.

 

Nah, masuk ke bahasan kedua tentang Naluri Penulis, saya akan berangkat dari pengertian naluri menurut KBBI online. na·lu·ri n (1) dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; (2) Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup.

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan. Itu adalah contoh sosok yang memiliki naluri penulis.

Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Ini pun contoh naluri penulis. Kenali diri dan lingkungan, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

Ada tips untuk mengenal diri kita sendiri dan bagaimana mengelolanya.


Tanggapan dan pertanyaan dari peserta pelatihan belajar menulis gelombang 18.

Pertanyaan;

Sudah berapa judul buku karya Neng Ditta, dan sebutkan 1 judul yang paling berkesan beserta alasannya?

Jawabannya;

Kalau buku solo yang dicetak sudah ada 3. Yakni buku;

1. Lelaki di Ladang Tebu (kumpulan cerpen pendidikan)

2. Membongkar Rahasia Menulis (kumpulan artikel saat lomba blog PGRI)

3. Sepenggal Kisah Corona (tentang memoar kehidupan saya selama satu tahun pandemi - sedang proses cetak).

Sedangkan dalam platform menulis, ada novel berjudul Precious di Wattpad dan 2 short story "Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja" (Wattpad) dan Djogja Backpacker (Storial)

Semuanya berkesan. Tapi jika ditanya yang paling berkesan, tentu buku solo pertama ya. Karena dalam buku ini, penulis menuangkan kisah hidup beberapa murid yang diubah dalam bentuk cerpen. Bentuknya fiksi tapi based on true story.

 

Pertanyaan;

Bagaimana cara mengatur tulisan agar tidak terseret hukum ? Misalnya tulisan yang mengkritik tapi dikemas indah.

Jawaban:

Di negara kita ini memang bisa dibilang orang-orangnya masih antikritik. Belum siap dikritik, tapi senang mengkritik. Agar tidak berurusan dengan hukum, hindari hal-hal terkait SARA.

Jika ingin mengkritik salah satu yang aman adalah melalui kolom media massa, misalnya surat pembaca. Jika ingin mengkritik namun dikemas indah, salah satunya gunakan konotasi. Majas, pantun atau puisi. Melalui kisah pun kita bisa mengkritik. Jika masih khawatir, sebaiknya jangan langsung sebutkan nama/badan yang kita kritik.

 

Pertanyaan:

Bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down dalam menulis. Misalnya, sudah pede mau mempublikasikan tulisan, setelahnya tidak ada yang memberi komentar. Atau terlambat mengirim resume, bisa langsung down, kecil hati, gak mau terpacu lagi. Yang ada dipikiran selalu: yang penting nulis, terserah mau dilirik apa gak?

Jawaban;

Disarankan agar melakukan upgrade niat atau target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis Dari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala. Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dan sebagainya. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis. Tidak ada komentar bukan berarti tidak dibaca orang ya. Kalau speechless kadang tidak bisa berkomentar. Tapi dalam hati berterima kasih pada penulisnya.

 

Pertanyaan:

Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis?

Jawaban:

Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada sahabtmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa melebihkan atau menguranginya. Jadi, jika belum bisa mengenali kelemahan dan kekuatan dalam menulis, bisa meminta bantuan sahabat lain untuk mengomentari. Atau, tanyakan pada ahlinya.Gaya menulis sedikit banyak dipengaruhi dari minat kita dalam membaca. Jadi seperti apa yang dibaca, itulah yang biasanya membawa pada gaya menulis tertentu. Misal orang yang senang sastra, dalam tulisannya gaya bahasanya pasti menggunakan diksi diksi indah.

 

Pertanyaan:

Bagaimana mengelola rasa takut mungkin salah satu mental.block yang harus dienyahkan karena ada teman yang " mencemooh" misalnya?

Jawaban:

Salah satu mengelola rasa takut adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan. Kenali apa yang ditakutkan. Mungkin prinsip ini bisa membantu :

Kita tak kan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

 

Pertanyaan:

Adakah tehnik khusus dalam menulis, agar terasa enjoy dan menulis tidak seperti beban?

Jawaban:

Disarankan selalu bawa catatan atau alat untuk mencatat sesuai kenyamanan. Ide bisa datang dari mana saja. Kalau kita membawa catatan, setiap ada ide, minimal tuliskan garis garis besarnya. Pikiran pokok yang akan kita tuangkan. Bisa di buku catatan, hp, atau laptop (disesuaikan). Bisa juga dengan merekam. Yang penting, pokok atau ide idenya dituangkan dulu. Kalau sudah ada ide pokoknya, maka di waktu luang bisa kita kembangkan menjadi tulisan.

 

Pertanyaan:

Langkah apa yang bisa dilakukan agar mampu memantapkan diri, menemukan tipe apa yang sebenernya di dunia literasi? Bagaimana menembus penerbit mayor?  Kalau boleh bagi tipsnya.

Jawaban:

Kemantapan diri berhubungan dengan kemantapan hati. Hati kecil tak pernah berdusta. Langkahnya ikuti kata hati, apa yang paling disenangi. Karena, saat kita memilih apa yang kita senangi dan kuasai, seberat apa pun rintangan yang akan menghadang, pasti tetap akan kita lalui dan bukannya menyerah. Untuk bisa tembus penerbit mayor, beberapa tips antara lain usahakan tema menarik, penulisan sudah sesuai PUEBI, sesuaikan dengan kebutuhan penerbit dan sebagainya (akan dibahas lebih lanjut oleh narsum dari Penerbit Andi, insya Allah. So, tetap ikuti kelas ini ya)

 

Pertanyaan:

Bagaimana cara agar selalu konsisten dalam menulis sehingga bisa menghasilkan karya yang hebat?

Jawaban:

Mengutip saja dari seorang Kompasianer

"Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!" Imam Chumedi, kompasianer

 

Tanggal pertemuan ke-9: Jumat, 23 April 2021

Resume ke: 8

Tema: Mental dan Naluri Penulis

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.

Gelombang: 18

 

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...