Pentigraf#4
Mak
Bangga
Detak
jarum jam dinding terdengar bagai ritme teratur bernada, bagai alarm alam berbisik di telinga. sayup-sayup burung tetangga berkicau
berirama. Mak tahu itu tanda alami menyapa. Mak harus beranjak. Merasa waktu yang tepat menemui sang maha
kuasa. Berwudhu tertib, kenakan mukena, berdiri tegak di atas sajadah. Mak
larut dalam salat. Mak bangga masih bisa bersua dalam doa.
Mak
baca ayat-ayat yang disimpan di buku jari-jarinya. Kadang lama mengingat satu
kata. Susah melafalkan hingga harus buka lagi di Al-Qur'an. Sedang asyik
menghapal, tiba-tiba handphone bersuara.
“Ahhh siapa ini? Jam segini kirim pesan”, bisiknya. WA dibuka, ada pesan dari bungsu tercinta. “Ada
apa ya?” Khawatir juga.
Namun Mak bangga, anaknya sebelum subuh sudah bangun. Berprasangka baik, bungsu anak tersayangnya pasti juga sama selesai melaksanakan salat. Pesan WA dibuka. Kirim gambar-gambar kayak iklan, ada kata-kata, "Mak mana sepatu yang bagus? Pilihkan warna. Harga lagi diskon Mak. Boleh beli kan Mak?" Bungsuku bertanya. "Pilih saja yang suka, Nak. Harganya mahal. Tapi silahkan saja beli asal jangan minta uangnya sama Mak", kalimat Mak membalas. Bungsu dengan gaya manjanya membalas, "Mak kan tidak mau nengok, padahal PPL itu lama Mak. Tidak kangen ke anak? Tapi gak apa-apalah ... sabar saja. Asal Mak bayarin sepatunya ya?" Mak terdiam tidak membalas. Pikirnya, anak Mak memang pintar, berniaga dengan rasa.
jadi ingat anak perempuanku Bu...
BalasHapus^_^
suka merajuk
Iya bun ... bungsuku juga pintar marajuk hi hi hi
BalasHapusterimakasih ya sudah mampir
Berniaga dengan rasa...
BalasHapuskeren banget kata penutupnya