Rabu, 30 Desember 2020

Renungan

 Ungkapkan Hati

Oleh: E. Hasanah


 

Suka dan duka berpasangan dialami seseorang. Waktu hanyalah perbedaan kejadian. Kenangan 2020 biarlah terkubur damai dalam ingatan. Kenangan suka kita jadikan pemanis dalam alur cerita. Kenangan pahit dijadikan gambaran sebagai cermin kehidupan yang akan datang.

 

Harapan pasti ada di benak setiap orang. Bahagia suka cita menjadi cita-cita bersama. Hadapi 2021 dengan dengan hati lapang. Apapun yang akan terjadi pasti sudah tertulis dalam takdir seseorang. Hanya sudut pandang dalam jiwa terdalam yang bisa kita kelola. Bahagia ada dalam duka, nestapa ada dalam  suka cita.

 

Sekarang kita nikmati matahari berseri dengan hati bersyukur penuh penerimaan. Tidak usah mencari harta sampai lupa daratan. Juga jangan terlena dengan kemalasan hingga lupa kewajiban. Jalani hidup dengan kata *cukup*, terpenuhi kebutuhan dasar berupa sandang pangan dan papan. Nikmati setiap detik waktu penuh penghambaan sekarang. Ikuti jalan yang Allah gariskan, pasti bahagia hinggapi hati setiap kita.

Sukabumi, 31 Desember 2020

Kamis_Menulis

PatidusaAsli#Masa

 MASA

Oleh: E. Hasanah

Senja

Semburat jingga

Indah menghias cakrawala

Meninggalkan aneka suka duka.

 

Ada duka nestapa pujangga

Terlewati dalam masa

Biarkan berkata

Lusa.

 

Duka

kenangan corona

Hilangkan banyak nyawa

2020 akan diingat lama.

 

berita duka rapih tertata

Dalam catatan media

Tinggalkan lara

Merana

 

Menyapa

Malam purnama

Membawa mimpi sukacita

Pajar 2021 harapan nyata.

 

Esok matahari akan tiba

Membawa suka cita

Nikmati bersama

Bercengkrama.

Sukabumi, 31 Desember 2020


Patidusa_Terjebak

Patidusa Cemara#16

TERJEBAK

Oleh: E. Hasanah

 

Retak

Dibiarkan tergeletak

Hati semakin terkoyak

Kau pergi tanpa jejak.

 

Abstrak

Laksana tapak

Jiwa mengajak berontak

Namun Nurani tetap menolak.

 

Nampak

Nestapa bergejolak

Keras jantung berdetak

Bangkitkan emosi diri meledak.


Keringat

Nampak melekat

Tergambar sangat pekat

Menutupi duka nestapa menyayat.

 

Cepat

Aku mengingat

tersadar ini akibat

kelalaian hamba sebagai umat.

 

Erat

Hati munajat

Tuhan maha rahmat

Jadikan hamba semakin kuat.

Sukabumi, 30 Desember 2020


Selasa, 29 Desember 2020

Tema & Premis

    Tema dan Premis

 Curhatku.

Walaupun agak terlambat karena kesibukan dan aktifitas yang tidak bisa ditinggalkan, Alhamdulillah aku masih bisa membaca jejak materi selasa berbagi. Materi yang menantang yang disampaikan oleh master blogger Bapak Sudomo, S.Pt. dan moderator keren ibu Aam Nurhasanah, S.Pd.  adalah "Bagaimana menulis fiksi". Materi yang sangat menantang. Eh benar juga di akhir pemateri memberi tantangan untuk membuat Tema dan premis. Katanya sich mudah-mudahan nanti bisa jadi buku karangan kita.


Ok dech... ikutan ah... walaupun agak terlambat. Lebih baik terlambat daripada tidak kan?
Mencoba ya... tolong diperbaiki ya kalau masih salah, terimakasih.

Tema : Hari-hari Emak dalam Pentigraf.
Premis : Emak adalah seorang ibu rumah tangga juga seorang guru. Tidak banyak keinginannya namun ada satu keinginkan yang diungkapkan yakni meninggalkan jejak hidupnya. Cerita hidupnya bisa dibaca oleh anak cucunya nanti. Kisah lika-liku hidup Emak tergambar dalam untaian cerita pendeknya. Emak ingin anak cucunya bisa memecahkan masalah hidup sendiri dengan alternatif solusi yang Emak telah gambarkan dalam ceritanya.

Benar enggak ya?


Patidusa_Sesaat

 PatidusaCemara#15.Sesaat

SESAAT

Oleh: E. Hasanah

 

Kiblat

Ufuk barat

Setiap waktu kuingat

Menghadap-MU walau kadang berat.

 

Pucat

Wajah melekat

Degup jantung semangat

Lantunkan zikir serta sholawat.

 

Lihat

Penuh hormat

Kurenungi setiap ayat

Hingga jiwa tunduk berhidmat.

 


Salat

Menepis jahat

Dari napsu menjerat

Tundukkan hati dalam taat.

 

Sesaat

Tempelkan jidat

Sajadah sebagai tempat

Sujud khusu panjatkan taubat.

 

Ingat

Negeri akhirat

Berharap mendapat rakmat

rido-Mu di yaumil kiamat.

 

Sukabumi, 29 Desember 2020

Senin, 28 Desember 2020

Patidusa_Sadar

 Patidusa Cemara#14

Sadar

Oleh: E. Hasanah


Menakar

Hati bergetar

Hidup belum benar

Tumpukan dosa seakan menampar.

 

Tergambar

Gamang memudar

Hati mulai menawar

Akankah kesadaran bisa membayar.

 


Sebentar

Menatap nanar

Jiwa semakin gemetar

Tuhan bimbinglah aku bersabar.

 

Nalar

Isyaratkan kabar

Laksana bunga mawar

Berduri indah kala mekar.

 

Sinar

Tersirat samar

Cahaya mengajakku belajar

Hanya pada-Mu aku bersandar.

 

Terhampar

Sajadah selembar

Tasbih tahmid istigfar

Dalam sujudku terasa menggelegar.


Sukabumi, 28 Desember 2020

Minggu, 27 Desember 2020

Patidusa_Rindu

PatidusaBias#13

 RINDU

Oleh: E. Hasanah

 

Hadirmu

Sangat kutunggu

Jangan biarkan rindu

Menebal bak hamparan debu.

 

Bahkan mengeras laksana batu

Hati seakan terbelenggu

Harapan semu

Membeku.

 


Pilu

Hanya membisu

Bagaikan bunga layu

Jiwa tanpa nada lagu.

 

Senja segera tiba tanpamu

Terbayang bagaikan hantu

Menakutkan kalbu

Sesuatu.

 

Menunggu

Tidak tentu

Kapan datangnya waktu

Untuk bisa saling bercumbu.

 

Yakin kau akan mencariku

Entah kapan itu

Pintaku satu

Bertemu.

 

Sukabumi, 27 Desember 2020


https://ehasanah.gurusiana.id/article/2020/12/patidusa-rindu-4944566

Sabtu, 26 Desember 2020

Patidusa#Wisuda

 Patidusa Bias#12

WISUDA

Oleh: E. Hasanah

 

Hilang

Sepi bersarang

Hati berkecamuk meradang

Kemeriahan mengakhiri belajar melayang.

 

Orangtua yang biasa datang

Kini nampak lenggang

Hanya seseorang

Bertandang.


Dikenang

Youtube tayang

Orangtua diam terbayang

Menyaksikan wisuda anak tersayang.

 

Melihat anak kedepan melenggang

Menerima kelulusan seorang

Airmata berlinang

Terkenang.

 

Sesak

Wisudawan terisak

Seremonial kelulusan terdesak

Orasi ilmiah serasa memekak.

 

Pandemi membuat mereka terhenyak

Mendorong jiwa berontak

Ingin berteriak

Menguak.

 

Tersentak

Reflek bergerak

Kendalikan jiwa bergeretak

Berserah Sang Pencipta berkehendak.

 

Tersadar pesan ketua bijak

Alumni memiliki otak

Manusia ber-imtak

Tercetak.

Sukabumi, 26 Desember 2020

Wisuda

 Pentigraf#9

WISUDA

Oleh: E. Hasanah

Ruang yang akan digunakan acara sedang ditata. Podium diletakkan di sebelah kanan. Meja panjang dipasangi taplak berwarna ungu lembut. Kursi-kursi berjajar berjarak. Bunga di atas meja menambah manis tata letak. Tidak ketinggalan bendara merah putih dan bendera kebanggaan lembaga berdiri tegak serta spanduk besar digantungkan di dinding. Selesai persiapan, acara siap digelar.


Pagi-pagi gerimis. Satu persatu petinggi kampus berdatangan. Hanya beberapa orang saja. Menempati kursi yang telah disediakan. Kameramen handal siap berperan. Link youtube telah dishare. Acara dimulai dari pembukaan, terus berurutan. Orasi ilmiah seakan menggugah hati dan jiwa. Pesan terakhir terucap, setinggi apapun ilmu yang didapat, tetaplah bijak. Contohlah padi semakin berisi, semakin menunduk.


Prosesi pemanggilan wisudawan dimulai.  Nama mereka dipanggil satu persatu. Wisudawan biasanya naik ke atas panggung dengan penampilan maksimal lalu mengenakan toga. Pemindahan tali toga sebagai tanda kelulusan mereka, menjadi momen inti yang dinantikan. Sekarang petinggi kampus berdiri terpaku di depan layar menyaksikan orangtua atau walinya memindahkan tali toga itu. Pandemi mengubah kultur akademisi.


Sukabumi, 26 Desember 2020

Jumat, 25 Desember 2020

Uang dan Karakter

 UANG DAN KARAKTER

Oleh: E. Hasanah

Seperti kita ketahui uang adalah alat pembayaran, selain uang sebagai pengukur nilai dan penukar barang dan penimbun kekayaan. Dikeluarkan oleh pemerintah atau negara secara sah, uang bisa berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.

Tapi tahukah anda? Uang juga sebagai alat pengukur karakter atau akhlak seseorang.

Ambillah contoh uang sebagai pengukur karakter atau akhlak seseorang dalam menepati janji, kejujuran, saling menyayangi, harga diri, bahkan dzalimnya seseorang.

Gampang sekali mengukur karakter seseorang dari uang. Mengukur dari seseorang itu bisa menepati janji atau tidak, maka pinjami saja uang, kasih hutang. Si peminjam kan sudah biasa berjanji kapan bayar pinjamannya. Tinggal perhatikan saja tuh, apakah dia menepati janjinya atau tidak. Jika pada waktu pembayaran yang telah dijanjikan dia bayar tepat waktu, itu artinya orang tersebut karakternya baik suka menepati janji. Nah bagaimana kalau uang yang dijanjikan belum ada? Biasanya kalau memiliki karakter baik, dia akan tetap menemui orang yang meminjamkan uang tersebut dan meminta maaf karena belum bisa bayar. Atau menunjukkan i'tikad baik untuk membayar hutangnya.

Begitu juga uang bisa menunjukkan karakter atau akhlak jujur seseorang. Misalnya berilah kepercayaan seseorang dalam mengelola keuangan. Apabila penggunaan uang sesuai dengan yang direncanakan, digunakan dengan benar, dicatat dan dilaporkan secara jujur. Maka bisa dipastikan orang tersebut memiliki karakter jujur dan bisa dipercaya.

Bagaimana jika uang bisa mengukur karakter baik seseorang dalam menyayangi orang lain? Mintalah bantuan uang kepada seseorang, kemudian lihat bagaimana reaksinya. Jika memiliki uang, orang tersebut mau membantu, itu menunjukkan dia penyayang. Kalaupun lagi tidak punya uang, dia pasti menunjukkan sikap baiknya. Nah sebaliknya jika dia tidak mau membantu, itu artinya dia tidak memiliki rasa kasih sayang kepada orang lain.

Karakter dzolim seseorang juga bisa diukur dari uang lho. Bagaimana caranya? Misalnya bekerjalah kita pada seseorang. Perhatikan bagaimana cara dia membayar upahnya. Kalau upah dibayarkan sebelum keringatnya kering, itu tandanya dia memiliki karakter tidak dzolim. Atau kalau ada kontrak kerja, dia memberi upah sesuai dengan kontrak kerjanya. Nah kalau tidak sesuai berarti orang tersebut memiliki sikap dzalim kepada orang lain.

Uang juga bisa menjadi alat ukur harga diri seseorang. Coba ajaklah temanmu untuk makan bersama, lihatlah reaksi dia ketika membayar makanan tersebut. Jika dia tidak mau dibayarkan atau menolak, itu berarti harga dirinya tinggi. Kecuali kalau kita bersepakat untuk dibayarkan.

 

Benarkan kalau uang bisa jadi alat pengukur karakter atau akhlak seseorang?

Kamis, 24 Desember 2020

Patidusa Memikat

 Patidusa Bias#10

PATIDUSA MEMIKAT

Oleh: E.Hasanah

 

Terpikat

Aku mendekat

Hati sejenak terperanjat

Patidusa memang puisi memikat.

 

Kata bermakna nampak lekat

Sebait baris empat

Seperti terikat

Bertingkat.

 


 

Nikmat

Dalam sesaat

Terpesona kata tersurat

Indah laksana sajian lezat.

 

Tuhan luar biasa hebat

Patidusa mengandung hakikat

Ajarkan semangat

Bermunajat.

 

Tempat

Curahkan makrifat

Tuliskan makna nasihat

Sebagai hamba harus diingat.

 

Deretan kata siratkan bijak

Mampu tinggalkan jejak

Menunduk sejenak

Terjebak.

 

Sukabumi. 25 Desember 2020

Pentigraf_Emak Panen

 Pentigraf#8

EMAK PANEN

Padi di sawah mulai menguning, Emak merasa sangat senang. Tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk dipanen. Bersyukur Emak panjatkan kepada sang pencipta, hama padi berupa burung-burung kecil tidak banyak menyerang padinya. Dengan senyum merekah, Emak sekarang akan menyiapkan karung, menyuruh Mang Kemed untuk memotong padinya, dan menyiapkan uang untuk buruhnya.


Minggu pagi Mang Kemed sudah berada di sawah. Emak datang membawa makanan dan air minum. Sambil menikmati pemandangan alam desanya yang sejuk, Ia menginjakkan kakinya di pematang. Bahagia hati Emak, yakin panennya akan beruntung. Damai hati Emak bercengkrama dengan suasana jiwa yang menyatu dengan alam pesawahan sebagai tempatnya mencari penghidupan.

 

Lebih dari 20 karung padi hasil panen musim ini. Namun belum satu ton, jadi pikir Emak belum masuk nisab untuk mengeluarkan zakat. Nanti kalau sudah dijemur, digiling, dan berasnya saja akan dibagikan kepada tetangga dekat sebagai penggnti zakat. Hari ini Emak menjemur padinya. Perlu 3 atau 4 hari sampai padinya siap digiling. Namun apa yang terjadi? Setiap padi ditebarkan dalam jemuran, ratusan burung-burung kecil mendatangi dan memakan padinya. Banyak sekali ini jumlah burungnya. Sampai kewalahan dibuatnya, Emak sangat Lelah. Emak hanya mengusap dada sambil berdoa Ya Allah ampuni hamba. Hamba akan keluarkan zakatnya sebelum padi ini digiling. Hati Emak mendadak damai.

Selasa, 22 Desember 2020

Tafakur

 #PuisiPatidusaCemara#9

TAFAKUR

Oleh: E. Hasanah

 

Terlanjur

Napsu takabur

Dosa tak terukur

Mengotori hidup dengan lacur.

 

Tersungkur

Sujud syukur

Bertasbih penuh tafakur

Puja serta puji bertabur.

 


 

Mengucur

Deras meluncur

Air mata sedulur

Mengantarkanmu ke liang kubur.

 

Terbujur

Dalam kubur

Jasadmu berujar jujur

Tak seorangpun bisa kabur.

Sukabumi, 23 Desember 2020

 

Senin, 21 Desember 2020

Hari Ibu

 #PuisiPatidusaCemara#8

 

HARI IBU

Oleh: E. Hasanah

 

Ibu

Hari ibu

Aku adalah ibu

Sempurnakah aku jdi ibu?

 

Terpaku

Diri mengaku

Tidak maksimal aku

Mendidik penuh buah hatiku.

 


Anakku

Maafkan ibu

Yang belum mampu

Mengantarkan hidupmu setiap waktu.

 

Tuhanku

Titip anakku

Bimbinglah arahkan selalu

Menjadi anak sholeh sholehahku.

 

Selalu

Dalam sujudku

Doa terbaik untukmu

Dunia akherat Allah melindungimu.

Sukabumi, 22 Desember 2020

Hadiah Hari ibu

HADIAH HARI IBU UNTUKKU

Sore ini senin, 21 Desember 2020 tepat pukul 4.30 ada kebahagiaan yang tak terkira yang aku dapatkan. Aku yakin ungkapan setiap tulisan membawa nasibnya, jadi aku mencoba menulis apa saja yang aku ingat. Sesuai dengan ungkapan Buya Hamka, “Menulislah dan Biarkan Tulisanmu Mengikuti Takdirnya”. Ternyata kalimat tersebut terbukti lho. Aku belajar membuat blog dan menulis belum genap satu bulan, Eh tulisanku sudah ada takdirnya yang membuat aku merasa berbahagia dan beruntung dengan tulisan tersebut.

Mau tahu? Ada apa gerangan?

Tarraaaa… ini dia


Buku karangan Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.

Penulis muda bernama Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. mengirimi aku buku berjudul ‘Aksi Literasi Guru Masa Kini’. Beliau memberi motivasi kepada kita yang menulis di blog setiap hari kamis dalam kegiatan ‘KamisMenulis’, yang diadakan di WA grup Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal).

Pada ‘KamisMenulis’ edisi minggu ke-3 tanggal 17 Desember 2020, Bapak Brian (panggilan akrab untuk Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.) memberikan tema IBU. Tema yang menarik, karena momennya tepat menjelang hari ibu, selain anggota grup juga banyak ibu-ibu guru yang semangat untuk menulis. Aku mengirim 2 tulisan (dalam bentuk puisi dan pentigraf). Di luar dugaan, sore hari kamis itu Pak Brian pesan, “siap-siap nanti malam akan ada undian KamisMenulis untuk 3 edisi sekaligus” (kalau gak salah ni). Wah pikirku bagus juga ide Pak Brian, selain jadi guru, blogger, penggiat literasi, eh ternyata beliau motivator juga.

Tidak buka WA 3 jam saja, pesan WA sudah panjang tuh. Terkejut juga aku, pentigraf bertema ibu menemui takdirnya membawa nasib mendapatkan undian sebuah buku. Wah senang pake banget ini. Tak tersirat sedikitpun aku akan mendapat hadiah darinya he he he. Bagi aku tulisan di blog yang baru dibuat ada yang mengomentari saja sudah senang, apalagi ini dapat buku.

Thank so much Pak Brian

Thanks juga ya telah membimbingku membuat blog, tanggal 24 November 2020 jadi hari bersejarah dan tercatat dalam diaryku karena pertama kali punya blog hi hi hi.

 

Minggu, 20 Desember 2020

Nasihat

 #Puisipatidusaasli#7

 

NASIHAT

Oleh: E. Hasanah

 

Waktu bagai busur melesat

Jangan terlambat sahabat

Perbaiki niat

Cepat.

 

Mendekat

Tuhan melihat

Walau hanya Hasrat

Jangan ada sedikitpun hianat.

 

Mari kencangkan tangan berjabat

Saling menguatkan tekad

Benar berbuat

Taubat.

 

Ingat

Iman perkuat

Hidup ini singkat

Lakukan apapun dengan tepat.

Sukabumi, 21 Desember 2020

Sabtu, 19 Desember 2020

Puisi_Pagi

 PatidusaCemara#7

PAGI

Oleh: E. Hasanah

 

Dinanti

Menyapa sunyi

Segarkan beban diri

Hilangkan pahit getir hati.

 

Mentari

Sinarnya berseri

Menyambut takdir ilahi

Dalam doa puja puji.

 

Solusi

Pasti menyertai

Yakin apapun terjadi

Dalam kuasa-MU Robbi.

 


Sukabumi, 20 Desember 2020

 

Jumat, 18 Desember 2020

Puisi_Iftitah

#PuisiGenreSapardian#

5-7-5_5-7-5

IFTITAH

Oleh: E. Hasanah

 

Dengan takbir aku kagumi kebesaran-MU

Sungguh sempurna mencipta langit bumi dan isinya

Robb bisikku segala puji bagi-MU




Dengan iftitah aku rangkai ikrar

Sesungguhnya salatku ibadahku hidupku matiku hanya untuk-MU

Robb tuhan pemilik semesta alam

Reminder

 LISAN

Oleh: E. Hasanah

          Lisan menunjukkan kata benda yang berarti lidah, juga berarti kata-kata yang diucapkan. Atau berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan dengan mulut bukan dengan surat (Kamus Besar Bahasa Indonesia /KBBI). Berbicara lisan itu sangat menarik karena apabila digunakan dengan benar akan membawa manfaat, dan apabila tidak bijak menggunakannya akan membawa madhorat. Pepatah Arab mengatakan, salâmatul insan fî hifdhil lisân (keselamatan seseorang tergantung pada lisannya). Dengan lisannya seseorang bisa menolong orang lain. Juga karena lisannya seseorang dapat menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain.

          Sangat penting bagi kita menjaga lisan ini. Sebagai orang Islam, hendaklah memperhatikan bunyi hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari:

   وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ

Artinya; “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

          Jelas hadits tersebut mengajarkan kepada kita untuk berkata yang baik, menggunakan lisan menyampaikan hal-hal yang benar. Dan jika tidak bisa menjaganya lebih baik diam. Perlu mencermati bahwa Rasulullah SAW dalam hadits tersebut mengungkapkan nilai keimanan seseorang sebelum memperingatkan tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan sepele tapi perlu dicermati. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya (mafhum mukhalafah) bahwa orang-orang yang tidak berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir.

Kenapa lisan dihubungkan dengan keimanan 

kepada Allah dan hari akhirat?

        Karena lisan mengandung pesan bahwa segala ucapan yang dikeluarkan dari mulut itu, sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang berkata seenaknya tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, menunjukkan pengabaian terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita, sesuai firmanNYA dalam QS. Qaf [50] ayat 18.

   مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tak ada suatu katapun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat." (QS. Qaf [50] :18)

          Mari kita menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak bermanfaat, jauhkan dari kata-kata yang bersipat ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah terkadang tanpa sadar keluar sebagai kembang obrolan yang asyik, namun itu berefek mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain.

Bahkan lisan juga tanpa terasa mengeluarkan fitnah, yakni sengaja menebar berita tidak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah. Umumnya fitnah ini berujung adu domba, sehingga pertengkaran bahkan pembunuhan terjadi. Ini sikap sangat dibenci Islam. Fitnah lebih keji dari kebohongan dan ini sangat menyakitkan. Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar bisa berpikir terhadap setiap kata yang diucapkan.

Berbicara tentang nilai kebaikan pada lisan, ini juga akan berdampak pada timbulnya kualitas ucapan yang dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan yang tak terjaga.

Rasulullah bersabda:

   إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَـافُ عَلَيْــكُمْ بَعْدِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِـيمُ اللِّسَانِ

“Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicara” (HR At-Tabrani).

 

Di era globalisasi ini, kata-kata atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari pikiran dan opini yang muncul di status Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, konten video, dan lain sebagainya. Di media sosial tak jarang juga dijadikan ajang tempat berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan sampai ancaman fisik yang membahayakan.

Lisanpun meluas maknanya mencakup pula opini-opini di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun sama, mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara. Hendaknya kita berhati-hati menulis sesuatu di media sosial. Berpikir dan ber-tabayyun (klarifikasi) menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat.

Ingat bahwa Allah SWT mengutus malaikat khusus untuk mengawasi kata-kata kita, baik kata-kata yang keluar dari mulut kita maupun ketikan jari-jari kita di media sosial.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tak ada suatu katapun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat." (QS. Qaf [50] :18)

 

Wallahu a’lam bish-shawabi

Kamis, 17 Desember 2020

Buku Jari

 #Patidusa Asli#6

BUKU JARI

Oleh: E. Hasanah


Ku simpan rapih asma-MU

Dalam buku jari-jariku

Setiap waktu

Bertemu.

 

Selalu

Ada rindu

Memuja-MU dalam bisu

Buku jari-jari kalkulator tasbihku.

 

Buku ibu jari tanganku

Tersimpan ayat Satu

Awal hapalanku

Firman-MU.

 

Malu

Hati mengadu

Belum semua ayat-MU

Tertata rapih di buku-buku.

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...