Tampilkan postingan dengan label Pentigraf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pentigraf. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 September 2021

Pentigraf_Ibu Sakit

 Ibu Sakit

ehasanah675@gmail.com

Sudah seminggu lebih Bu Ima sakit. Dia kelihatan agak payah sekarang walaupun sakitnya menurut dia biasa saja. Hanya masuk angin dan berakibat buang air saja. Entah berapa kali dia mondar mandir keluar masuk kamar mandi. Minum air putih dan sesekali airnya dia kasih gula dan garam sedikit.

Melihat ibunya sakit agak parah, Izal nelpon temannya yang berprofesi seorang dokter. "Dok, sebelum pulang praktek nanti mampir ya. Mama nih sakit BAB terus." Terdengar Izal menelpon temannya. Tahu bahwa anaknya memanggil dokter, bu Ima terlihat kurang senang. Dengan sedikit cemberut, dia panggil anaknya. Dia katakan Mama sakit biasa besok lusa juga sembuh dan tidak perlu berobat, hanya mencret akibat masuk angin saja. Mendengar ocehan ibunya, Izal menimpali ibunya. Mama tuh kelihatan pucat dan lemes, itu tandanya Mama kehabisan cairan. Nanti kalau dehidrasi bisa lebih parah. Mama sakit Izal juga ikut sakit Ma, gak tenang kerja dan khawatir saja bawaannya. Kata Izal panjang lebar sambil kelihatan agak marah. Namun Bu Ima tidak suka anaknya memanggil dokter untuk mengobatinya.

Malam harinya, dokter teman Izal datang ke rumah. Karena sering bertandang, dokter juga tidak canggung masuk rumah. Dokter memeriksa bu Ima dan memberinya obat. Seperti ke ibunya, dokter itu panjang lebar menasehati, dari mulai bilang jangan ini jangan itu sampai harus ini harus itu. Sebelum pamit pulang dokter bilang ke Izal, "Zal maaf ambilin gunting kuku, ini kuku Mama sudah panjang." Waduh nih si dokter pasti akan menggunting kuku jari bu Ima yang panjang-panjang. Benar juga sambil tetap menasehati, dia bilang, "Maaf ya Ma, saya guntingin kuku-kukunya. Gak ada baiknya Mama melihara kuku." Izal hanya terdiam dan terpaku saja karena dia tahu benar bahwa ibunya tidak mau ke dokter bukan karena tidak mau berobat tapi karena tidak mau kuku jarinya diguntingin oleh dokter itu.

Rabu, 06 Januari 2021

#Kamis Menulis

 Lintasan angka 8

Oleh: E. Hasanah

 


Emak memiliki 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Usia anak sulungnya, Hanief mendekati 17 tahun. Dia lahir pada tanggal 22 februari, jadi bulan depan ulang tahunnya yang ke-17.  Emak janji nanti kalau ulang tahun Hanief yang ke-17, Emak akan membelikan dia motor sebagai hadiah ulang tahunnya. Eh belum waktunya dia sudah merengek nagih janji. Kata Emak belajar dulu saja bawa motornya dan pakai motor punya bapakmu.

 

Girang sekali Hanief diijinkan belajar motor bersama bapaknya. Terbayang di hari ulang tahunnya hadiah motor baru dari Emak. Pokoknya semangat luar biasa. Setelah merasa bisa bawa motor, dia merayu Emak. "Mak sebelum motor baru datang, kan harus punya SIM dulu. Aku akan buat SIM ya", katanya. Yakin sudah bisa motornya, tanya Emak. Pede banget tuh jawabnya, "Bisa Mak".

 

Hari ini Emak dan Pak Su mengantar Hanief ke kantor kepolisian. Dia menunggangi motor bapaknya sedangkan Emak mengikutinya dari belakang. Emak mengurusi pembuatan SIM dengan prosedur yang ditentukan. Setelah mengikuti tes ujian teori dan hasilnya memuaskan, tibalah tes praktek. Kami diajak ke halaman kantor belakang dan Hanief disuruh membawa motornya. Seorang polisi memberi instruksi, tes prakteknya seperti apa. Hanief siap melakukan tes prakteknya. Emak dan Pak Su hanya memperhatikan dari jarak yang agak jauh. Tiba-tiba Hanief berteriak, " Mak... Pak ...", gubrakkk.... Hanief dengan motornya jatuh di lintasan angka delapan. Tes prakteknya diulangi lagi ya dua minggu yang akan datang, kata polisi itu kepada kami. Emak senang dan sangat lega karena hadiah motor ulang tahun Hanief tidak harus dibeli bulan februari ini.

 

 Tantangan Kamis Menulis, 07 Januari 2021

Selasa, 05 Januari 2021

Pentigraf#11_Tidur Emak

Tidur Emak

Oleh: E. Hasanah


Bangun tidur badan terasa linu, tapi Emak masih berusaha beranjak. Waktu subuh hampir segera tiba dan Emak harus siap berada di atas sajadah. Berwudhu sajalah gak usah mandi, bisik hati Emak. Toh hari ini tidak akan pergi ke mana-mana, paling hanya ngurus bunga. Selesai berwudhu Emak mengenakan mukena. Masih ada waktu sebelum adzan subuh berkumandang, Emak salat dulu 2 rakarat.

 

Sambil berzikir mengagungkan asma Allah, hati Emak seakan berkeliaran mengelilingi cakrawala. Betapa kecilnya manusia di hadapan kekuasaan Allah yang maha perkasa. Betapa lemahnya tubuh manusia dibanding ciptaan Allah lainnya. Namun betapa sombongnya manusia, tidak mau menggunakan kolbunya walau untuk kepentingan dirinya sendiri. Tak terasa mata Emak basah. Astagfirullah....

 

Suara adzan terdengar jelas dari mesjid dekat rumah. Emak tersadar, waktu salat subuh tiba. Segera Emak berdiri, mengangkat kedua tangannya bertakbir. Tiba-tiba suara Pak Su jelas memanggil, "Mak... Mak... bangun Mak, sudah adzan tuh", kata Pak Su sambil menepuk-nepuk badan Emak. Mak ini tidurnya kayak kerbau sampai kencengnya suara adzan di atas telinga saja gak dengar, Pak Su ngedumel.

Alhamdulillahil ladzi ahyana ba'dama amatanaa wailahinnushur...

Sukabumi, 05 Desember 2021 

Jumat, 01 Januari 2021

Obrolan Sore

 Obrolan Sore

Oleh: E. Hasanah

Sore setelah salat ashar, Emak duduk di luar belakang yang menghadap ke sawah. Hamparan tanaman padi yang menghijau bagaikan karpet besar yang terbentang. Nampak segar setelah tadi siang hujan turun. Tiba-tiba ada orang di depan rumah memanggil. Emak menghampiri.

Paman datang bertandang. Ngajak ngobrol ngaler ngidul. Sejenak Emak merasa heran, kenapa paman ngomongin masalah orang yang punya hutang. Apakah dia punya hutang ke orang lain, tapi tidak bisa membayar, bathin Emak. Ah masa iya, kalaupun butuh uang pasti dia minta bantuan ke Emak. Daripada berprasangka buruk dan penasaran juga Emak akhirnya bertanya. Apakah paman punya hutang ke orang lain?

 

Paman terkejut juga ditanya seperti itu. Tanpa menatap Emak paman menjawab,  "Takut diminta bantuan ya?" Untuk apa sampai berhutang, kita nikmati saja rizki yang ada. Yakin Allah akan mencukupi kebutuhan kita tapi mungkin tidak memenuhi keinginan kita, katanya berdalil. Emak tertegun dan merasa menyesal juga telah berprasangga buruk. Paman melanjutkan, tujuan paman datang ke sini hanya ingin duduk bersama Emak saja.  Kan duduk berkumpul bersama orang sholeh kayak Emak bisa menjadi obat hati.  Tahu sendiri paman kan malas baca Qur'an, zikir malam, apalagi puasa katanya. Jadi hanya bisa menikmati hamparan sawah dengan berkumpul orang saleh saja seperti Emak.

To be continued....

 

 

 

 

Sabtu, 26 Desember 2020

Wisuda

 Pentigraf#9

WISUDA

Oleh: E. Hasanah

Ruang yang akan digunakan acara sedang ditata. Podium diletakkan di sebelah kanan. Meja panjang dipasangi taplak berwarna ungu lembut. Kursi-kursi berjajar berjarak. Bunga di atas meja menambah manis tata letak. Tidak ketinggalan bendara merah putih dan bendera kebanggaan lembaga berdiri tegak serta spanduk besar digantungkan di dinding. Selesai persiapan, acara siap digelar.


Pagi-pagi gerimis. Satu persatu petinggi kampus berdatangan. Hanya beberapa orang saja. Menempati kursi yang telah disediakan. Kameramen handal siap berperan. Link youtube telah dishare. Acara dimulai dari pembukaan, terus berurutan. Orasi ilmiah seakan menggugah hati dan jiwa. Pesan terakhir terucap, setinggi apapun ilmu yang didapat, tetaplah bijak. Contohlah padi semakin berisi, semakin menunduk.


Prosesi pemanggilan wisudawan dimulai.  Nama mereka dipanggil satu persatu. Wisudawan biasanya naik ke atas panggung dengan penampilan maksimal lalu mengenakan toga. Pemindahan tali toga sebagai tanda kelulusan mereka, menjadi momen inti yang dinantikan. Sekarang petinggi kampus berdiri terpaku di depan layar menyaksikan orangtua atau walinya memindahkan tali toga itu. Pandemi mengubah kultur akademisi.


Sukabumi, 26 Desember 2020

Kamis, 24 Desember 2020

Pentigraf_Emak Panen

 Pentigraf#8

EMAK PANEN

Padi di sawah mulai menguning, Emak merasa sangat senang. Tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk dipanen. Bersyukur Emak panjatkan kepada sang pencipta, hama padi berupa burung-burung kecil tidak banyak menyerang padinya. Dengan senyum merekah, Emak sekarang akan menyiapkan karung, menyuruh Mang Kemed untuk memotong padinya, dan menyiapkan uang untuk buruhnya.


Minggu pagi Mang Kemed sudah berada di sawah. Emak datang membawa makanan dan air minum. Sambil menikmati pemandangan alam desanya yang sejuk, Ia menginjakkan kakinya di pematang. Bahagia hati Emak, yakin panennya akan beruntung. Damai hati Emak bercengkrama dengan suasana jiwa yang menyatu dengan alam pesawahan sebagai tempatnya mencari penghidupan.

 

Lebih dari 20 karung padi hasil panen musim ini. Namun belum satu ton, jadi pikir Emak belum masuk nisab untuk mengeluarkan zakat. Nanti kalau sudah dijemur, digiling, dan berasnya saja akan dibagikan kepada tetangga dekat sebagai penggnti zakat. Hari ini Emak menjemur padinya. Perlu 3 atau 4 hari sampai padinya siap digiling. Namun apa yang terjadi? Setiap padi ditebarkan dalam jemuran, ratusan burung-burung kecil mendatangi dan memakan padinya. Banyak sekali ini jumlah burungnya. Sampai kewalahan dibuatnya, Emak sangat Lelah. Emak hanya mengusap dada sambil berdoa Ya Allah ampuni hamba. Hamba akan keluarkan zakatnya sebelum padi ini digiling. Hati Emak mendadak damai.

Rabu, 16 Desember 2020

Ibu

 Pentigraf#7

IBU

Ehasanah675@gmail.com


 

Dini hari ibu telah menyiapkan diri, berkemas membereskan parang dan arit. Nasi timbel ikan jambal juga sambel di rantang dimasukannya ke kain aisan. Sebelum matahari terbit, harus sampai di pematang, bisiknya. Biar lebih gesit mengalahkan ayam-ayam pencari rizki di sawahnya.


Menatap hamparan padi menguning, ibu berucap hamdalah. Panen musim ini pasti hasilnya maksimal. Terbayang iuran sekolah anak perempuannya Nisa lunas terbayar. Nak nanti kalau dibagi raport akhir desember ini, ibu yang akan datang mengambilnya. Ibu tidak akan malu karena dipanggil guru belum bayar SPP seperti tahun lalu.

 

Desember akhir tiba, ibu gembira menerima surat panggilan pengambilan raport Nisa. Berdandan rapih mendatangi sekolah. Sudah banyak wali murid berkumpul, ibu ikut duduk.  Tiba- tiba dari pengeras suara, seorang guru memanggil, "Yang mana orang tua Nisa, silahkan ke depan". Dug bagai dipukul palu, ibu berjalan tertunduk malu. Nisa tidak jujur, pasti SPP-nya belum dibayarkan, pikir ibu. Sesaat kepala sekolah berujar, hadirin inilah orang tua Nisa siswa terbaik yang telah menjuarai kompetisi sains online tahun ini. Ini bu pialanya diterima. Ibu haru dan termangu, tidak mengerti apa itu piala apa itu kompetisi sains.




Senin, 14 Desember 2020

Emak Bayar Pajak

 Pentigaf#6

Emak Bayar Pajak

ehasanah675#gmail.com


 Bergegas Emak berdandan. Pakai baju, kerudung, dan memilih tas. Selesai bereskan berkas. Emak tak sabar berdiri menunggu angkutan umum. Hari ini Emak akan ke kantor samsat. Sudah terlambat untuk bayar pajak.

 

Seperti membaca pentigraf, pendek tapi membuat penasaran. Di angkot Emak bertemu tetangga yang akan ke pasar. Obrolanpun tak dapat dihindarkan, ngaler ngidul tanpa tema. Tak disangka tetangganya nanya. Kenapa Mak mobilnya. Emak mau bayar pajak tapi kok Emak naik angkutan umum. Emak menjawab, kalau Mak naik mobil sendiri kan Emak tidak bisa bertemu kamu sekarang.

 

Tiba di kantor samsat agak siang. Dari luar terlihat jelas  orang padat di ruangan. Seorang penjaga menghampiri. Maaf bu lewat sini, terus nanti cuci tangan di sebelah sana. Mana maskernya bu? Gak bawa ya?. Sebelum masuk ibu tunggu di situ. Penjaga itu berbicara sambil tangannya seperti guru menjelaskan pelajaran ke siswanya. Emak menuruti apa yang dikatakannya. Merasa bersyukur ada petugas akan membantu mengurusi bayar pajaknya. Baik sekali petugas ini pikirnya. Emak menunggu. Berdiri lama, menanti penjaga tadi muncul. Terdengar dari belakang, bu ini maskernya dipakai, jangan lupa ya kalau ke mana-mana bawa. Emak hanya menimpali, berapa harga maskernya pak. Gratis bu dengan syarat ibu harus ingat jangan lupa pakai masker kalau keluar rumah. Penjaga berlalu, Emak membisu.


Minggu, 13 Desember 2020

Mak Haru

 Pentigraf#5

Emak Haru

ehasanah675@gmail.com


 

Empat tahun lalu, Kakak meninggalkan Emak dalam usia 63. Emak merasa sedih. Juga hampa rasanya karena tak ada lagi tempat meminta pendapat.  Kangen curhat-curhatan masalah pelajaran hidup. Emak biasanya betah berlama ngobrol bersama. Sebagai seorang kakak yang menguasai agama, Emak sering meminta saran. Kakak dengan sabar juga mengajarkan ngaji tidak saja ke Emak, bahkan ke kerabat sekitar.  Majlis taklim yang Kakak dirikan jadi bukti tempat Emak mengaji dan mengikat tali silaturahmi keluarga Bapak.

 

Sore ini Emak datang ke rumah Kakak, akan berkumpul bersama sanak saudara. Tiba-tiba Emak merasa sesak di dada, rasa haru dan kangen tak lagi bisa dipendam. Hari ini acara Haul yang ke empat untuk mengingat sosok kakak.  Yasin dan tahlil dibaca, doa dipanjatkan, hati Emak belum reda. Air mata nampak mau keluar, cepat Emak usap. Haru, bangga, dan rindu bercampur aduk menyatu. Ingat pesan Kakak, "Harus punya tanda bahwa kita pernah ada di dunia". Majlis taklim bukti perkataan Kakak. Sambil mengusap dada hati Emak menghiba, "Ya Allah beri kemampuan hamba agar tanda hamba ada di dunia fana ini, lebih baik dari Kakak".

 

"Hey Mak... lama kita tidak bertemu, gimana kabarnya sekarang? Kapan punya cucu?", tiba-tiba tetangga menghampiri dan membuyarkan diamnya Emak. "Alhamdulillah sehat, sehat juga kan?. Jangankan cucu, menantu juga belum punya aku", timpal Emak. "Ah... kalau ketemu kamu, kayak bertemu Aa. TKnya sudah maju kan, dan ....". Susah berhenti bicara dia. Aa sebutan kami memanggil Kakak. "Kamu tuh ya harus lebih maju dari Aa. Kan kamu sudah diajari Aa. Biar Aa bisa tersenyum menyaksikan kamu dari surga. Aku yakin kamu pasti bisa", pungkasnya. Haru Emak tersisa, masih ada tetangga yang masih mengingat bagaimana dulu Kakak ada.

Sabtu, 12 Desember 2020

Mak Bangga

 

Pentigraf#4

Mak Bangga

ehasanah675@gmail.com



    

Detak jarum jam dinding terdengar bagai ritme teratur bernada,  bagai alarm alam berbisik di telinga.  sayup-sayup burung tetangga berkicau berirama. Mak tahu itu tanda alami menyapa. Mak harus beranjak.  Merasa waktu yang tepat menemui sang maha kuasa. Berwudhu tertib, kenakan mukena, berdiri tegak di atas sajadah. Mak larut dalam salat. Mak bangga masih bisa bersua dalam doa.


Mak baca ayat-ayat yang disimpan di buku jari-jarinya. Kadang lama mengingat satu kata. Susah melafalkan hingga harus buka lagi di Al-Qur'an. Sedang asyik menghapal, tiba-tiba handphone bersuara.  “Ahhh siapa ini? Jam segini kirim pesan”, bisiknya.  WA dibuka, ada pesan dari bungsu tercinta. “Ada apa ya?” Khawatir juga.

 

Namun Mak bangga, anaknya sebelum subuh sudah bangun. Berprasangka baik, bungsu anak tersayangnya pasti juga sama selesai melaksanakan salat. Pesan WA dibuka. Kirim gambar-gambar kayak iklan, ada kata-kata, "Mak mana sepatu yang bagus? Pilihkan warna. Harga lagi diskon Mak. Boleh beli kan Mak?" Bungsuku bertanya. "Pilih saja yang suka, Nak.  Harganya mahal. Tapi silahkan saja beli asal jangan minta uangnya sama Mak", kalimat Mak membalas. Bungsu dengan gaya manjanya membalas, "Mak kan tidak mau nengok, padahal PPL itu lama Mak. Tidak kangen ke anak? Tapi gak apa-apalah ... sabar saja. Asal Mak bayarin sepatunya ya?" Mak terdiam tidak membalas. Pikirnya, anak Mak memang pintar, berniaga dengan rasa. 

 

 

Kamis, 10 Desember 2020

Mak Mendidik

 

Pentigraf#3

Mak Mendidik

ehasanah675@gmail.com



Ada beberapa telur di atas meja, membuat Mak larut dalam rasa syukurnya. Telur itu hasil ketekunan anak kedua Mak. Bebek yang hanya 15 ekor mulai memberinya kebahagiaan tersendiri. Tiap pagi ada saja telur, walau hanya 5 atau 6 biji, terkumpul di ujung kandang tersembunyi. Anak Mak semangat memberinya pakan, karena dia tahu bebeknya sudah tahu balas budi.

 

Mak ingat betul sekitar 6 bulan lalu, Mak membeli bebek mungil kecil-kecil. Reaksi Pak Su waktu itu, “Ngapain sih Mak beli bebek? Kurang kerjaan? Kayak yang mau saja ngurusin?”. Mak  tidak menyela karena merasa tidak ada guna menimpali. Tapi Mak cukup pintar, di lain waktu yang dirasa cukup baik untuk berbicara, Mak bilang ke Pak Su. Mak beli bebek agar anak Mak rajin, bermental mandiri, penyayang, disipilin, dan mau bekerja keras. Ini cara sederhana Mak mendidik anak. “Tolong bantu Mak, mengertilah Pak. Niat Mak hanya mendidik. Jangan Bapak permasalahkan bebek itu”, kata Mak. Pak Su hanya diam membisu.

 

Alhamdulillah… ucap Mak sambil mengambil telur, kemudian menggorengnya. Mak bangga merasa mendidik secara sederhananya bermakna. Bukan saja karena telur tidak usah lagi membeli tapi karena merasa berhasil mendidik anak yang dicintainya. Sikap menyayangi binatang, tekun, disiplin, bertanggungjawab semakin tertanam di jiwa buah hatinya.

Rabu, 09 Desember 2020

Mak Rindu

 

Pentigraf#2

Mak rindu si bungsu

ehasanah675@gmail.com



“Mak… Mak … di mana? Aa lapar Mak. Makan yuk Mak.” Samar terdengar teriakan anak sulung Mak. Belum sempat Mak beranjak, si sulung sudah nampak di depan pintu kamar. Masih sedikit manja dan wajah agak memelas, “Mak… mau makan Mak. Bareng yuk…. Makan sama apa Mak? Bikin sambel gak? Kayaknya enak makan sama pete, sambel, ada ikan asin peda.” Beruntun kalimatnya sampai Mak gak bisa jawab. “Eh… Mak lagi nangis ya?. Mak kenapa Mak, lagi sedih ya?”. Seperti menyelidik dia menunggu Mak menjawab. “Mak gak apa-apa nak. Mak hanya lagi ingat adikmu saja. Lagi apa ya sekarang dia?. Sudah makan apa belum dia?’ Jawab Mak sambil tangannya mengusap mata.

 

“Oh….Mak lagi rindu Riri ya? Doakan saja Mak, dia pasti sudah pinter ngurus dirinya sendiri. Kan dia sudah semester 7 Mak. Sebentar lagi juga jadi sarjana, lagian dia kan bukan pergi sendiri. Praktek kerja lapangannya juga kan hanya 3 bulan. Mak tenang saja, cukup telpon saja atau kirim WA Mak” Saran panjang si sulung.

 

Mak benar-benar lagi rindu anak bungsunya Riri sekarang. Sempat ngajak Pak Su untuk nengok ke Pangandaran tempat si bungsu melaksanakan Praktek kerja lapangan. Tapi Pak Su kelihatan enggan untuk mengantar Mak, karena pertimbangan sekarang lagi pandemic covid-19. Pak Su tidak ingin keluarga kecilnya terpapar virus korona. Sering Pak Su bilang saat berbincang bersama, Jangan lupa Mak doakan Riri setiap habis salat, kan doa Mak tanpa terhalang pasti Allah kabulkan. Ucapan Mak pasti didengar, hibur Pak Su bila Mak merengek.



PILKADA

 

Pentigraf #1

PILKADA

Ehasanah675@gmail.com


 

Sebelum azan subuh berkumandang, Mak sudah bangun. Instingnya kuat menyadarkan lelap tidurnya menjelang pajar, bak deringan bel mengajak beranjak. Wajah yang mulai menua disiram dengan dinginya air wudhu. Segar. Ditebarnya sajadah, mukena dikenakan. Berdiri, Allahu akbar... dinikmatinya salat sunat sambil menunggu waktu subuh. Doa-doa Mak panjatkan demi kebaikan diri, keluarga, dan kerabatnya. Puas bercengkrama dengan Sang Maha Kuasa, berbarengan terdengarnya azan, terpaku mematung menimpali kalimat demi kalimat, sesaat kemudian ia tunaikan salat subuh.

 

Secangkir kopi Mak seduh untuk menemani ngobrol pagi. Singkong rebus digoreng kering, nampak renyah mengundang selera. Tiba-tiba Pak Su bilang, "Mak jadi mau nyoblos nomer berapa sekarang?  Masih tetap ya pilihannya" gak mau ikut pilihan bapak?". Pertanyaan yang tak butuh jawaban. Toh tanpa Mak jawab juga, Pak Su tahu gimana tegasnya sikap Mak. Kalau pilihan Mak A ya Mak pasti konsisten pilih A. Akhirnya Pak Su bergumam sendiri, " Ya gak apa-apa Mak, kita berbeda pilihan asal kita tetap akur, sekasur, sedapur, ya Mak?" Sambil asyik membalikkan goreng singkong, "Minum kopinya, habiskan, makan singkongnya mumpung masih hangat. Urusan milih nanti saja di bilik suara. Siapapun yang menang toh sudah ada suratan takdirnya", pungkas Mak.

 

Berangkat ke TPS yang berjarak beberapa langkah dari rumah, Mak dan Pa Su berpayung berdua. Nampak kompak beriringan mendatangi petugas TPS. Mak perlihatkan wajah sumringah. Orang mungkin menduga, kekompakan Mak dan Pak Su menunjukkan kekompakkan juga pilihannya. Padahal pilihan Mak dan Pak Su berbeda. Selesai dari bilik suara, pulang. Pak Su mengeluarkan motor flat merahnya, "Mak… ayo kita jalan-jalan keliling". Tanpa pikir panjang Mak langsung nemplok saja di punggung Pak Su. Beberapa TPS dikunjungi. Sambil mengelap keringat, Mak bilang, "Pak serasa kita habis keliling dunia ya. Kecamatan kita luas juga". Ahhh Mak memang belum tahu banyak seluk beluk daerahnya sendiri.





Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...