BELAJAR MENULIS SAAT PANDEMI
E.
Hasanah
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: "Tidak ada suatu
musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghobun; 11)
Pandemi
covid-19 telah menimpa kehidupan manusia hampir di seluruh dunia. Banyak
menelan korban bahkan sampai jutaan orang. Kejadian luar biasa dari tahun 2019
ini, masih terasa dampaknya. Dampak ini dirasakan dalam berbagai bidang. Bidang
sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya mengalami kerugian
dan penurunan. Dampak dari pandemi ini juga mengakibatkan meningkatnya rasa
ketakutan, keletihan, kehawatiran dan kesedihan, karena banyaknya korban yang
terpapar.
Pelajaran
berharga bisa diambil bagi mereka yang pintar memaknai setiap peristiwa musibah
yang menimpanya. Begitu juga kita menghadapi adanya pandemi covid-19 ini. Ada
dampak yang bersipat negatif, tentu ada juga dampak yang bersipat positif. Kita
memaknainya dari sudut pandang dan pendapat beragam. Bagi orang yang beriman
dan meyakini adanya Allah Swt, sesuai dengan ayat Al-Qur’an di atas, dengan
adanya musibah pandemi ini pasti akan menyadarkan dirinya. Allah Swt menimpakan
musibah atas ijin dan kekuasaannya. Allah Swt mengetahui segala sesuatu dan ini
akan menyadarkan orang-orang beriman betapa lemah dan tak berdayanya manusia.
Dampak
negatif dari pandemi ini salah satunya adalah adanya kecemasan masyarakat yang
tinggi sehingga memperparah kondisinya. Orang yang memiliki penyakit komorbid
akan semakin beresiko jika terinfeksi covid-19 ini. Sementara di sisi lain
dampak positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 ini adalah salah satunya
merubah gaya hidup dan kebiasaan, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan berupa perilaku
yang lebih baik karena adanya ketakutan tertularnya covid -19.
Perilaku
hidup sehat lebih diperhatikan. Menjaga Kesehatan pribadi dan orang lain, rajin
cuci tangan, jaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain, menutup mulut dengan
memakai masker, adalah perilaku yang harus dibiasakan demi mencegah tertularnya
covid-19 ini. Disiplin dalam menjalankan perilaku hidup sehat ini adalah bentuk
usaha atau ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19 ini.
Sebagai
orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, penulis sangat merasakan dampak
dan perubahan perilaku ini. Kebijakan pemerintah untuk mencegah meluasnya
pandemi dan menjaga peserta didik terpapar covid dengan belajar melalui sistem
daring (dalam jaringan). Ini menimbulkan konsekuensi yang beragam dan bahkan
menimbulkan masalah baru. Dari mulai perilaku insan pendidik yang gamang
menghadapi perubahan, sampai ketidaktentuan memutuskan apa yang terbaik
dilakukan. Guru dituntut untuk cepat belajar dan beradaptasi dengan kebijakan
belajar mengajar melalui kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Guru dipaksa untuk memiliki kemampuan
melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Guru mengajar peserta didik yang
berjumlah puluhan siswa hanya dengan melalui media sosial. Walaupun untuk
materi pembelajaran tidak terlalu susah untuk disampaikan karena adanya bantuan
teknologi. Namun untuk mendidik sikap sosial spiritual peserta didik sangat
berat ditanamkannya.
Ada
hikmah di balik pandemi bagi guru-guru atau siapapun yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan. Hikmahnya itu adalah pemanfaatan teknologi dalam dunia
pendidikan berkembang pesat. Platform untuk melaksanakan proses
pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, google meet, bahkan
grup WhatsApp dan SMS menjadi fitur yang digunakan untuk memudahkan
belajar system daring.
Munculnya
kegiatan webinar bagaikan jamur di musim hujan. Ini menimbulkan kreativitas
tanpa batas bagi mereka yang pintar memanfaatkannya. Banyak ilmu dan wawasan
pengetahuan di-share dalam webinar ini. Dari materi pokok yang akan
diajarkan kepada peserta didik sampai teknis dan metode mengajarkannya. Hal ini
bagus juga karena guru bisa mengajar efektif dan lebih menarik. Peserta didik
juga tidak bosan jika materi pokok pelajaran disajikan dalam bentuk video
misalnya.
Proses
pembelajaran juga secara langsung bisa diawasi oleh orangtua peserta didik.
Bahkan orangtua juga dituntut untuk dapat berkolaborasi atau bekerja sama untuk
membantu anaknya belajar. Kerja sama guru, orang tua, dan peserta didik itu
sendiri memunculkan cara-cara yang inovatif agar proses pembelajaran terlaksana
dengan efektif dan efesien. Keterlibatan orangtua langsung dalam proses
pembelajaran juga dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Orang tua
akan mengetahui potensi yang dimiliki anaknya dan bisa mengembangkan potensi
itu sehingga anak bisa berkembang maksimal.
Penulis
sendiri menjadi lebih akrab dengan teknologi digital ini sekarang.
Selama pandemi banyak pelatihan, webinar, ataupun pembinaan melalui perangkat
teknologi dan berbasis internet ini. Namun yang paling disyukuri penulis dari
adanya pandemi covid-19 ini adalah penulis bisa mengikuti kegiatan pelatihan
dan pembelajaran online gratis. Salah satu pelatihan yang diikuti
penulis adalah pelatihan menulis buku. Pelatihan menulis dari berbagai jenis
tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Tulisan fiksi berupa puisi, pantun, cerita
pendek, pentigraf, dan faksi (cerita berdasarkan fakta yang ditulis dalam
bentuk fiksi). Tulisan non-fiksi berupa buku yang dibuat berdasarkan hasil
penelitian, karya tulis ilmiah berupa jurnal atau tulisan ilmiah lainnya.
Pelatihan menulis ini merubah kebiasaan perilaku penulis untuk lebih banyak
membaca, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat berkaitan.
Banyak
membaca sebagai bentuk usaha yang dilakukan penulis untuk belajar bisa menulis.
Ya membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang mutlak harus dilakukan jika
seseorang ingin menyandang profesi penulis. Sebetulnya tak terlintas sedikitpun
untuk menjadi penulis, tapi ketika ada kesempatan untuk belajar, mengapa tidak
dicoba. Ternyata untuk menjadi penulis,
kuncinya menulis – menulis – menulis. Teman atau dengan siapa kita bergaul juga
sangat mempengaruhi dalam kegiatan menulis ini. Diawali dengan mengikuti grup WhatsApp
yang anggotanya adalah blogger dan guru-guru pegiat literasi penulis
mencoba ikut berperan serta. Dari mulai bagaimana membuat blog, mengisi
dengan tulisan dari tantangan yang diberikan, dan kegiatan lainnya penulis
ikuti. Kegiatan pelatihan menulis yang digelar juga memotivasi penulis untuk
ikut belajar menulis hingga berwujud buku yang memiliki ISBN. Ya walaupun
sangat terlambat tapi penulis optimis jika ada keinginan untuk belajar hal-hal
positif pasti akan ada manfaat yang akan didapat. Penulis merasa hikmah pandemi
yang sangat mempengaruhi pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari adalah
menulis. Walaupun tulisannya belum seproduktif para penulis profesional. Motivasi
penulis juga awalnya hanya ingin mendapat pengakuan dari anggota grup WA yang
semua anggota grupnya adalah blogger. Blogger yakni orang yang nge-blog
itu artinya kita harus membuat tulisan di blog, selain tentu saja bisa
meng-upload gambar dan video. Penulis
belajar membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan tanpa
berpikir untuk apa tujuannya. Siapa yang membaca, bagaimana kualitas tulisan di
blog belum menjadi perhatian utama,
Seiring
berjalannya waktu, penulis mulai merasakan manfaat dari menulis di blog
ini. Penulis bisa saling bersilaturahim dengan blogger lain dengan
melakukan kunjungan lewat kegiatan blog-walking. Bisa menuangkan segala
pikiran, ide, wawasan, dan pendapat lewat tulisan. Juga bisa menyimpan
pengetahuan untuk bisa diberikan kepada pembaca. Mengisi waktu dengan menulis
juga ternyata bisa melatih daya ingat penulis. Berbagi cerita lewat tulisan
juga menjadi pengalaman yang luar biasa, mengingatkan penulis pada diary
yang dahulu sering dipenuhi cerita yang dialami. Dari menulis ini juga
memotivasi penulis untuk menambah banyak teman dan relasi walaupun hanya di
dunia maya. Penulis bisa berkumpul dengan komunitas penulis baik yang masih
pemula maupun yang profesional dan telah memiliki jam terbangnya lama dengan
menghasilkan banyak buku.
Dampak
positif lain dari memanfaatkan masa pandemi dengan menulis juga semakin
memperluas cakrawala berpikir dan memperpanjang azam. Penulis berkeyakinan juga
bahwa dengan menulis hal-hal yang bernilai ilmu walaupun satu ayat harus
disampaikan. Dan jika diamalkan oleh pembacanya akan menjadi tabungan amal
jariah dan tabungan kebaikan. Ada rasa ingin dikenang juga oleh orang-orang
terdekat, keluarga, kerabat, dan sahabat bahwa “aku adalah penulis buku”. Azam
baiknya “aku adalah seorang ibu guru yang juga seorang penulis”. Berazam di
akhir masa bhakti sebagai guru ASN menjadi penulis juga tidak salah kan? Walaupun
tentu penulis harus banyak belajar. Siapa tahu azam menjadi seorang penulis atau
berprofesi sebagai seorang penulis yang betul-betul penulis buku best seller
seperti Coach ustad Akbar Zainudin, penulis buku best seller Man Jadda
Wajada, bisa terwujud.
Oh
iya sayang sekali penulis belajar menulisnya tidak dari awal masa pandemi atau
bahkan dari dulu misalnya bercita-cita sebagai penulis. Penulis memulai belajar
menulis di blog dari akhir bulan November 2020. Awal tahun 2021 ini
memberanikan diri untuk ikut menulis di beberapa buku antologi. Kendala yang
sangat mengganjal penulis dalam belajar menulis ini adalah kurangnya rasa
percaya diri dan tidak bisa berkomitmen untuk menulis. Rasa takut mengungkapkan
ide dan tulisannya tidak bermanfaat dan tidak berkualitas menjadi penghambat.
Namun pengalaman penulis dalam belajar menulis benar-benar menjadi pengalaman
baik yang patut disyukuri.
Dari
pelatihan belajar menulis di masa pandemi ini, penulis telah bergabung dengan
sahabat literasi dan berhasil menulis buku. Buku antologi yang penulis ikuti
sekitar 20 buku. Buku tersebut memuat tulisan tentang puisi, pantun, true
story, cerita anak, bahkan buku non-fiksi. Sementara itu penulis juga telah
menerbitkan buku solo berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula.” Buku
ini berisi tiga bagian yang memuat materi dari hasil pelatihan belajar menulis
selama 20 kali pertemuan lebih. Pada bagian pertama dari buku ini penulis
menguraikan materi tentang Menjadi Penulis. Sub judulnya dimulai dengan
bagai mana cara menjadi penulis, ide menulis bagi guru, mental dan naluri penulis,
komitmen menulis di blog, digital skill, dan poin buku pada KNP PNS. Pada sub
judul bagian kedua membahas tentang menyusun buku, dasar-dasar penulisan, tahapan
menyusun buku, proofreading, cara membuat resume, kiat menulis cerita fiksi, konsep
buku nonfiksi, dan cara mengembangkan tulisan nonfiksi. Serta pada sub judul
bagian ketiga membahas tentang menerbitkan buku, mewujudkan mahkota penulis, tehnik
menerbitkan buku, penerbit indie, penerbit mayor, menggali informasi penerbit
mayor, tehnik memasarkan buku, dan strategi promosi buku.
Buku
antologi yang penulis ikuti adalah buku-buku yang ber judul;
Ø Standardisasi dan
Profesionalisme Pendidikan;
Ø Patidusa Pujangga
Wiyata_Antologi Puisi Nusantara Bergema;
Ø Refleksi dan Resolusi
Saat Pandemi_Antologi Puisi Pujangga Aksara;
Ø Rinai Rindu Sang Guru;
Ø Inspirasi dalam Untaian
Puisi_Antologi Aksara Bermakna dalam memperingati RA Kartini 2021;
Ø Pesona Nusantara
(Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia);
Ø Antologi Haru Biru
Hijrah Meraih Berkah;
Ø Catatan Terindah
(Antologi Memoar Upgrade Diri);
Ø Menggerakkan Literasi
Mencerdaskan Generasi (Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi);
Ø Jendela Langit;
Ø Selasih Bertunas Emas (Antologi
Catatan Buah Hati Dalam Puisi);
Ø Rona Pelangi Buah Hati
(Antologi Kisah Orangtua Menggapai Cinta Ananda);
Ø The Power of
Silaturahmi in Writing (Antologi Membangun Literasi Negeri Bersama Om Jay &
Bu Kanjeng);
Ø Leader Writers_Ketika
Kepala Sekolah Menulis;
Ø Kiat Jitu untuk Anak
Hebat;
Ø Meneladani Al-Qur’an;
Ø dan buku lainnya.
Itulah hikmah di balik
pandemi bagi penulis. Rasa syukur karena bisa menghadapi situasi pandemi
covid-19 dengan hal-hal yang bermanfaat bagi penulis sendiri bahkan bagi orang
lain. Stay at home serta work from home (WFH) juga memberi makna,
harapan, serta azam penulis bisa terus meluangkan waktu untuk menulis walaupun
hanya beberapa kalimat dan alinea. Selain keyakinan penulis bahwa adanya pandemi
covid-19 ini sebagai cobaan dari yang mahakuasa agar kita sebagai hambanya bisa
melebur dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia. Sebagaimana sabda
Rasullah Saw,
“Tidaklah
seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan,
kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan
duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur
kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Wallahu’alam bishowab….
Sae pisan
BalasHapusSemangat, Bu. WFH jadi kesempatan untuk banyakin karya
BalasHapusIya betul pak. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Tetimakasih ya.
HapusHatur nuhun.
BalasHapusMantap bu Hasanah.. saya jadi termotivasi untuk belajar menulis ini... Terima kasih..
BalasHapusAyo bun ... kita bareng2 memanfaatkan waktu, eh meluangkan waktu untuk menulis. Terimakasih ya kunjungannya.
HapusBegitu leluasa waktu di masa pandemi, walaupun kita tetap melaksanakan tupoksi, namun, sangat luang untuk belajar dan belajar. Semangat terus berkarya..
BalasHapusIya betul Ambu, saya belajar menulisnya telat. Alhamdulillah pandemi memberi hikmah untuk bisa menulis. Terimakasih kunjungannya.
Hapus