Jumat, 24 September 2021

Cerita Anak

 

Taken from Pinterest

Berbakti kepada kedua orang tua

E. Hasanah

 

Malam ini Nenek menginap di rumah. Halima sangat senang karena dia bisa tidur bersamanya. Nenek pasti mendongeng dulu sebelum tidur. 

"Nek, tidurnya di kamar Ima ya.  Ini Ima bereskan tempat tidurnya. Bantal selimutnya juga sudah disiapkan Nek." Kata Halima.

"Iya, Nenek menginap juga karena kangen pada Ima lho.  Nonton TV dulu enggak, ada film kartun nih." Ujar Nenek.

"Enggak Nek. Ima ingin mendengarkan dongeng Nenek saja." Pinta Halima.

"Iya, Ayo ke kamar tidur." Ajak Nenek.

"Ima, tadi di sekolah belajar apa?" Tanya Nenek sambil mengambil bantal dan duduk di pinggir ranjang.

"Belajar membaca Al-Qur'an Iqro 2. Kemudian menghapal doa kedua orang tua Nek. Kata Bu guru kita harus menghormati ibu dan ayah, membantu, berbakti pada mereka, dan selalu mendoakannya, Nek." Jawab Halima.

"Terus Ima sudah hapal doanya? Coba Nenek ingin dengar." Sahut Nenek.

"Hapal dong. Begini Nek, Bismillahirrohmaanirrohiim, Rabbigfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayaanii Shagiiran.

"Wah Ima pintar sekali." Puji Nenek.

"Sekarang Nenek mendongeng buat Ima ya!" Rengek Halima.

"Iya, Nenek akan mendongeng tentang Malin Kundang. Anak yang tidak berbakti pada orangtuanya.  Tapi ngomong-ngomong Ima sudah salat Isya belum?" Tanya Nenek.

"Belum, Nek."

"Sekarang wudhu dulu, salat Isya, baru Nenek kasih dongengnya ya." Nenek menyuruh Halima sebelum mendongeng. ***

Kamis, 23 September 2021

Cerita Anak_Buah Sirsak

 

E. Hasanah

Siang ini cuaca panas sekali. Halima dan Hasna sedang main rumah-rumahan di depan rumah. Tiba-tiba Tante Sarah datang membawa tentengan.

“Hallo… Sedang apa kalian? Main rumah-rumahan ya.” sapa Tante Sarah sambil menghampiri Halima dan Hasna.

“Iya. Itu bawa apa Tante di kresek?” tanya Halima.

“Ini Tante bawakan buah sirsak. Ibu Ima ada gak? Kita bikin jus sirsak yuk, pasti enak dan segar karena hari sedang panas begini.” Sahut Tante Sarah.

“Asyik … Ayo Tante. Hasna tinggalkan dulu mainannya, kita bikin jus sirsak dulu sama Tante Sarah.” Kata Halima sambil mengajak Hasna.

“Bu … Ini ada Tante Sarah membawa sirsak. Dibikin jus ya.” Teriak Halima memanggil Ibu. Ibu Halima keluar rumah dan mempersilahkan Tante Sarah dan mengajak Hasna masuk. Kemudian mereka membuat jus buah sirsak bersama-sama. Ibu mengambil blender, gula, dan lainnya. Tante Sarah mengupas buah sirsaknya. Halima dan Hasna memperhatikan Tante Sarah.

“Tante, apa ya manfaat makan buah sirsak?” celetuk Hasna yang dari tadi memperhatikan Tante Sarah mengupas Sirsak.

“Manfaatnya ya? Ini buah sirsaknya sudah matang. Rasanya pasti manis agak asam menyegarkan.  Selain untuk menghilangkan haus jika minum jus sirsaknya, manfaat lainnya banyak. Kan sirsak mengandung vitamin D, kalium, karbohidrat, serat, dan kandungan nutrisi lainnya. Jadi manfaat untuk tubuh kita juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Melancarkan pencernaan, meredakan peradangan, dan Kesehatan kulit juga itu bagus. Kalau Hasna banyak kutu rambutnya juga bisa diobati dengan daun sirsaknya.” Tante Sarah menjelaskan panjang lebar.

Setelah buah sirsaknya selesai dibuat jus, mereka meminumnya bersama. ***

Senin, 20 September 2021

Belajar Menulis saat pandemi

 BELAJAR MENULIS SAAT PANDEMI

E. Hasanah

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghobun; 11)

 

Pandemi covid-19 telah menimpa kehidupan manusia hampir di seluruh dunia. Banyak menelan korban bahkan sampai jutaan orang. Kejadian luar biasa dari tahun 2019 ini, masih terasa dampaknya. Dampak ini dirasakan dalam berbagai bidang. Bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya mengalami kerugian dan penurunan. Dampak dari pandemi ini juga mengakibatkan meningkatnya rasa ketakutan, keletihan, kehawatiran dan kesedihan, karena banyaknya korban yang terpapar.

Pelajaran berharga bisa diambil bagi mereka yang pintar memaknai setiap peristiwa musibah yang menimpanya. Begitu juga kita menghadapi adanya pandemi covid-19 ini. Ada dampak yang bersipat negatif, tentu ada juga dampak yang bersipat positif. Kita memaknainya dari sudut pandang dan pendapat beragam. Bagi orang yang beriman dan meyakini adanya Allah Swt, sesuai dengan ayat Al-Qur’an di atas, dengan adanya musibah pandemi ini pasti akan menyadarkan dirinya. Allah Swt menimpakan musibah atas ijin dan kekuasaannya. Allah Swt mengetahui segala sesuatu dan ini akan menyadarkan orang-orang beriman betapa lemah dan tak berdayanya manusia.

Dampak negatif dari pandemi ini salah satunya adalah adanya kecemasan masyarakat yang tinggi sehingga memperparah kondisinya. Orang yang memiliki penyakit komorbid akan semakin beresiko jika terinfeksi covid-19 ini. Sementara di sisi lain dampak positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 ini adalah salah satunya merubah gaya hidup dan kebiasaan, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan berupa perilaku yang lebih baik karena adanya ketakutan tertularnya covid -19.

Perilaku hidup sehat lebih diperhatikan. Menjaga Kesehatan pribadi dan orang lain, rajin cuci tangan, jaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain, menutup mulut dengan memakai masker, adalah perilaku yang harus dibiasakan demi mencegah tertularnya covid-19 ini. Disiplin dalam menjalankan perilaku hidup sehat ini adalah bentuk usaha atau ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19 ini.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, penulis sangat merasakan dampak dan perubahan perilaku ini. Kebijakan pemerintah untuk mencegah meluasnya pandemi dan menjaga peserta didik terpapar covid dengan belajar melalui sistem daring (dalam jaringan). Ini menimbulkan konsekuensi yang beragam dan bahkan menimbulkan masalah baru. Dari mulai perilaku insan pendidik yang gamang menghadapi perubahan, sampai ketidaktentuan memutuskan apa yang terbaik dilakukan. Guru dituntut untuk cepat belajar dan beradaptasi dengan kebijakan belajar mengajar melalui kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Guru dipaksa untuk memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Guru mengajar peserta didik yang berjumlah puluhan siswa hanya dengan melalui media sosial. Walaupun untuk materi pembelajaran tidak terlalu susah untuk disampaikan karena adanya bantuan teknologi. Namun untuk mendidik sikap sosial spiritual peserta didik sangat berat ditanamkannya.

Ada hikmah di balik pandemi bagi guru-guru atau siapapun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hikmahnya itu adalah pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Platform untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, google meet, bahkan grup WhatsApp dan SMS menjadi fitur yang digunakan untuk memudahkan belajar system daring.

Munculnya kegiatan webinar bagaikan jamur di musim hujan. Ini menimbulkan kreativitas tanpa batas bagi mereka yang pintar memanfaatkannya. Banyak ilmu dan wawasan pengetahuan di-share dalam webinar ini. Dari materi pokok yang akan diajarkan kepada peserta didik sampai teknis dan metode mengajarkannya. Hal ini bagus juga karena guru bisa mengajar efektif dan lebih menarik. Peserta didik juga tidak bosan jika materi pokok pelajaran disajikan dalam bentuk video misalnya.

Proses pembelajaran juga secara langsung bisa diawasi oleh orangtua peserta didik. Bahkan orangtua juga dituntut untuk dapat berkolaborasi atau bekerja sama untuk membantu anaknya belajar. Kerja sama guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri memunculkan cara-cara yang inovatif agar proses pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efesien. Keterlibatan orangtua langsung dalam proses pembelajaran juga dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Orang tua akan mengetahui potensi yang dimiliki anaknya dan bisa mengembangkan potensi itu sehingga anak bisa berkembang maksimal.

Penulis sendiri menjadi lebih akrab dengan teknologi digital ini sekarang. Selama pandemi banyak pelatihan, webinar, ataupun pembinaan melalui perangkat teknologi dan berbasis internet ini. Namun yang paling disyukuri penulis dari adanya pandemi covid-19 ini adalah penulis bisa mengikuti kegiatan pelatihan dan pembelajaran online gratis. Salah satu pelatihan yang diikuti penulis adalah pelatihan menulis buku. Pelatihan menulis dari berbagai jenis tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Tulisan fiksi berupa puisi, pantun, cerita pendek, pentigraf, dan faksi (cerita berdasarkan fakta yang ditulis dalam bentuk fiksi). Tulisan non-fiksi berupa buku yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, karya tulis ilmiah berupa jurnal atau tulisan ilmiah lainnya. Pelatihan menulis ini merubah kebiasaan perilaku penulis untuk lebih banyak membaca, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat berkaitan.

Banyak membaca sebagai bentuk usaha yang dilakukan penulis untuk belajar bisa menulis. Ya membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang mutlak harus dilakukan jika seseorang ingin menyandang profesi penulis. Sebetulnya tak terlintas sedikitpun untuk menjadi penulis, tapi ketika ada kesempatan untuk belajar, mengapa tidak dicoba.  Ternyata untuk menjadi penulis, kuncinya menulis – menulis – menulis. Teman atau dengan siapa kita bergaul juga sangat mempengaruhi dalam kegiatan menulis ini. Diawali dengan mengikuti grup WhatsApp yang anggotanya adalah blogger dan guru-guru pegiat literasi penulis mencoba ikut berperan serta. Dari mulai bagaimana membuat blog, mengisi dengan tulisan dari tantangan yang diberikan, dan kegiatan lainnya penulis ikuti. Kegiatan pelatihan menulis yang digelar juga memotivasi penulis untuk ikut belajar menulis hingga berwujud buku yang memiliki ISBN. Ya walaupun sangat terlambat tapi penulis optimis jika ada keinginan untuk belajar hal-hal positif pasti akan ada manfaat yang akan didapat. Penulis merasa hikmah pandemi yang sangat mempengaruhi pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari adalah menulis. Walaupun tulisannya belum seproduktif para penulis profesional. Motivasi penulis juga awalnya hanya ingin mendapat pengakuan dari anggota grup WA yang semua anggota grupnya adalah blogger. Blogger yakni orang yang nge-blog itu artinya kita harus membuat tulisan di blog, selain tentu saja bisa meng-upload gambar dan video.  Penulis belajar membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan tanpa berpikir untuk apa tujuannya. Siapa yang membaca, bagaimana kualitas tulisan di blog belum menjadi perhatian utama,

Seiring berjalannya waktu, penulis mulai merasakan manfaat dari menulis di blog ini. Penulis bisa saling bersilaturahim dengan blogger lain dengan melakukan kunjungan lewat kegiatan blog-walking. Bisa menuangkan segala pikiran, ide, wawasan, dan pendapat lewat tulisan. Juga bisa menyimpan pengetahuan untuk bisa diberikan kepada pembaca. Mengisi waktu dengan menulis juga ternyata bisa melatih daya ingat penulis. Berbagi cerita lewat tulisan juga menjadi pengalaman yang luar biasa, mengingatkan penulis pada diary yang dahulu sering dipenuhi cerita yang dialami. Dari menulis ini juga memotivasi penulis untuk menambah banyak teman dan relasi walaupun hanya di dunia maya. Penulis bisa berkumpul dengan komunitas penulis baik yang masih pemula maupun yang profesional dan telah memiliki jam terbangnya lama dengan menghasilkan banyak buku.

Dampak positif lain dari memanfaatkan masa pandemi dengan menulis juga semakin memperluas cakrawala berpikir dan memperpanjang azam. Penulis berkeyakinan juga bahwa dengan menulis hal-hal yang bernilai ilmu walaupun satu ayat harus disampaikan. Dan jika diamalkan oleh pembacanya akan menjadi tabungan amal jariah dan tabungan kebaikan. Ada rasa ingin dikenang juga oleh orang-orang terdekat, keluarga, kerabat, dan sahabat bahwa “aku adalah penulis buku”. Azam baiknya “aku adalah seorang ibu guru yang juga seorang penulis”. Berazam di akhir masa bhakti sebagai guru ASN menjadi penulis juga tidak salah kan? Walaupun tentu penulis harus banyak belajar. Siapa tahu azam menjadi seorang penulis atau berprofesi sebagai seorang penulis yang betul-betul penulis buku best seller seperti Coach ustad Akbar Zainudin, penulis buku best seller Man Jadda Wajada, bisa terwujud.

Oh iya sayang sekali penulis belajar menulisnya tidak dari awal masa pandemi atau bahkan dari dulu misalnya bercita-cita sebagai penulis. Penulis memulai belajar menulis di blog dari akhir bulan November 2020. Awal tahun 2021 ini memberanikan diri untuk ikut menulis di beberapa buku antologi. Kendala yang sangat mengganjal penulis dalam belajar menulis ini adalah kurangnya rasa percaya diri dan tidak bisa berkomitmen untuk menulis. Rasa takut mengungkapkan ide dan tulisannya tidak bermanfaat dan tidak berkualitas menjadi penghambat. Namun pengalaman penulis dalam belajar menulis benar-benar menjadi pengalaman baik yang patut disyukuri.

Dari pelatihan belajar menulis di masa pandemi ini, penulis telah bergabung dengan sahabat literasi dan berhasil menulis buku. Buku antologi yang penulis ikuti sekitar 20 buku. Buku tersebut memuat tulisan tentang puisi, pantun, true story, cerita anak, bahkan buku non-fiksi. Sementara itu penulis juga telah menerbitkan buku solo berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula.” Buku ini berisi tiga bagian yang memuat materi dari hasil pelatihan belajar menulis selama 20 kali pertemuan lebih. Pada bagian pertama dari buku ini penulis menguraikan materi tentang Menjadi Penulis. Sub judulnya dimulai dengan bagai mana cara menjadi penulis, ide menulis bagi guru, mental dan naluri penulis, komitmen menulis di blog, digital skill, dan poin buku pada KNP PNS. Pada sub judul bagian kedua membahas tentang menyusun buku, dasar-dasar penulisan, tahapan menyusun buku, proofreading, cara membuat resume, kiat menulis cerita fiksi, konsep buku nonfiksi, dan cara mengembangkan tulisan nonfiksi. Serta pada sub judul bagian ketiga membahas tentang menerbitkan buku, mewujudkan mahkota penulis, tehnik menerbitkan buku, penerbit indie, penerbit mayor, menggali informasi penerbit mayor, tehnik memasarkan buku, dan strategi promosi buku.

Buku antologi yang penulis ikuti adalah buku-buku yang ber judul;

Ø Standardisasi dan Profesionalisme Pendidikan;

Ø Patidusa Pujangga Wiyata_Antologi Puisi Nusantara Bergema;

Ø Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi_Antologi Puisi Pujangga Aksara;

Ø Rinai Rindu Sang Guru;

Ø Inspirasi dalam Untaian Puisi_Antologi Aksara Bermakna dalam memperingati RA Kartini 2021;

Ø Pesona Nusantara (Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia);

Ø Antologi Haru Biru Hijrah Meraih Berkah;

Ø Catatan Terindah (Antologi Memoar Upgrade Diri);

Ø Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi (Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi);

Ø Jendela Langit;

Ø Selasih Bertunas Emas (Antologi Catatan Buah Hati Dalam Puisi);

Ø Rona Pelangi Buah Hati (Antologi Kisah Orangtua Menggapai Cinta Ananda);

Ø The Power of Silaturahmi in Writing (Antologi Membangun Literasi Negeri Bersama Om Jay & Bu Kanjeng);

Ø Leader Writers_Ketika Kepala Sekolah Menulis;

Ø Kiat Jitu untuk Anak Hebat;

Ø Meneladani Al-Qur’an;

Ø dan buku lainnya.

Itulah hikmah di balik pandemi bagi penulis. Rasa syukur karena bisa menghadapi situasi pandemi covid-19 dengan hal-hal yang bermanfaat bagi penulis sendiri bahkan bagi orang lain. Stay at home serta work from home (WFH) juga memberi makna, harapan, serta azam penulis bisa terus meluangkan waktu untuk menulis walaupun hanya beberapa kalimat dan alinea. Selain keyakinan penulis bahwa adanya pandemi covid-19 ini sebagai cobaan dari yang mahakuasa agar kita sebagai hambanya bisa melebur dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia. Sebagaimana sabda Rasullah Saw,

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

 

Wallahu’alam bishowab….

Jumat, 17 September 2021

Cerita Anak


Gambar dari ReKreARTive

Peralatan Dapur Warisan Nenek

E. Hasanah

Halima adalah murid kelas 3 SD. Dia murid yang tidak begitu pandai tapi sangat disenangi teman-temannya. Sikap serta sipat baik dan penyayangnya yang membuat dia disukai temannya. Halima tidak masuk sekolah 3 hari ini tanpa kabar. Nana teman akrabnya memberi tahu bahwa Halima tidak masuk sekolah karena Halima sedang berkabung. Neneknya meninggal.

Mengetahui neneknya meninggal, teman-teman Halima datang menjenguk. Benar saja Halima sedang bersedih dan wajahnya murung.

Halima senang melihat teman-temannya datang dan menghiburnya. Ibunya Halima juga ikut senang. Cepat-cepat ibu menyiapkan makan siang untuk mereka. Pasti mereka lapar karena mereka belum pulang dan langsung ke sini dari sekolah, bisik ibunya Halima dalam hati.

"Nak, ayo kita makan bersama. Ini ibu sudah siapkan. Biar Halima juga makannya banyak." Ajak ibunya Halima.

"Iya, ayo teman-teman kita makan dulu ya." Halima menimpali ibunya sambil mengajak Nana dan teman lainnya. Halima menyodorkan piring berbunga bagus.

"Wah jadi merepotkan ibu." Kata Nana sambil mengambil ikan di piring.

Mereka menikmati makan siang bersama sambil mendengarkan Halima bercerita banyak tentang Neneknya.

"Ini piring bagus peninggalan Nenek." Halima mulai bercerita. "Ada juga cangkir dan pisinnya yang biasa Nenek pakai. Sepasang dengan teko kecilnya, digunakan untuk membuat teh tubruk atau minuman wedang. Kalau mangkok ini biasa digunakan Nenek untuk soup, karena tahan panas." Kata Halima melanjutkan.

"Neneknya sekarang sudah meninggal jadi perabotannya dipakai siapa?" Tanya Nana.

"Perabotan warisan Nenek ini dipakai kalau ada tamu spesial seperti kalian ini." Jawab Halima menutup ceritanya.


#AISEI Challenge
#September

#Second week


Kamis, 16 September 2021

#Kamis Menulis_Buku. Buka. Baku

 


 BUKU. BUKA. BAKU

ehasanah675@gmail.com

 

Menulis buku adalah kegiatan seseorang dalam menuangkan gagasan, buah pikiran, pendapat, ekspresi hati dan rasa, atau apapun sesuai yang ditulisnya. Kegiatan menulis buku ini bisa dilakukan oleh setiap orang. Bahkan dengan menulis buku passion seseorang dapat diketahui. Passion menulis buku akan menggambarkan penulis tersebut memiliki keihlasan untuk berbagi wawasan dan ilmu pengetahuan yang diketahuinya. Penulis buku akan memikirkan apa yang akan ditulisnya, berusaha terus mewujudkan agar bukunya bisa terbit dan dinikmati pembacanya. Passion penulis buku akan melakukan yang terbaik, tanpa pamrih, dan tanpa beban dalam proses merealisadikannya.

 

Hanya tentu saja ada beberapa hal yang harus kita hadapi dan menjadi masalah. Ini terutama bagi penulis buku pemula. Contoh masalah klasik adalah adanya kesibukan, kekurang-pahaman dalam menulis, rasa malas, tidak mau meluangkan waktu untuk menulis, dan masalah lainnya.

 

Nah aku sendiri juga masalahnya malah ditambah dengan malas buka-buka buku karangan orang lain, apalagi yang penulisnya belum dikenal.  Aku juga malas membuka kamus kalau menemukan kata-kata baku yang belum familiar didengar. Lebih baik membaca buku yang menggunakan kata-kata yang tidak baku. Atau lebih suka membaca buku yang ringan dan bebas seperti puisi, cerpen, atau sejenis non fiksi lsinnya.

 

Yuk buka buku (eh salah … seharusnya yuk kita simak) dan membaca puisi yang baku aturannya, yakni setiap kalimat diawali huruf yang membentuk kata yang bermakna, puisi akrostik.

 

 

BUKU. BUKA. BAKU

E. Hasanah

 

B-etapa sedih kala mengingatmu ayah ibu.

U_ntaian kata dalam bait-bait doa penuh pinta

K_upanjatkan dengan sepenuh jiwa dengan ikhlas

U_ngkapkan harap dikabulkan sang pencipta

B-ahkan aku merintih memohonkan ampunannya

U_ntukmu ayah ibu yang kucinta sepanjang masa

K_upintakan tempat nyaman taman surga

A_dakala kulangitkan pinta sang kuasa memberi kasih sayang

B_agaikan kau menyayangiku di waktu kecil

A_badi tanamkan cinta sejati tanpa pamrih

K_ubersujud ungkapkan ketakberdayaan membalas jasa

U_untukmu ayah ibu … hanya doa kupanjatkan sepanjang waktu.

 

Sukabumi, 16 September 2021



Wallahu a’lam bish-shawab.

#KamisMenulis_16092021

Jumat, 10 September 2021

#Cerita Anak_Puasa Halima

PUASA HALIMA

ehasanah675@gmail.com 


 

Pagi hari ibu berangkat ke pasar untuk belanja persiapan besok. Ibu akan membeli daging, sayur, dan lainnya. Ibu ingin memasak yang enak untuk sahur pertama. Besok adalah hari pertama bulan Ramadan.

"Ima, untuk makan sahur nanti mau dimasakin apa oleh Ibu?" Tanya ibu kepada Halima.

"Apa saja Bu yang penting ada kuahnya ya." Jawab Halima.

"Ibu masak soup iga ya. Ayah dan Ima pasti suka." Ujar Ibu.

"Iya Bu, kita harus makan enak dan bergizi untuk sahur nanti biar kuat puasanya." Kata Ayah ikut menimpali.

"Iya. Ibu berangkat ke pasar dulu ya." Ibu pamit sambil keluar rumah membawa keranjang belanjaan kosong.

Dengan senang hati, ibu belanja dan menyiapkan makanan untuk nanti sahur. Ibu berharap dan berdoa agar diberi kekuatan dalam melakukan puasa tahun ini. Terutama Ibu menginginkan Halima bisa berpuasa sebulan penuh dan tanpa ada yang batal.

 Hari pertama, kedua, dan ketiga Halima berpuasa sampai magrib. Sekarang hari keempat, Halima masih semangat berpuasa. Oh iya sekarang sekolah juga mulai masuk. Halima pergi ke sekolah sampai siang.  Pukul 12an belajar selesai dan dibubarkan setelah salat zuhur bersama. Tiba di rumah Halima tidak bertemu Ibu. Mungkin ibu lagi ke rumah Nenek atau ke pasar, bisik Halima. Sambil menunggu ibu, Halima menghidupkan televisi dan menontonnya. Tiba-tiba Halima merasakan perutnya lapar. Halima mengambil minum dan apel di kulkas. Ketika dia makan apel, baru teringat bahwa dia sedang puasa.

"Aduh... bagaimana ini. Aku lupa aku lagi puasa. Aku takut ibu marah." Hati Halima berkecamuk. Apelnya belum habis dimakan. Sejenak terdiam, tapi kemudian dia menghabiskan apelnya. Sesaat kantuk datang dan Halima tertidur di depan televisi yang masih menyala.

Ibu tiba di rumah ketika Halima masih pulas tertidur. Ibu mengusap kening Halima dan membiarkannya tertidur. Nanti waktu ashar saja Halima dibangunkannya, pikir Ibu. Ibu membuka kulkas dan mengambil sayuran untuk dibersihkan. Sayuran itu akan dimasaknya setelah salat ashar nanti. 

Ketika menutup kulkas, ada yang aneh. Air minum dan apel berkurang. Pasti Halima nih yang mengambil, karena tidak ada siapapun di rumah selain dia. Ayah juga belum pulang dari kantornya. Ibu tidak berani membangunkan Halima yang masih tertidur pulas.

Setelah terdengar azan dari mesjid dekat rumah, ibu membangunkan Halima. Ibu menyuruhnya mandi sore dan salat ashar. Ibu belum mengatakan apapun tentang air minum dan apel itu sampai waktu yang tepat.

Menjelang buka puasa, Ibu memanggil Halima. Dengan pelan Ibu berkata," Halima merasa bersalah enggak?".

"Hmm... iya Bu. Maafin Ima Bu. Ima salah Bu. Ima lupa tadi." Sahut Halima kelihatan ketakutan.

"Kok Ima lupa? Sekarang puasanya sudah hari keempat kan? Ima jangan berbohong ya." Kata Ibu mulai agak tinggi bicaranya.

"Maafin Bu. Benar Ima lupa Bu. Ima batal puasanya." Sahut Halima ketakutan.

"Ya sudah, makan saja sekarang tidak usah menunggu magrib. Tapi ingat besok jangan begitu lagi ya." Ujar Ibu. Halima disuruh makan malah tidak mau karena merasa bersalah dan menyesal tahun ini tidak bisa penuh sebulan puasanya. Dia juga tidak akan berani menagih janji ke ayahnya. Janji ayahnya untuk membelikan sepeda kalau puasanya tamat sebulan tanpa ada satu haripun yg batal terancam gagal. Halima sedih.

#AISEI Challenge
#September
#first week

Rabu, 08 September 2021

Budaya Antre

 

BUDAYA ANTRE

ehasanah675@gmail.com

 

Hal-hal kecil yang kadang abai kita perhatikan akan berakibat buruk terhadap kehidupan. Bahkan menunjukkan budaya suatu komunitas masyarakat yang memiliki nilai-nilai populis. Contohnya saja budaya antre. Budaya antre ini sebetulnya sepele tapi membutuhkan keseragaman bertindak dan kesepahaman bersama.

Masalah biasanya muncul jika kita tidak punya kesadaran untuk melakukannya bersama. Kita kurang memiliki kesadaran bahwa dalam hidup bersosial ada etika dan norma yang harus dipatuhi bersama, baik itu etika yang tertulis maupun tidak. Masalah juga muncul karena kita tidak memiliki kesabaran pada diri sendiri. Kurang terlatih bersikap sabar. Selain itu masalahnya ada pada kita yang kurang menghormati keberadaan orang lain, rasa egoisme yang tinggi, dan tidak memiliki rasa tenggang rasa terhadap orang lain.

Budaya antre adalah kebiasan untuk mau bergiliran dalam melakukan sesuatu, seperti menunggu giliran dilayani di bank, supermarket, pintu masuk, dan tempat yang melayani publik lainnya. Budaya antre adalah mengendalikan diri atau mengontrol sikap bahwa setiap orang sama harus saling menghormati untuk bisa dilayani sebaik-baiknya. Contohnya jika kita datang ke suatu tempat, yang datang lebih dulu ya duduk di depan atau dilayani lebih dulu, sedangkan yang datang belakangan ya harus sadar diri duduk di belakang atau minta dilayaninya belakangan juga.

Mengapa budaya antre ini harus kita terapkan bersama? Tentu hal ini akan mengandung beberapa konsekuensi yang dirasakan bersama.  Dengan budaya antre, kita akan merasakan keteraturan, merasa lebih nyaman, saling menghormati antar sesama, menunjukkan kita memiliki sipat sabar dan menundukkan ego pribadi ingin dilayani lebih dahulu.

Bagaimana caranya agar budaya antre ini bisa terwujud? Ya, pertama tanamkanlah kesadaran bahwa kita hidup bermasyarakat. Ada etika yang kita jungjung bersama yakni saling menghormati, tenggang rasa dan saling merasakan bahwa kita memiliki hak dan kewajiban sendiri. Jangan memelihara sikap egois yang mementingkan diri sendiri dan ingin dilayani lebih dulu. Jangan sombong merasa punya kelebihan dibanding yang lain. Kedua setiap orang tanpa terkecuali harus dilatih dan dibiasakan untuk antre. Tanamkan sipat sabar dalam diri. Kalau perlu dari mulai pendidikan anak di usia dini, budaya antre ini harus dikenalkan. Anak harus paham dan memiliki karakter membudayakan antre ini. Contoh yang bisa dilakukan yakni ketika anak-anak akan masuk atau keluar kelas. Biasakanlah anak dibuat barisan dan menanamkan budaya antre dengan satu persatu masuk atau keluar kelas.

Budaya antre ini bagi umat islam yang selalu melakukan salat berjamaah di masjid biasa sudah dilaksanakan. Ketika seseorang masuk lebih awal dia akan menempati shaf depan dan yang datang belakangan di shaf belakang. Bahkan ditemukan satu tuntunan bagi kita untuk membudayakan antre ini seperti di bawah ini.

ومن معاصي البدان اخد نوبة الغير في المكان او الثوب او البئر او غير ذالك

Artinya: “Tergolong juga dari perbuatan maksiat badan adalah mengambil giliran orang lain baik dalam hal tempat, pakaian, mengambil air di sumur, dan tindakan sebagainya.”

        Wallahu a’lam bish-shawab.


        #KamisMenulis_09092021

Minggu, 05 September 2021

Pentigraf_Ibu Sakit

 Ibu Sakit

ehasanah675@gmail.com

Sudah seminggu lebih Bu Ima sakit. Dia kelihatan agak payah sekarang walaupun sakitnya menurut dia biasa saja. Hanya masuk angin dan berakibat buang air saja. Entah berapa kali dia mondar mandir keluar masuk kamar mandi. Minum air putih dan sesekali airnya dia kasih gula dan garam sedikit.

Melihat ibunya sakit agak parah, Izal nelpon temannya yang berprofesi seorang dokter. "Dok, sebelum pulang praktek nanti mampir ya. Mama nih sakit BAB terus." Terdengar Izal menelpon temannya. Tahu bahwa anaknya memanggil dokter, bu Ima terlihat kurang senang. Dengan sedikit cemberut, dia panggil anaknya. Dia katakan Mama sakit biasa besok lusa juga sembuh dan tidak perlu berobat, hanya mencret akibat masuk angin saja. Mendengar ocehan ibunya, Izal menimpali ibunya. Mama tuh kelihatan pucat dan lemes, itu tandanya Mama kehabisan cairan. Nanti kalau dehidrasi bisa lebih parah. Mama sakit Izal juga ikut sakit Ma, gak tenang kerja dan khawatir saja bawaannya. Kata Izal panjang lebar sambil kelihatan agak marah. Namun Bu Ima tidak suka anaknya memanggil dokter untuk mengobatinya.

Malam harinya, dokter teman Izal datang ke rumah. Karena sering bertandang, dokter juga tidak canggung masuk rumah. Dokter memeriksa bu Ima dan memberinya obat. Seperti ke ibunya, dokter itu panjang lebar menasehati, dari mulai bilang jangan ini jangan itu sampai harus ini harus itu. Sebelum pamit pulang dokter bilang ke Izal, "Zal maaf ambilin gunting kuku, ini kuku Mama sudah panjang." Waduh nih si dokter pasti akan menggunting kuku jari bu Ima yang panjang-panjang. Benar juga sambil tetap menasehati, dia bilang, "Maaf ya Ma, saya guntingin kuku-kukunya. Gak ada baiknya Mama melihara kuku." Izal hanya terdiam dan terpaku saja karena dia tahu benar bahwa ibunya tidak mau ke dokter bukan karena tidak mau berobat tapi karena tidak mau kuku jarinya diguntingin oleh dokter itu.

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...