Senin, 20 September 2021

Belajar Menulis saat pandemi

 BELAJAR MENULIS SAAT PANDEMI

E. Hasanah

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghobun; 11)

 

Pandemi covid-19 telah menimpa kehidupan manusia hampir di seluruh dunia. Banyak menelan korban bahkan sampai jutaan orang. Kejadian luar biasa dari tahun 2019 ini, masih terasa dampaknya. Dampak ini dirasakan dalam berbagai bidang. Bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya mengalami kerugian dan penurunan. Dampak dari pandemi ini juga mengakibatkan meningkatnya rasa ketakutan, keletihan, kehawatiran dan kesedihan, karena banyaknya korban yang terpapar.

Pelajaran berharga bisa diambil bagi mereka yang pintar memaknai setiap peristiwa musibah yang menimpanya. Begitu juga kita menghadapi adanya pandemi covid-19 ini. Ada dampak yang bersipat negatif, tentu ada juga dampak yang bersipat positif. Kita memaknainya dari sudut pandang dan pendapat beragam. Bagi orang yang beriman dan meyakini adanya Allah Swt, sesuai dengan ayat Al-Qur’an di atas, dengan adanya musibah pandemi ini pasti akan menyadarkan dirinya. Allah Swt menimpakan musibah atas ijin dan kekuasaannya. Allah Swt mengetahui segala sesuatu dan ini akan menyadarkan orang-orang beriman betapa lemah dan tak berdayanya manusia.

Dampak negatif dari pandemi ini salah satunya adalah adanya kecemasan masyarakat yang tinggi sehingga memperparah kondisinya. Orang yang memiliki penyakit komorbid akan semakin beresiko jika terinfeksi covid-19 ini. Sementara di sisi lain dampak positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 ini adalah salah satunya merubah gaya hidup dan kebiasaan, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan berupa perilaku yang lebih baik karena adanya ketakutan tertularnya covid -19.

Perilaku hidup sehat lebih diperhatikan. Menjaga Kesehatan pribadi dan orang lain, rajin cuci tangan, jaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain, menutup mulut dengan memakai masker, adalah perilaku yang harus dibiasakan demi mencegah tertularnya covid-19 ini. Disiplin dalam menjalankan perilaku hidup sehat ini adalah bentuk usaha atau ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19 ini.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, penulis sangat merasakan dampak dan perubahan perilaku ini. Kebijakan pemerintah untuk mencegah meluasnya pandemi dan menjaga peserta didik terpapar covid dengan belajar melalui sistem daring (dalam jaringan). Ini menimbulkan konsekuensi yang beragam dan bahkan menimbulkan masalah baru. Dari mulai perilaku insan pendidik yang gamang menghadapi perubahan, sampai ketidaktentuan memutuskan apa yang terbaik dilakukan. Guru dituntut untuk cepat belajar dan beradaptasi dengan kebijakan belajar mengajar melalui kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Guru dipaksa untuk memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Guru mengajar peserta didik yang berjumlah puluhan siswa hanya dengan melalui media sosial. Walaupun untuk materi pembelajaran tidak terlalu susah untuk disampaikan karena adanya bantuan teknologi. Namun untuk mendidik sikap sosial spiritual peserta didik sangat berat ditanamkannya.

Ada hikmah di balik pandemi bagi guru-guru atau siapapun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hikmahnya itu adalah pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Platform untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, google meet, bahkan grup WhatsApp dan SMS menjadi fitur yang digunakan untuk memudahkan belajar system daring.

Munculnya kegiatan webinar bagaikan jamur di musim hujan. Ini menimbulkan kreativitas tanpa batas bagi mereka yang pintar memanfaatkannya. Banyak ilmu dan wawasan pengetahuan di-share dalam webinar ini. Dari materi pokok yang akan diajarkan kepada peserta didik sampai teknis dan metode mengajarkannya. Hal ini bagus juga karena guru bisa mengajar efektif dan lebih menarik. Peserta didik juga tidak bosan jika materi pokok pelajaran disajikan dalam bentuk video misalnya.

Proses pembelajaran juga secara langsung bisa diawasi oleh orangtua peserta didik. Bahkan orangtua juga dituntut untuk dapat berkolaborasi atau bekerja sama untuk membantu anaknya belajar. Kerja sama guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri memunculkan cara-cara yang inovatif agar proses pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efesien. Keterlibatan orangtua langsung dalam proses pembelajaran juga dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Orang tua akan mengetahui potensi yang dimiliki anaknya dan bisa mengembangkan potensi itu sehingga anak bisa berkembang maksimal.

Penulis sendiri menjadi lebih akrab dengan teknologi digital ini sekarang. Selama pandemi banyak pelatihan, webinar, ataupun pembinaan melalui perangkat teknologi dan berbasis internet ini. Namun yang paling disyukuri penulis dari adanya pandemi covid-19 ini adalah penulis bisa mengikuti kegiatan pelatihan dan pembelajaran online gratis. Salah satu pelatihan yang diikuti penulis adalah pelatihan menulis buku. Pelatihan menulis dari berbagai jenis tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Tulisan fiksi berupa puisi, pantun, cerita pendek, pentigraf, dan faksi (cerita berdasarkan fakta yang ditulis dalam bentuk fiksi). Tulisan non-fiksi berupa buku yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, karya tulis ilmiah berupa jurnal atau tulisan ilmiah lainnya. Pelatihan menulis ini merubah kebiasaan perilaku penulis untuk lebih banyak membaca, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat berkaitan.

Banyak membaca sebagai bentuk usaha yang dilakukan penulis untuk belajar bisa menulis. Ya membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang mutlak harus dilakukan jika seseorang ingin menyandang profesi penulis. Sebetulnya tak terlintas sedikitpun untuk menjadi penulis, tapi ketika ada kesempatan untuk belajar, mengapa tidak dicoba.  Ternyata untuk menjadi penulis, kuncinya menulis – menulis – menulis. Teman atau dengan siapa kita bergaul juga sangat mempengaruhi dalam kegiatan menulis ini. Diawali dengan mengikuti grup WhatsApp yang anggotanya adalah blogger dan guru-guru pegiat literasi penulis mencoba ikut berperan serta. Dari mulai bagaimana membuat blog, mengisi dengan tulisan dari tantangan yang diberikan, dan kegiatan lainnya penulis ikuti. Kegiatan pelatihan menulis yang digelar juga memotivasi penulis untuk ikut belajar menulis hingga berwujud buku yang memiliki ISBN. Ya walaupun sangat terlambat tapi penulis optimis jika ada keinginan untuk belajar hal-hal positif pasti akan ada manfaat yang akan didapat. Penulis merasa hikmah pandemi yang sangat mempengaruhi pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari adalah menulis. Walaupun tulisannya belum seproduktif para penulis profesional. Motivasi penulis juga awalnya hanya ingin mendapat pengakuan dari anggota grup WA yang semua anggota grupnya adalah blogger. Blogger yakni orang yang nge-blog itu artinya kita harus membuat tulisan di blog, selain tentu saja bisa meng-upload gambar dan video.  Penulis belajar membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan tanpa berpikir untuk apa tujuannya. Siapa yang membaca, bagaimana kualitas tulisan di blog belum menjadi perhatian utama,

Seiring berjalannya waktu, penulis mulai merasakan manfaat dari menulis di blog ini. Penulis bisa saling bersilaturahim dengan blogger lain dengan melakukan kunjungan lewat kegiatan blog-walking. Bisa menuangkan segala pikiran, ide, wawasan, dan pendapat lewat tulisan. Juga bisa menyimpan pengetahuan untuk bisa diberikan kepada pembaca. Mengisi waktu dengan menulis juga ternyata bisa melatih daya ingat penulis. Berbagi cerita lewat tulisan juga menjadi pengalaman yang luar biasa, mengingatkan penulis pada diary yang dahulu sering dipenuhi cerita yang dialami. Dari menulis ini juga memotivasi penulis untuk menambah banyak teman dan relasi walaupun hanya di dunia maya. Penulis bisa berkumpul dengan komunitas penulis baik yang masih pemula maupun yang profesional dan telah memiliki jam terbangnya lama dengan menghasilkan banyak buku.

Dampak positif lain dari memanfaatkan masa pandemi dengan menulis juga semakin memperluas cakrawala berpikir dan memperpanjang azam. Penulis berkeyakinan juga bahwa dengan menulis hal-hal yang bernilai ilmu walaupun satu ayat harus disampaikan. Dan jika diamalkan oleh pembacanya akan menjadi tabungan amal jariah dan tabungan kebaikan. Ada rasa ingin dikenang juga oleh orang-orang terdekat, keluarga, kerabat, dan sahabat bahwa “aku adalah penulis buku”. Azam baiknya “aku adalah seorang ibu guru yang juga seorang penulis”. Berazam di akhir masa bhakti sebagai guru ASN menjadi penulis juga tidak salah kan? Walaupun tentu penulis harus banyak belajar. Siapa tahu azam menjadi seorang penulis atau berprofesi sebagai seorang penulis yang betul-betul penulis buku best seller seperti Coach ustad Akbar Zainudin, penulis buku best seller Man Jadda Wajada, bisa terwujud.

Oh iya sayang sekali penulis belajar menulisnya tidak dari awal masa pandemi atau bahkan dari dulu misalnya bercita-cita sebagai penulis. Penulis memulai belajar menulis di blog dari akhir bulan November 2020. Awal tahun 2021 ini memberanikan diri untuk ikut menulis di beberapa buku antologi. Kendala yang sangat mengganjal penulis dalam belajar menulis ini adalah kurangnya rasa percaya diri dan tidak bisa berkomitmen untuk menulis. Rasa takut mengungkapkan ide dan tulisannya tidak bermanfaat dan tidak berkualitas menjadi penghambat. Namun pengalaman penulis dalam belajar menulis benar-benar menjadi pengalaman baik yang patut disyukuri.

Dari pelatihan belajar menulis di masa pandemi ini, penulis telah bergabung dengan sahabat literasi dan berhasil menulis buku. Buku antologi yang penulis ikuti sekitar 20 buku. Buku tersebut memuat tulisan tentang puisi, pantun, true story, cerita anak, bahkan buku non-fiksi. Sementara itu penulis juga telah menerbitkan buku solo berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula.” Buku ini berisi tiga bagian yang memuat materi dari hasil pelatihan belajar menulis selama 20 kali pertemuan lebih. Pada bagian pertama dari buku ini penulis menguraikan materi tentang Menjadi Penulis. Sub judulnya dimulai dengan bagai mana cara menjadi penulis, ide menulis bagi guru, mental dan naluri penulis, komitmen menulis di blog, digital skill, dan poin buku pada KNP PNS. Pada sub judul bagian kedua membahas tentang menyusun buku, dasar-dasar penulisan, tahapan menyusun buku, proofreading, cara membuat resume, kiat menulis cerita fiksi, konsep buku nonfiksi, dan cara mengembangkan tulisan nonfiksi. Serta pada sub judul bagian ketiga membahas tentang menerbitkan buku, mewujudkan mahkota penulis, tehnik menerbitkan buku, penerbit indie, penerbit mayor, menggali informasi penerbit mayor, tehnik memasarkan buku, dan strategi promosi buku.

Buku antologi yang penulis ikuti adalah buku-buku yang ber judul;

Ø Standardisasi dan Profesionalisme Pendidikan;

Ø Patidusa Pujangga Wiyata_Antologi Puisi Nusantara Bergema;

Ø Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi_Antologi Puisi Pujangga Aksara;

Ø Rinai Rindu Sang Guru;

Ø Inspirasi dalam Untaian Puisi_Antologi Aksara Bermakna dalam memperingati RA Kartini 2021;

Ø Pesona Nusantara (Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia);

Ø Antologi Haru Biru Hijrah Meraih Berkah;

Ø Catatan Terindah (Antologi Memoar Upgrade Diri);

Ø Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi (Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi);

Ø Jendela Langit;

Ø Selasih Bertunas Emas (Antologi Catatan Buah Hati Dalam Puisi);

Ø Rona Pelangi Buah Hati (Antologi Kisah Orangtua Menggapai Cinta Ananda);

Ø The Power of Silaturahmi in Writing (Antologi Membangun Literasi Negeri Bersama Om Jay & Bu Kanjeng);

Ø Leader Writers_Ketika Kepala Sekolah Menulis;

Ø Kiat Jitu untuk Anak Hebat;

Ø Meneladani Al-Qur’an;

Ø dan buku lainnya.

Itulah hikmah di balik pandemi bagi penulis. Rasa syukur karena bisa menghadapi situasi pandemi covid-19 dengan hal-hal yang bermanfaat bagi penulis sendiri bahkan bagi orang lain. Stay at home serta work from home (WFH) juga memberi makna, harapan, serta azam penulis bisa terus meluangkan waktu untuk menulis walaupun hanya beberapa kalimat dan alinea. Selain keyakinan penulis bahwa adanya pandemi covid-19 ini sebagai cobaan dari yang mahakuasa agar kita sebagai hambanya bisa melebur dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia. Sebagaimana sabda Rasullah Saw,

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

 

Wallahu’alam bishowab….

8 komentar:

  1. Semangat, Bu. WFH jadi kesempatan untuk banyakin karya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul pak. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Tetimakasih ya.

      Hapus
  2. Mantap bu Hasanah.. saya jadi termotivasi untuk belajar menulis ini... Terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo bun ... kita bareng2 memanfaatkan waktu, eh meluangkan waktu untuk menulis. Terimakasih ya kunjungannya.

      Hapus
  3. Begitu leluasa waktu di masa pandemi, walaupun kita tetap melaksanakan tupoksi, namun, sangat luang untuk belajar dan belajar. Semangat terus berkarya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul Ambu, saya belajar menulisnya telat. Alhamdulillah pandemi memberi hikmah untuk bisa menulis. Terimakasih kunjungannya.

      Hapus

KSP

Kurikulum Satuan Pendidikan  Mengawali tahun pelajaran 2024-2025 pada hari Senin, 15 Juli 2024 semua madrasah melaksanakan Matsama (Masa ta&...