Jumat, 23 April 2021

Mental dan Naluri Penulis

 Resume ke-8

MENTAL DAN NALURI PENULIS

ehasanah675@gmail.com

Ketika membaca flyer untuk pelatihan belajar menulis pertemuan ke-9 gelombang 18 ini, saya terpaku. Wah ini pasti materi yang sangat menarik. “Mental dan Naluri Penulis” adalah tema yang pasti akan berhubungan dengan psikologi kejiwaan seorang penulis dalam mengexpresikan ide, gagasan, dan buah pikirannya dalam bentuk tulisan. Teringat akan teori psikoanalisis yang dikemukaan oleh seorang ahli bernama Sigmund Freud. Sigmund Freud dalam teori psikoanalisi membahas tentang struktur kepribadian dan tingkat kehidupan mental.

Kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Sedangkan tingkat kehidupan mental dibagi menjadi 3 tingkat kesadaran seseorang yakni; sadar (Conscious), prasadar (Preconscious), dan tak sadar (Unconscious). Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang dicermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).

Ok Kembali kepada tema menulis hari ini. Tema Mental dan Naluri Penulis akan disajikan oleh narasumber cantik Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.,Gr. Dengan moderator popular Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd.


Untuk mengenal lebih dekat narasumber, boleh diklik di alamat ini ya.

https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html

Mental menulis akan berkaitan erat dengan teknik menulis. Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Teknik menulis yang dimaksud di sini mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.

Mental apa saja yang harus dimiliki penulis? Silahkan bisa dibuka dan dituangkan dalam bentuk mind map dan video materi yang bisa disimak pada link berikut:

 https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1

Nah ini yang saya katakan sesuai dengan teori psikoanalisis, tentang kesadaraan seseorang. Salah satu mental yang harus dimiliki adalah siap belajar. Di bagian mental penulis yang akan dibahas kemudian, mungkin ada kata yang bikin baper. Berhubungan dengan kesadaran dalam menulis ini dapat dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu: 1. Dying writer, 2. Dead man, 3. Sick people, dan 4. Alive

1.      Dying writer

Tipe Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dan sebagainya)

Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.

2.      Dead man

Tipe Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3.      Sick people

Tipe Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dan lainnya. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.

4.      Alive

Tipe alive yakni tipe dengan kategori terbaik. Tipe alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dan sebagainya. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb).

Apakah kita bisa menjadi alive?

TENTU BISA!

Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya. Dari kuesioner dengan pertanyaan "Apa yang Anda takutkan ketika menulis atau mempublish tulisan?". Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu:

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dan sebagainya.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.

 

Nah, masuk ke bahasan kedua tentang Naluri Penulis, saya akan berangkat dari pengertian naluri menurut KBBI online. na·lu·ri n (1) dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; (2) Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup.

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan. Itu adalah contoh sosok yang memiliki naluri penulis.

Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Ini pun contoh naluri penulis. Kenali diri dan lingkungan, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

Ada tips untuk mengenal diri kita sendiri dan bagaimana mengelolanya.


Tanggapan dan pertanyaan dari peserta pelatihan belajar menulis gelombang 18.

Pertanyaan;

Sudah berapa judul buku karya Neng Ditta, dan sebutkan 1 judul yang paling berkesan beserta alasannya?

Jawabannya;

Kalau buku solo yang dicetak sudah ada 3. Yakni buku;

1. Lelaki di Ladang Tebu (kumpulan cerpen pendidikan)

2. Membongkar Rahasia Menulis (kumpulan artikel saat lomba blog PGRI)

3. Sepenggal Kisah Corona (tentang memoar kehidupan saya selama satu tahun pandemi - sedang proses cetak).

Sedangkan dalam platform menulis, ada novel berjudul Precious di Wattpad dan 2 short story "Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja" (Wattpad) dan Djogja Backpacker (Storial)

Semuanya berkesan. Tapi jika ditanya yang paling berkesan, tentu buku solo pertama ya. Karena dalam buku ini, penulis menuangkan kisah hidup beberapa murid yang diubah dalam bentuk cerpen. Bentuknya fiksi tapi based on true story.

 

Pertanyaan;

Bagaimana cara mengatur tulisan agar tidak terseret hukum ? Misalnya tulisan yang mengkritik tapi dikemas indah.

Jawaban:

Di negara kita ini memang bisa dibilang orang-orangnya masih antikritik. Belum siap dikritik, tapi senang mengkritik. Agar tidak berurusan dengan hukum, hindari hal-hal terkait SARA.

Jika ingin mengkritik salah satu yang aman adalah melalui kolom media massa, misalnya surat pembaca. Jika ingin mengkritik namun dikemas indah, salah satunya gunakan konotasi. Majas, pantun atau puisi. Melalui kisah pun kita bisa mengkritik. Jika masih khawatir, sebaiknya jangan langsung sebutkan nama/badan yang kita kritik.

 

Pertanyaan:

Bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down dalam menulis. Misalnya, sudah pede mau mempublikasikan tulisan, setelahnya tidak ada yang memberi komentar. Atau terlambat mengirim resume, bisa langsung down, kecil hati, gak mau terpacu lagi. Yang ada dipikiran selalu: yang penting nulis, terserah mau dilirik apa gak?

Jawaban;

Disarankan agar melakukan upgrade niat atau target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis Dari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala. Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dan sebagainya. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis. Tidak ada komentar bukan berarti tidak dibaca orang ya. Kalau speechless kadang tidak bisa berkomentar. Tapi dalam hati berterima kasih pada penulisnya.

 

Pertanyaan:

Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis?

Jawaban:

Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada sahabtmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa melebihkan atau menguranginya. Jadi, jika belum bisa mengenali kelemahan dan kekuatan dalam menulis, bisa meminta bantuan sahabat lain untuk mengomentari. Atau, tanyakan pada ahlinya.Gaya menulis sedikit banyak dipengaruhi dari minat kita dalam membaca. Jadi seperti apa yang dibaca, itulah yang biasanya membawa pada gaya menulis tertentu. Misal orang yang senang sastra, dalam tulisannya gaya bahasanya pasti menggunakan diksi diksi indah.

 

Pertanyaan:

Bagaimana mengelola rasa takut mungkin salah satu mental.block yang harus dienyahkan karena ada teman yang " mencemooh" misalnya?

Jawaban:

Salah satu mengelola rasa takut adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan. Kenali apa yang ditakutkan. Mungkin prinsip ini bisa membantu :

Kita tak kan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

 

Pertanyaan:

Adakah tehnik khusus dalam menulis, agar terasa enjoy dan menulis tidak seperti beban?

Jawaban:

Disarankan selalu bawa catatan atau alat untuk mencatat sesuai kenyamanan. Ide bisa datang dari mana saja. Kalau kita membawa catatan, setiap ada ide, minimal tuliskan garis garis besarnya. Pikiran pokok yang akan kita tuangkan. Bisa di buku catatan, hp, atau laptop (disesuaikan). Bisa juga dengan merekam. Yang penting, pokok atau ide idenya dituangkan dulu. Kalau sudah ada ide pokoknya, maka di waktu luang bisa kita kembangkan menjadi tulisan.

 

Pertanyaan:

Langkah apa yang bisa dilakukan agar mampu memantapkan diri, menemukan tipe apa yang sebenernya di dunia literasi? Bagaimana menembus penerbit mayor?  Kalau boleh bagi tipsnya.

Jawaban:

Kemantapan diri berhubungan dengan kemantapan hati. Hati kecil tak pernah berdusta. Langkahnya ikuti kata hati, apa yang paling disenangi. Karena, saat kita memilih apa yang kita senangi dan kuasai, seberat apa pun rintangan yang akan menghadang, pasti tetap akan kita lalui dan bukannya menyerah. Untuk bisa tembus penerbit mayor, beberapa tips antara lain usahakan tema menarik, penulisan sudah sesuai PUEBI, sesuaikan dengan kebutuhan penerbit dan sebagainya (akan dibahas lebih lanjut oleh narsum dari Penerbit Andi, insya Allah. So, tetap ikuti kelas ini ya)

 

Pertanyaan:

Bagaimana cara agar selalu konsisten dalam menulis sehingga bisa menghasilkan karya yang hebat?

Jawaban:

Mengutip saja dari seorang Kompasianer

"Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!" Imam Chumedi, kompasianer

 

Tanggal pertemuan ke-9: Jumat, 23 April 2021

Resume ke: 8

Tema: Mental dan Naluri Penulis

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.

Gelombang: 18

 

7 komentar:

  1. Ibu ini luarbiasa semangat nya mengalahkan kaula muda. Sungguh inspiratif sekali bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih ya bun. Klo lgi bisa ya dikerjakan bun.

      Hapus
  2. waah suka.opening statement nya.bu..tentang teori psikoanalisis...mantap..👍😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat dengan Bu Weni. Jadi nambah wawasan 👍🏻 keren.
      Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya, Bu 😊🙏🏻

      Hapus
  3. Iya kesadaran diri untuk menulis ini susah bun. Konsistennya. Mentalnya harus dibangun. Terimakasih ya sudah mampir.

    BalasHapus
  4. Super lengkap, bu 👍👍 kereeennn ...

    BalasHapus
  5. Mantul resumenya. Lengkap isinya..

    BalasHapus

KSP

Kurikulum Satuan Pendidikan  Mengawali tahun pelajaran 2024-2025 pada hari Senin, 15 Juli 2024 semua madrasah melaksanakan Matsama (Masa ta&...