Tampilkan postingan dengan label 0pini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 0pini. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Desember 2021

Korupsi

 KORUPSI TIDAK JUJUR

ehasanah675@gmail.com

Jika berbicara korupsi terlintas di pikiran kita, hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan jabatan, merugikan orang banyak, perbuatan buruk dengan mengambil hak orang lain, dan hal yang berkonotasi tindakan melawan hukum atau penyelewengan alokasi dana. Secara ringkas arti korupsi juga berhubungan dengan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain (KBBI). Makna tersebut meluas seperti korupsi waktu yang menunjukkan adanya penggunaan waktu bekerja untuk melakukan urusan pribadi.

Dalam pandangan kita sebagai orang islam jelas korupsi ini termasuk perbuatan kotor, keji, dan berdosa jika melakukannya. Korupsi ini termasuk didalamnya perbuatan Ghulul (penggelapan), Risywah (penyuapan), Ghasab (mengambil paksa hak/harta orang lain), Khianat, Sariqah (pencurian), Hirabah (perampokan), Al-maks (pungutan liar), Al-Ikhtilas (pencopetan), dan Al-Ihtihab (perampasan). Hal pokok dalam korupsi adalah pengambilan hak orang lain atau memakan harta orang lain dengan jalan batil, dan ini sangat dilarang. Allah Swt telah memberikan petunjukknya. Salah satu ayat yang berkenaan dengan korupsi adalah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 29 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS An-Nisa; 29)

Korupsi dalam kapasitas kita sebagai insan pendidikan tentu harus bisa menanamkan sikap anti korupsi ini kepada para peserta didik. Karakter yang ditanamkan untuk mencegah korupsi ini tergambar dalam sikap yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada 9 nilai anti korupsi yang harus ditanamkan pada diri peserta didik yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, adil, berani, peduli, kerja keras, sederhana dan mandiri.

Salah satu sikap untuk mencegah korupsi yang ditanamkan pada peserta didik adalah sikap jujur. Ya peseta didik harus dididik bersikap jujur, karena jujur adalah pondasi kuat untuk menangkal perbuatan korupsi di masa dewasa peserta didik itu nanti. Sikap ini dibiasakan dalam kegiatan-kegiatan dalam proses belajar mengajar. Contohnya adalah peserta didik dibiasakan untuk tidak mencontek pekerjaan temannya saat ujian maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Peserta didik jujur dengan tidak berbohong kepada siapapun, baik kepada guru ataupun temannya sendiri. Tidak mengambil barang-barang temannya semisal mengambil alat tulis dan tidak mencuri milik orang lain. Peserta didik diajarkan tepat waktu mengembalikan buku yang dipinjam dari perpustakaan misalnya, atau mengembalikan barang milik temannya. Sikap jujur dengan tidak berbohong dalam berkata, misalnya tidak berbohong jika melanggar peraturan atau tata tertib sekolah. Tidak berbuat curang dalam kegiatan seperti pertandingan olah raga dan mengakui kesalahan jika berbuat salah dengan meminta maaf serta perbuatan jujur lainnya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 70-71)

 Wallahu’alam bishawab.

#Kamis Menulis

#edisi 16 Desember 2021

Senin, 20 September 2021

Belajar Menulis saat pandemi

 BELAJAR MENULIS SAAT PANDEMI

E. Hasanah

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghobun; 11)

 

Pandemi covid-19 telah menimpa kehidupan manusia hampir di seluruh dunia. Banyak menelan korban bahkan sampai jutaan orang. Kejadian luar biasa dari tahun 2019 ini, masih terasa dampaknya. Dampak ini dirasakan dalam berbagai bidang. Bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya mengalami kerugian dan penurunan. Dampak dari pandemi ini juga mengakibatkan meningkatnya rasa ketakutan, keletihan, kehawatiran dan kesedihan, karena banyaknya korban yang terpapar.

Pelajaran berharga bisa diambil bagi mereka yang pintar memaknai setiap peristiwa musibah yang menimpanya. Begitu juga kita menghadapi adanya pandemi covid-19 ini. Ada dampak yang bersipat negatif, tentu ada juga dampak yang bersipat positif. Kita memaknainya dari sudut pandang dan pendapat beragam. Bagi orang yang beriman dan meyakini adanya Allah Swt, sesuai dengan ayat Al-Qur’an di atas, dengan adanya musibah pandemi ini pasti akan menyadarkan dirinya. Allah Swt menimpakan musibah atas ijin dan kekuasaannya. Allah Swt mengetahui segala sesuatu dan ini akan menyadarkan orang-orang beriman betapa lemah dan tak berdayanya manusia.

Dampak negatif dari pandemi ini salah satunya adalah adanya kecemasan masyarakat yang tinggi sehingga memperparah kondisinya. Orang yang memiliki penyakit komorbid akan semakin beresiko jika terinfeksi covid-19 ini. Sementara di sisi lain dampak positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 ini adalah salah satunya merubah gaya hidup dan kebiasaan, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan berupa perilaku yang lebih baik karena adanya ketakutan tertularnya covid -19.

Perilaku hidup sehat lebih diperhatikan. Menjaga Kesehatan pribadi dan orang lain, rajin cuci tangan, jaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain, menutup mulut dengan memakai masker, adalah perilaku yang harus dibiasakan demi mencegah tertularnya covid-19 ini. Disiplin dalam menjalankan perilaku hidup sehat ini adalah bentuk usaha atau ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19 ini.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, penulis sangat merasakan dampak dan perubahan perilaku ini. Kebijakan pemerintah untuk mencegah meluasnya pandemi dan menjaga peserta didik terpapar covid dengan belajar melalui sistem daring (dalam jaringan). Ini menimbulkan konsekuensi yang beragam dan bahkan menimbulkan masalah baru. Dari mulai perilaku insan pendidik yang gamang menghadapi perubahan, sampai ketidaktentuan memutuskan apa yang terbaik dilakukan. Guru dituntut untuk cepat belajar dan beradaptasi dengan kebijakan belajar mengajar melalui kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Guru dipaksa untuk memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Guru mengajar peserta didik yang berjumlah puluhan siswa hanya dengan melalui media sosial. Walaupun untuk materi pembelajaran tidak terlalu susah untuk disampaikan karena adanya bantuan teknologi. Namun untuk mendidik sikap sosial spiritual peserta didik sangat berat ditanamkannya.

Ada hikmah di balik pandemi bagi guru-guru atau siapapun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hikmahnya itu adalah pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Platform untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, google meet, bahkan grup WhatsApp dan SMS menjadi fitur yang digunakan untuk memudahkan belajar system daring.

Munculnya kegiatan webinar bagaikan jamur di musim hujan. Ini menimbulkan kreativitas tanpa batas bagi mereka yang pintar memanfaatkannya. Banyak ilmu dan wawasan pengetahuan di-share dalam webinar ini. Dari materi pokok yang akan diajarkan kepada peserta didik sampai teknis dan metode mengajarkannya. Hal ini bagus juga karena guru bisa mengajar efektif dan lebih menarik. Peserta didik juga tidak bosan jika materi pokok pelajaran disajikan dalam bentuk video misalnya.

Proses pembelajaran juga secara langsung bisa diawasi oleh orangtua peserta didik. Bahkan orangtua juga dituntut untuk dapat berkolaborasi atau bekerja sama untuk membantu anaknya belajar. Kerja sama guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri memunculkan cara-cara yang inovatif agar proses pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efesien. Keterlibatan orangtua langsung dalam proses pembelajaran juga dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Orang tua akan mengetahui potensi yang dimiliki anaknya dan bisa mengembangkan potensi itu sehingga anak bisa berkembang maksimal.

Penulis sendiri menjadi lebih akrab dengan teknologi digital ini sekarang. Selama pandemi banyak pelatihan, webinar, ataupun pembinaan melalui perangkat teknologi dan berbasis internet ini. Namun yang paling disyukuri penulis dari adanya pandemi covid-19 ini adalah penulis bisa mengikuti kegiatan pelatihan dan pembelajaran online gratis. Salah satu pelatihan yang diikuti penulis adalah pelatihan menulis buku. Pelatihan menulis dari berbagai jenis tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Tulisan fiksi berupa puisi, pantun, cerita pendek, pentigraf, dan faksi (cerita berdasarkan fakta yang ditulis dalam bentuk fiksi). Tulisan non-fiksi berupa buku yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, karya tulis ilmiah berupa jurnal atau tulisan ilmiah lainnya. Pelatihan menulis ini merubah kebiasaan perilaku penulis untuk lebih banyak membaca, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat berkaitan.

Banyak membaca sebagai bentuk usaha yang dilakukan penulis untuk belajar bisa menulis. Ya membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang mutlak harus dilakukan jika seseorang ingin menyandang profesi penulis. Sebetulnya tak terlintas sedikitpun untuk menjadi penulis, tapi ketika ada kesempatan untuk belajar, mengapa tidak dicoba.  Ternyata untuk menjadi penulis, kuncinya menulis – menulis – menulis. Teman atau dengan siapa kita bergaul juga sangat mempengaruhi dalam kegiatan menulis ini. Diawali dengan mengikuti grup WhatsApp yang anggotanya adalah blogger dan guru-guru pegiat literasi penulis mencoba ikut berperan serta. Dari mulai bagaimana membuat blog, mengisi dengan tulisan dari tantangan yang diberikan, dan kegiatan lainnya penulis ikuti. Kegiatan pelatihan menulis yang digelar juga memotivasi penulis untuk ikut belajar menulis hingga berwujud buku yang memiliki ISBN. Ya walaupun sangat terlambat tapi penulis optimis jika ada keinginan untuk belajar hal-hal positif pasti akan ada manfaat yang akan didapat. Penulis merasa hikmah pandemi yang sangat mempengaruhi pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari adalah menulis. Walaupun tulisannya belum seproduktif para penulis profesional. Motivasi penulis juga awalnya hanya ingin mendapat pengakuan dari anggota grup WA yang semua anggota grupnya adalah blogger. Blogger yakni orang yang nge-blog itu artinya kita harus membuat tulisan di blog, selain tentu saja bisa meng-upload gambar dan video.  Penulis belajar membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan tanpa berpikir untuk apa tujuannya. Siapa yang membaca, bagaimana kualitas tulisan di blog belum menjadi perhatian utama,

Seiring berjalannya waktu, penulis mulai merasakan manfaat dari menulis di blog ini. Penulis bisa saling bersilaturahim dengan blogger lain dengan melakukan kunjungan lewat kegiatan blog-walking. Bisa menuangkan segala pikiran, ide, wawasan, dan pendapat lewat tulisan. Juga bisa menyimpan pengetahuan untuk bisa diberikan kepada pembaca. Mengisi waktu dengan menulis juga ternyata bisa melatih daya ingat penulis. Berbagi cerita lewat tulisan juga menjadi pengalaman yang luar biasa, mengingatkan penulis pada diary yang dahulu sering dipenuhi cerita yang dialami. Dari menulis ini juga memotivasi penulis untuk menambah banyak teman dan relasi walaupun hanya di dunia maya. Penulis bisa berkumpul dengan komunitas penulis baik yang masih pemula maupun yang profesional dan telah memiliki jam terbangnya lama dengan menghasilkan banyak buku.

Dampak positif lain dari memanfaatkan masa pandemi dengan menulis juga semakin memperluas cakrawala berpikir dan memperpanjang azam. Penulis berkeyakinan juga bahwa dengan menulis hal-hal yang bernilai ilmu walaupun satu ayat harus disampaikan. Dan jika diamalkan oleh pembacanya akan menjadi tabungan amal jariah dan tabungan kebaikan. Ada rasa ingin dikenang juga oleh orang-orang terdekat, keluarga, kerabat, dan sahabat bahwa “aku adalah penulis buku”. Azam baiknya “aku adalah seorang ibu guru yang juga seorang penulis”. Berazam di akhir masa bhakti sebagai guru ASN menjadi penulis juga tidak salah kan? Walaupun tentu penulis harus banyak belajar. Siapa tahu azam menjadi seorang penulis atau berprofesi sebagai seorang penulis yang betul-betul penulis buku best seller seperti Coach ustad Akbar Zainudin, penulis buku best seller Man Jadda Wajada, bisa terwujud.

Oh iya sayang sekali penulis belajar menulisnya tidak dari awal masa pandemi atau bahkan dari dulu misalnya bercita-cita sebagai penulis. Penulis memulai belajar menulis di blog dari akhir bulan November 2020. Awal tahun 2021 ini memberanikan diri untuk ikut menulis di beberapa buku antologi. Kendala yang sangat mengganjal penulis dalam belajar menulis ini adalah kurangnya rasa percaya diri dan tidak bisa berkomitmen untuk menulis. Rasa takut mengungkapkan ide dan tulisannya tidak bermanfaat dan tidak berkualitas menjadi penghambat. Namun pengalaman penulis dalam belajar menulis benar-benar menjadi pengalaman baik yang patut disyukuri.

Dari pelatihan belajar menulis di masa pandemi ini, penulis telah bergabung dengan sahabat literasi dan berhasil menulis buku. Buku antologi yang penulis ikuti sekitar 20 buku. Buku tersebut memuat tulisan tentang puisi, pantun, true story, cerita anak, bahkan buku non-fiksi. Sementara itu penulis juga telah menerbitkan buku solo berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula.” Buku ini berisi tiga bagian yang memuat materi dari hasil pelatihan belajar menulis selama 20 kali pertemuan lebih. Pada bagian pertama dari buku ini penulis menguraikan materi tentang Menjadi Penulis. Sub judulnya dimulai dengan bagai mana cara menjadi penulis, ide menulis bagi guru, mental dan naluri penulis, komitmen menulis di blog, digital skill, dan poin buku pada KNP PNS. Pada sub judul bagian kedua membahas tentang menyusun buku, dasar-dasar penulisan, tahapan menyusun buku, proofreading, cara membuat resume, kiat menulis cerita fiksi, konsep buku nonfiksi, dan cara mengembangkan tulisan nonfiksi. Serta pada sub judul bagian ketiga membahas tentang menerbitkan buku, mewujudkan mahkota penulis, tehnik menerbitkan buku, penerbit indie, penerbit mayor, menggali informasi penerbit mayor, tehnik memasarkan buku, dan strategi promosi buku.

Buku antologi yang penulis ikuti adalah buku-buku yang ber judul;

Ø Standardisasi dan Profesionalisme Pendidikan;

Ø Patidusa Pujangga Wiyata_Antologi Puisi Nusantara Bergema;

Ø Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi_Antologi Puisi Pujangga Aksara;

Ø Rinai Rindu Sang Guru;

Ø Inspirasi dalam Untaian Puisi_Antologi Aksara Bermakna dalam memperingati RA Kartini 2021;

Ø Pesona Nusantara (Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia);

Ø Antologi Haru Biru Hijrah Meraih Berkah;

Ø Catatan Terindah (Antologi Memoar Upgrade Diri);

Ø Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi (Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi);

Ø Jendela Langit;

Ø Selasih Bertunas Emas (Antologi Catatan Buah Hati Dalam Puisi);

Ø Rona Pelangi Buah Hati (Antologi Kisah Orangtua Menggapai Cinta Ananda);

Ø The Power of Silaturahmi in Writing (Antologi Membangun Literasi Negeri Bersama Om Jay & Bu Kanjeng);

Ø Leader Writers_Ketika Kepala Sekolah Menulis;

Ø Kiat Jitu untuk Anak Hebat;

Ø Meneladani Al-Qur’an;

Ø dan buku lainnya.

Itulah hikmah di balik pandemi bagi penulis. Rasa syukur karena bisa menghadapi situasi pandemi covid-19 dengan hal-hal yang bermanfaat bagi penulis sendiri bahkan bagi orang lain. Stay at home serta work from home (WFH) juga memberi makna, harapan, serta azam penulis bisa terus meluangkan waktu untuk menulis walaupun hanya beberapa kalimat dan alinea. Selain keyakinan penulis bahwa adanya pandemi covid-19 ini sebagai cobaan dari yang mahakuasa agar kita sebagai hambanya bisa melebur dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia. Sebagaimana sabda Rasullah Saw,

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

 

Wallahu’alam bishowab….

Rabu, 08 September 2021

Budaya Antre

 

BUDAYA ANTRE

ehasanah675@gmail.com

 

Hal-hal kecil yang kadang abai kita perhatikan akan berakibat buruk terhadap kehidupan. Bahkan menunjukkan budaya suatu komunitas masyarakat yang memiliki nilai-nilai populis. Contohnya saja budaya antre. Budaya antre ini sebetulnya sepele tapi membutuhkan keseragaman bertindak dan kesepahaman bersama.

Masalah biasanya muncul jika kita tidak punya kesadaran untuk melakukannya bersama. Kita kurang memiliki kesadaran bahwa dalam hidup bersosial ada etika dan norma yang harus dipatuhi bersama, baik itu etika yang tertulis maupun tidak. Masalah juga muncul karena kita tidak memiliki kesabaran pada diri sendiri. Kurang terlatih bersikap sabar. Selain itu masalahnya ada pada kita yang kurang menghormati keberadaan orang lain, rasa egoisme yang tinggi, dan tidak memiliki rasa tenggang rasa terhadap orang lain.

Budaya antre adalah kebiasan untuk mau bergiliran dalam melakukan sesuatu, seperti menunggu giliran dilayani di bank, supermarket, pintu masuk, dan tempat yang melayani publik lainnya. Budaya antre adalah mengendalikan diri atau mengontrol sikap bahwa setiap orang sama harus saling menghormati untuk bisa dilayani sebaik-baiknya. Contohnya jika kita datang ke suatu tempat, yang datang lebih dulu ya duduk di depan atau dilayani lebih dulu, sedangkan yang datang belakangan ya harus sadar diri duduk di belakang atau minta dilayaninya belakangan juga.

Mengapa budaya antre ini harus kita terapkan bersama? Tentu hal ini akan mengandung beberapa konsekuensi yang dirasakan bersama.  Dengan budaya antre, kita akan merasakan keteraturan, merasa lebih nyaman, saling menghormati antar sesama, menunjukkan kita memiliki sipat sabar dan menundukkan ego pribadi ingin dilayani lebih dahulu.

Bagaimana caranya agar budaya antre ini bisa terwujud? Ya, pertama tanamkanlah kesadaran bahwa kita hidup bermasyarakat. Ada etika yang kita jungjung bersama yakni saling menghormati, tenggang rasa dan saling merasakan bahwa kita memiliki hak dan kewajiban sendiri. Jangan memelihara sikap egois yang mementingkan diri sendiri dan ingin dilayani lebih dulu. Jangan sombong merasa punya kelebihan dibanding yang lain. Kedua setiap orang tanpa terkecuali harus dilatih dan dibiasakan untuk antre. Tanamkan sipat sabar dalam diri. Kalau perlu dari mulai pendidikan anak di usia dini, budaya antre ini harus dikenalkan. Anak harus paham dan memiliki karakter membudayakan antre ini. Contoh yang bisa dilakukan yakni ketika anak-anak akan masuk atau keluar kelas. Biasakanlah anak dibuat barisan dan menanamkan budaya antre dengan satu persatu masuk atau keluar kelas.

Budaya antre ini bagi umat islam yang selalu melakukan salat berjamaah di masjid biasa sudah dilaksanakan. Ketika seseorang masuk lebih awal dia akan menempati shaf depan dan yang datang belakangan di shaf belakang. Bahkan ditemukan satu tuntunan bagi kita untuk membudayakan antre ini seperti di bawah ini.

ومن معاصي البدان اخد نوبة الغير في المكان او الثوب او البئر او غير ذالك

Artinya: “Tergolong juga dari perbuatan maksiat badan adalah mengambil giliran orang lain baik dalam hal tempat, pakaian, mengambil air di sumur, dan tindakan sebagainya.”

        Wallahu a’lam bish-shawab.


        #KamisMenulis_09092021

Selasa, 18 Mei 2021

Kata Mutiara_Harapan

 Kata Mutiara Hari Ini

ehasanah675@gmail.com


Harapan itu berbanding lurus dengan setiap tarikan napas.
Harapan juga melekat pada akal dan pikiran sehat.




Kamis, 15 April 2021

April Challenge Huruf P

 PATAH LIDAH ALAMAT KALAH

PATAH KERIS ALAMAT MATI

ehasanah675@gmail.com

Menjawab tantangan menulis dengan huruf P, Aku memilih tema “Patah lidah alamat kalah, patah keris alamat mati’.  Ini adalah peribahasa yang ditemukan dalam Bahasa Indonesia. Pernahkah pembaca menemukan pribahasa ini? Apa maksud dari peribahasa ini?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti Patah lidah alamat kalah, patah keris alamat mati adalah tidak pandai membela perkaranya (tanda akan kalah dalam berperkara). Maksudnya tidak pandai menggunakan lidah dalam menyampaikan pendapatnya dalam mempertahankan perkara yang dihadapinya. Akibatnya perkaranya akan mudah dikalahkan lawannya.

Peribahasa di atas mengajarkan kepada kita agar kita pandai menggunakan lidah kita. Pandai mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, keinginan dan sebagainya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan Bahasa juga harus dikuasai agar bisa bermanfaat dan sesuai dengan peraturan yang tidak melukai orang lain. Kata lisan dalam berbahasa juga sebagai sarana yang dianggap utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan kita dalam penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Apalagi sebagai muslim, kita diajarkan agar diantara kita ada yang memiliki kemampuan dalam menggunakan lisannya ini untuk berdakwah. Berdakwah yakni mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, mengajak melakukan hal yang ma’rup dan mencegah hal-hal yang merugikan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron 104).

 Kembali kepada lidah sebagai sarana komunikasi verbal menggunakan bahasa. Komunikasi bahasa ini juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis. Bahasa tulis adalah bahasa yang ditulis atau dicetak, sedangkan bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan atau dituturkan.

Satu hal yang harus kita perhatikan, kita harus pandai menggunakan bahasa lisan ini. Ketajaman lisan kadang juga terwujud dalam aktivitas di media sosial melalui status-status yang ditulis. Kita semestinya, sebagai umat Islam membuat status di media sosial yang tak menyinggung orang lain.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa ayat 114 menyatakan bahwa,

 "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS. An-Nisaa'[4]: 114).

Diperkuat dengan sabda nabi Muhammad SAW yang diriwayat oleh Al-Bukhori yang artinya,

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).

 

#edisi jum’at berkah

#huruf P

#April Challenge hari ke-16

 

Selasa, 06 April 2021

Fenomena dan Fakta

Fenomena dan Fakta
ehasanah675@gmail.com

Fenomena menyebarnya Corona virus deasese 19 (Covid-19) ke seluruh belahan dunia termasuk Indonesia membuat kita tersadar. Covid-19 menyebabkan tatanan kehidupan kita berubah drastis. Banyak hal berubah termasuk kebiasaan hidup kita sehari-hari. Dari mulai kebiasaan berkomunikasi, bergaul, sampai kebiasaan berinteraksi secara langsung.
Dunia mencatat virus ini begitu dahsyat sampai menyebabkan kematian berjuta orang. Dan penyebarannya begitu masif sehingga semua orang harus waspada. Semua orang dibuat sibuk memperhatikan kesehatan dirinya masing-masing.
Fakta di tengah-tengah masyarakat menunjukkan kepada kita bahwa para dokter, petugas medis, pemangku kebijakan dibuat sibuk mengatasi virus ini. Rumah sakit penuh dengan orang yang terpapar virus, bahkan gedung lain dialihfungsikan untuk sementara waktu digunakan menampung orang terpapar ini. Obat dan penangkal virus dicari dan diteliti. Vaksin dibuat. Dan segala ikhtiar dilakukan.
Belum lagi penyakit lain yang mengancam. Penyakit yang datang karena menunjukkan keniscayaan. Penyakit yang muncul karena kelalaian diri kita sendiri. Kesalahan dalam menerapkan pola hidup yang tidak seimbang dan tidak teratur.  Ini kesalahan yang kadang tidak kita sadari. Kita kadang mengikuti napsu rakus dan tidak memperhatikan keseimbangan pola hidup sebagai dasar kesehatan. Padahal keseimbangan dan keteraturan pola hidup contohnya dalam makan minum saja akan menjaga diri kita dari penyakit. 
Dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf (7) ayat 31 Allah mengingatkan, "kuluu wasyrabu wala tusrifuu."  Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Potongan ayat ini mengingatkan kepada kita agar keseimbangan dan pola hidup dalam makan dan minum saja harus sesuai. Jangan berlebihan, karena jika berlebihan akan menimbulkan penyakit yang akhirnya akan mengganggu kesehatan kita.
Dalam kitab Al-Ihya, Imam Al-Ghazali menyebutkan hadits Rosulullah SAW yang artinya, "Perut adalah asal penyakit dan disiplin memelihara imunitas atau antybody adalah pokok pengobatannya. Biasakanlah seluruh anggota badan untuk melakukan aktivitas secara rutin dan seimbang."
Mari kita jaga pola makan yang seimbang dan teratur. Begitu juga untuk menjaga kesehatan, kita juga menjaga pola pikir agar terhindar dari stress. Jaga hati agar tetap berpikiran positif. Satu lagi yang terpenting jaga keyakinan. Datangnya penyakit dan hal-hal yang kita benci berasal dari lemahnya keyakinan.  

Wallahu'alambissowab.
#AprilChallenge
#hari ke-6 huruf F
#6 April 2021

Sabtu, 03 April 2021

Cinta

Sabtu, 03 Apr 2021 05:02 PM

CINTA

ehasanah675@gmail.com

Orang mengartikan cinta dengan berbagai hal yang indah,  mengasyikan, bahkan memabukkan. Ketika rasa cinta datang, seseorang rela melakukan apapun demi yang dicintainya. Cenderung orang yang hatinya jatuh cinta akan rela berkorban baik jiwa maupun harta yang dimilikinya. 

Cinta memang memabukkan. Bahkan ada orang karena begitu  cintanya kepada seseorang atau sesuatu dan benar-benar hatinya dimabuk cinta sampai lupa akan dirinya. Greget cinta mampu melemahkan jiwa dan kalbunya. Membutakan mata hatinya. Menyebutkan nama yang dicintainya setiap waktu. Hingga rindu bergelora di dadanya.

Tanda-tanda seseorang jatuh cinta, ia akan sedikit bergaul, lebih senang menyendiri, banyak termenung, dan kelihatan pendiam.  

Salahkah jika seseorang jatuh cinta? Tentu tidak. Kalau kita mencintai seseorang atau sesuatu sewajarnya saja.  Ingat ya cintai seseorang atau sesuatu SEWAJARNYA. 

Mengapa hanya sewajarnya saja? Karena kita akan dipisahkan dengan seseorang atau sesuatu yang kita cintai. 

Jangan sekali-kali mencintai sesuatu sehingga melupakan yang lainnya. Nabi SAW bersabda, "Akan datang zaman menimpa umatku, dimana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara.

1. Mereka mencintai dunia dan melupakan akherat.

2. Mereka mencintai harta benda dan melupakan adanya hisab.

3. Mencintai sesama makhluk-Nya dan lupa kepada Sang Pencipta.

4. Mencintai kepada hal yang membuat dosa dan lupa bertaubat atas dosanya.

5. Mereka mencintai rumah mewahnya dan melupakan rumah terakhirnya yakni kuburan."


Hanya kepada Allah SWT kesempurnaan cinta selayaknya tercurah. Karena kesempurnaan hakiki adalah milik Allah.


Wallahu'alambissowab.

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...