Senin, 21 Desember 2020

Hadiah Hari ibu

HADIAH HARI IBU UNTUKKU

Sore ini senin, 21 Desember 2020 tepat pukul 4.30 ada kebahagiaan yang tak terkira yang aku dapatkan. Aku yakin ungkapan setiap tulisan membawa nasibnya, jadi aku mencoba menulis apa saja yang aku ingat. Sesuai dengan ungkapan Buya Hamka, “Menulislah dan Biarkan Tulisanmu Mengikuti Takdirnya”. Ternyata kalimat tersebut terbukti lho. Aku belajar membuat blog dan menulis belum genap satu bulan, Eh tulisanku sudah ada takdirnya yang membuat aku merasa berbahagia dan beruntung dengan tulisan tersebut.

Mau tahu? Ada apa gerangan?

Tarraaaa… ini dia


Buku karangan Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.

Penulis muda bernama Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. mengirimi aku buku berjudul ‘Aksi Literasi Guru Masa Kini’. Beliau memberi motivasi kepada kita yang menulis di blog setiap hari kamis dalam kegiatan ‘KamisMenulis’, yang diadakan di WA grup Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal).

Pada ‘KamisMenulis’ edisi minggu ke-3 tanggal 17 Desember 2020, Bapak Brian (panggilan akrab untuk Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.) memberikan tema IBU. Tema yang menarik, karena momennya tepat menjelang hari ibu, selain anggota grup juga banyak ibu-ibu guru yang semangat untuk menulis. Aku mengirim 2 tulisan (dalam bentuk puisi dan pentigraf). Di luar dugaan, sore hari kamis itu Pak Brian pesan, “siap-siap nanti malam akan ada undian KamisMenulis untuk 3 edisi sekaligus” (kalau gak salah ni). Wah pikirku bagus juga ide Pak Brian, selain jadi guru, blogger, penggiat literasi, eh ternyata beliau motivator juga.

Tidak buka WA 3 jam saja, pesan WA sudah panjang tuh. Terkejut juga aku, pentigraf bertema ibu menemui takdirnya membawa nasib mendapatkan undian sebuah buku. Wah senang pake banget ini. Tak tersirat sedikitpun aku akan mendapat hadiah darinya he he he. Bagi aku tulisan di blog yang baru dibuat ada yang mengomentari saja sudah senang, apalagi ini dapat buku.

Thank so much Pak Brian

Thanks juga ya telah membimbingku membuat blog, tanggal 24 November 2020 jadi hari bersejarah dan tercatat dalam diaryku karena pertama kali punya blog hi hi hi.

 

Minggu, 20 Desember 2020

Nasihat

 #Puisipatidusaasli#7

 

NASIHAT

Oleh: E. Hasanah

 

Waktu bagai busur melesat

Jangan terlambat sahabat

Perbaiki niat

Cepat.

 

Mendekat

Tuhan melihat

Walau hanya Hasrat

Jangan ada sedikitpun hianat.

 

Mari kencangkan tangan berjabat

Saling menguatkan tekad

Benar berbuat

Taubat.

 

Ingat

Iman perkuat

Hidup ini singkat

Lakukan apapun dengan tepat.

Sukabumi, 21 Desember 2020

Sabtu, 19 Desember 2020

Puisi_Pagi

 PatidusaCemara#7

PAGI

Oleh: E. Hasanah

 

Dinanti

Menyapa sunyi

Segarkan beban diri

Hilangkan pahit getir hati.

 

Mentari

Sinarnya berseri

Menyambut takdir ilahi

Dalam doa puja puji.

 

Solusi

Pasti menyertai

Yakin apapun terjadi

Dalam kuasa-MU Robbi.

 


Sukabumi, 20 Desember 2020

 

Jumat, 18 Desember 2020

Puisi_Iftitah

#PuisiGenreSapardian#

5-7-5_5-7-5

IFTITAH

Oleh: E. Hasanah

 

Dengan takbir aku kagumi kebesaran-MU

Sungguh sempurna mencipta langit bumi dan isinya

Robb bisikku segala puji bagi-MU




Dengan iftitah aku rangkai ikrar

Sesungguhnya salatku ibadahku hidupku matiku hanya untuk-MU

Robb tuhan pemilik semesta alam

Reminder

 LISAN

Oleh: E. Hasanah

          Lisan menunjukkan kata benda yang berarti lidah, juga berarti kata-kata yang diucapkan. Atau berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan dengan mulut bukan dengan surat (Kamus Besar Bahasa Indonesia /KBBI). Berbicara lisan itu sangat menarik karena apabila digunakan dengan benar akan membawa manfaat, dan apabila tidak bijak menggunakannya akan membawa madhorat. Pepatah Arab mengatakan, salâmatul insan fî hifdhil lisân (keselamatan seseorang tergantung pada lisannya). Dengan lisannya seseorang bisa menolong orang lain. Juga karena lisannya seseorang dapat menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain.

          Sangat penting bagi kita menjaga lisan ini. Sebagai orang Islam, hendaklah memperhatikan bunyi hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari:

   وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ

Artinya; “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

          Jelas hadits tersebut mengajarkan kepada kita untuk berkata yang baik, menggunakan lisan menyampaikan hal-hal yang benar. Dan jika tidak bisa menjaganya lebih baik diam. Perlu mencermati bahwa Rasulullah SAW dalam hadits tersebut mengungkapkan nilai keimanan seseorang sebelum memperingatkan tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan sepele tapi perlu dicermati. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya (mafhum mukhalafah) bahwa orang-orang yang tidak berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir.

Kenapa lisan dihubungkan dengan keimanan 

kepada Allah dan hari akhirat?

        Karena lisan mengandung pesan bahwa segala ucapan yang dikeluarkan dari mulut itu, sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang berkata seenaknya tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, menunjukkan pengabaian terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita, sesuai firmanNYA dalam QS. Qaf [50] ayat 18.

   مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tak ada suatu katapun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat." (QS. Qaf [50] :18)

          Mari kita menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak bermanfaat, jauhkan dari kata-kata yang bersipat ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah terkadang tanpa sadar keluar sebagai kembang obrolan yang asyik, namun itu berefek mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain.

Bahkan lisan juga tanpa terasa mengeluarkan fitnah, yakni sengaja menebar berita tidak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah. Umumnya fitnah ini berujung adu domba, sehingga pertengkaran bahkan pembunuhan terjadi. Ini sikap sangat dibenci Islam. Fitnah lebih keji dari kebohongan dan ini sangat menyakitkan. Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar bisa berpikir terhadap setiap kata yang diucapkan.

Berbicara tentang nilai kebaikan pada lisan, ini juga akan berdampak pada timbulnya kualitas ucapan yang dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan yang tak terjaga.

Rasulullah bersabda:

   إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَـافُ عَلَيْــكُمْ بَعْدِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِـيمُ اللِّسَانِ

“Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicara” (HR At-Tabrani).

 

Di era globalisasi ini, kata-kata atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari pikiran dan opini yang muncul di status Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, konten video, dan lain sebagainya. Di media sosial tak jarang juga dijadikan ajang tempat berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan sampai ancaman fisik yang membahayakan.

Lisanpun meluas maknanya mencakup pula opini-opini di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun sama, mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara. Hendaknya kita berhati-hati menulis sesuatu di media sosial. Berpikir dan ber-tabayyun (klarifikasi) menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat.

Ingat bahwa Allah SWT mengutus malaikat khusus untuk mengawasi kata-kata kita, baik kata-kata yang keluar dari mulut kita maupun ketikan jari-jari kita di media sosial.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tak ada suatu katapun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat." (QS. Qaf [50] :18)

 

Wallahu a’lam bish-shawabi

Kamis, 17 Desember 2020

Buku Jari

 #Patidusa Asli#6

BUKU JARI

Oleh: E. Hasanah


Ku simpan rapih asma-MU

Dalam buku jari-jariku

Setiap waktu

Bertemu.

 

Selalu

Ada rindu

Memuja-MU dalam bisu

Buku jari-jari kalkulator tasbihku.

 

Buku ibu jari tanganku

Tersimpan ayat Satu

Awal hapalanku

Firman-MU.

 

Malu

Hati mengadu

Belum semua ayat-MU

Tertata rapih di buku-buku.

Permenpanrb no. 21 tahun 2024

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru. https://drive.google.com/file/d/1rd2qYU...