Jumat, 10 Desember 2021
Pantun_Ku
Ayah
membeli pisau sebilah,
Buku
dirangkum itu hebat,
Berakit-rakit
ke hulu,
Kamis, 09 Desember 2021
Pantun IBU
PANTUN IBU
E. Hasanah
PANTUN PERKENALAN
1. Ada
di kolam mawar sekuntum,
Milik
tuanku seorang pemanah,
Awali
kalam assalamu’alaikum,
Kenalkan
aku ibu Hasanah.
2. Berkata
santun kepada lawan,
Tak
melontari kata berbisa,
Belajar
pantun bersama kawan,
Agar
lestari budaya bangsa.
PANTUN IBU
1. Bunga
dahlia bunga jambu,
Hitam
bersih biji markisa.
Sungguh
mulia hati ibu,
Penuh
kasih sepanjang masa.
2. Tak
berselisih tanam tebu,
Banyak
jerami jangan dibawa,
Berterimakasih
padamu ibu,
Merawat
kami sepenuh jiwa.
3. Sangat
menggebu bicara rakyat,
Bukan
tingkah anak milenia,
Jagalah
ibu sepanjang hayat,
Agar
barokah hidup di dunia.
4. Pasang
kelambu warna merah.
Kerja
bakti sangat istimewa,
Kepada
ibu cinta tercurah,
Rela
berbakti sepenuh jiwa.
5. Kaki
seribu hewan berbisa,
kuberpeluh
karena ketiban,
Kasih
ibu sepanjang masa,
Tanpa
keluh rela berkorban.
6. Kalangkabut
mengembara,
Gunung
Fuji kita serbu,
Lemah
lembut saat bicara.
Sikap
terpuji kepada ibu.
7. Pergi
sekolah pakai kacamata,
Sambil
naik duduk di sepeda,
Kepada
Allah aku meminta,
Surga
terbaik untuk ibunda.
8. Teduh
ditata untuk berdua,
Beranda
untuk gadis jelita,
Jauh
di mata dekat di doa,
Berasa
ibu di samping kita.
9. Harus
menimbang dan diyakini,
Berkata
lembut tak menggebu,
Selalu
berlinang mataku ini,
Saat
kusebut namamu ibu.
10. Beli
ternak memakai sorban,
Lewat
kanal menyengaja,
Demi
anak ibu berkorban,
Tak
kenal lelah dia bekerja.
11. Hari
selasa hari kamis,
Malam
rabu bergembira,
Tak
terasa ingin menangis,
Rindu
ibu tiada terkira.
12. Baju
digasok juga celana,
Disusun
setara di asrama,
Ibuku
sosok bijaksana.
Selasa, 19 Oktober 2021
Puisi_Harapan daun berserak
Harapan daun berserak
E. Hasanah
Taken from PinterestTanah coklat itu basah
Daun-daun berserakan ulah
angin
Berguguran jatuh
beterbangan
Sisa hujan laksana
lambaian tangan
Mengajak bergerak
mengukir jejak
Katamu ayo singsingkan
lengan
Tanam harapan di
gemburnya tanah
Masa depan masih luas
terbentang.
Ada senyum penghambaan
Penuh kebahagian dalam
pelukan ilahi
Meski air mata menetes
sesaat
Namun kepasrahan dalam
tunduk syukur
Tercurah alirkan energi
kekuatan diri
Berbuat itu hanya usaha
dan kunci
Hasil adalah buah dari
ketentuanNya.
Dari sisa waktu yang
diberikannya
Berharap bisa menanamkan
kebaikan
Melukiskan cerita penuh
daya semangat
Hingga dorongan itu
sampai pada cucu cicit
Bertumbuh subur dalam
aliran darah merah
Berani hadapi setiap
ujian menghadang
Bercabang dalam kesabaran
tegar berusaha
Berbunga ketulusan hati
ikhlas menerima.
Padamu yang menerbangkan
ranting-ranting dahan
Ajari aku untuk siap
menerima kelapangan hati
Menyadari bahwa musim
akan terus berganti
Daun usang berserakan
akan bertukar
Pucuk ranum harapan akan
muncul atas kehendaknya
Padamu yang menciptakan
basah pada hujan
Ajari raga untuk bisa
menyisakan warisan jiwa
Kobaran semangat biarlah
tetap subur
Untuk mematangkan harap
pada setiap jengkal tanah
Walau manis buah tak
sempat kunikmati diri
Biarkan tetesan keringat
membasahi hati insani
Penerus aliran darah terpompa
energi
Berbakti tanpa pamrih
menanamkan bhakti.
Pagi menanti mentari.
Sukabumi, 19 oktober 2021
Rabu, 13 Oktober 2021
#Kamis Menulis_Hanca
HANCA
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi elektronik, kata hanca bermakna
pekerjaan yang tertunda (n), melanjutkan pekerjaan yang tertunda (v). Sebagai
orang yang asli suku Sunda, tentu kata ini tidak asing lagi di telinga, karena
ini bahasa sehari-hari yang sering didengar. Contoh penggunaan kata hanca dalam
kalimat, “Aku akan melanjutkan hanca membuat artikel itu nanti sore.” Kata
hanca ada di posisi objek dalam kalimat itu. “Sekarang aku hanca lagi
tulisan tentang pendidikan inklusi yang tertunda kemarin.” Nah dalam
kalimat ini, kata hanca sebagai predikat atau kata kerja.
Hanca
pekerjaan yang harus diselesaikan setiap orang mungkin beragam ya. Nah untuk aku
sendiri ada hanca yang harus segera aku selesaikan. Hanca itu untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah wajib sebagai persyaratan bisa meraih gelar
dalam pendidikan. Hanca ini agak susah juga diselesaikan, bukan berarti tidak
bisa. Namun untuk menyelesaikannya memerlukan pikiran, waktu, tenaga, dan ektra
keinginan atau kemauan. Akuberpendapat siapapun bisa menyelesaikan hanca
tulisan karya ilmiahnya, tetapi tantangan yang dihadapi kadang membuat aku frustasi
dan patah semangat. Banyak faktor sebenarnya yang menghalangi untuk melanjutkan
hanca karya tulis ilmiahku ini. Salah satunya adalah karena ada kesibukan yang
berkaitan dengan pekerjaan pokok sebagai abdi negara atau pegawai Aparatur Sipil
Negara (ASN).
Mengapa
mengerjakan hanca menulis tugas akhir pendidikanku ini terbengkalai? Dari
beberapa alasannya adalah rasa malas menulis dan kurangnya semangat atau
motivasi untuk menyelesaikannya. Kalimat besok aku melanjutkan hanca
disertasinya tapi kok ya malas melakukanya. Besok lagi saja. Lusa saja. Masih
ada waktu untuk mengerjakannya. Ya nanti akuselesaikan segera. Kalimat-kalimat
itu yang biasanya keluar dari ucapanku.
Di
saat seperti ini aku membutuhkan orang yang men-support motivasiku. Suamiku
kadang mengingatkan, ayo selesaikan tuh hanca disertasinya. Namun ya itu kalau
lagi malas, mager aku (meminjam bahasa anak bungsuku untuk menyatakan males
gerak). Sering juga kawan sekelasku menelpon. “Bab berapa sekarang? Kapan
ke kampus. Bimbingan bareng yuk. Minggu depan ya ketemu di kantin belakang.
Buku babonnya sudah ada berapa? Masih kurang enggak?” Banyak kawan saling
mengingatkan dan saling memberi support dengan ajakan-ajakan. Namun hanca
disertasi itu masih belum juga aku bisa selesaikan.
Sekarang
aku luruskan niat lagi untuk melanjutkan hanca menulis ini. Bismillahirrohmaanirrohim
Ya Allah bantu aku untuk segera dapat menyelesaikan hanca menulis disertasi ini.
Berikanlah kemudahan dalam melakukannya. Berikan kemampuan, ketajaman hati, dan
kelapangan pikiran dalam menuangkan ide-ide dan novelty yang bisa aku
persembahkan demi kemajuan pendidikan. Aamiin YRA.
#Kamis
Menulis
#edisi 14 Oktober 2021
Kamis, 07 Oktober 2021
Vaksin
Vaksin
ehasanah675@gmail.com
Apa yang ada di benak sahabat ketika mendengar kata vaksin? Perasaan apa yang timbul saat kita harus divaksin karena adanya pandemi? Jawabannya pasti beragam tergantung sudut pandang orang yang meresponnya. Untuk sebagian orang karena ingin bertahan dalam kondisi pandemi akan langsung menerima bahkan berusaha untuk bisa divaksin. Sementara untuk sebagian yang lain malah merasakan ketakutan yang luar biasa. Bahkan tidak sedikit juga ada yang apatis saja, merasa masa bodoh dengan apapun yang akan terjadi.
Saya memaknai vaksin di masa pandemi adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ini menunjukkan usaha untuk menjaga agar kita tetap bisa bertahan dan melindungi diri agar tidak terpapar virus corona yang mengganas. Selain itu juga sebagai satu peringatan dari yang maha berkehendak, bahwa kita sangat tak berdaya. Betapa kita tak memiliki kekuatan dan lemah. Hanya dengan makhluk tak terlihat, makhluk kasat, kita begitu kelimpungan.
Vaksin adalah bentuk usaha secara fisik, selain itu jangan lupa berdoa sebagai usaha bathin menghadapi pandemi ini. Mari kita baca Al-qur'an surat Al-Falaq ayat 1-5.
Mumpung masih ada waktu mari sejenak, kita baca tulisan yang saya ambil dari sebuah grup WA. Entah dari siapa yang mengirim pertama kali. Entah siapa yang menulis pertama kali, tidak bisa saya lacak karena telah beberapa kali diteruskan. Namun siapapun itu, tulisannya sangat bagus. Ini tulisannya.
*Berhati-hatilah * dalam *mengunakan waktu* yang *dititipkan oleh Allah*.
Kalau *Di Masa Lalu* Kita Belajar *Waktu* Adalah *Uang*,
*Mulai Saat Ini* Mari Kita Belajar ..!!!
*Waktu* Adalah *Nafas* ".
*Waktu* Adàlah *Ibadah*".
*Waktu Adalah Nafas* Yang Setelah Terlewat Tidak Akan Bisa Kembali.
*WAKTU Adalah Ibadah* Karena Setiap Detik Harus Bernilai Ibadah. Apa Pun Aktivitasnya.
*Manusia* Sesungguhnya Hanya *Pengendara Di Atas Punggung Usianya.*
Digulung Hari Demi Hari, Bulan Dan Tahun Tanpa Terasa.
*Nafas Kita Terus Berjalan* Seiring Jalannya Waktu, *Setia Menuntun* Kita *Ke Pintu Kematian.*
Sesungguhnya *Dunia*-Lah Yang Makin Kita *Jauhi* ...Dan
*Liang Kubur*-Lah Yang Makin Kita *Dekati*...
*1 Hari Berlalu*, Berarti *1 Hari* Pula *Berkurang Usia* Kita.
*Umur Kita Yang Tersisa* Di Hari Ini Sungguh *Tidak Ternilai Harganya*,
Sebab *Esok Hari Belum Tentu* Jadi Bagian Dari Diri Kita.
Karena Itu, *Jangan Biarkan* HARI INI Berlalu Tanpa KEBAIKAN Yang Bisa Kita LAKUKAN,
*JANGAN Tertipu* Dengan *USIA MUDA*, Karena *SYARAT* Untuk MATI Tidaklah Harus *TUA*.
*JANGAN Terperdaya* Dengan Badan *Sehat*, Karena *SYARAT MATI* Tidak Pula Harus *SAKIT*....
*Teruslah*
*Berbuat Baik…*
*Berkata Baik…*
*WALAU Tidak Banyak Orang* Yang *Mengenali Kebaikan Kita*, Tapi *KEBAIKAN* Yang Kita Lakukan Adalah *KEBAHAGIAAN* Dimana *Perbuatan BAIK* Kita *Akan Terus Dikenang* Oleh Mereka Yang Kelak Kita Tinggalkan.
Jadilah Seperti *AKAR Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Tetap *MENYOKONG KEHIDUPAN*...
Jadilah Seperti *JANTUNG Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Terus *BERDENYUT* Setiap Saat TANPA HENTI;
Hingga Membuat Kita *TERUS HIDUP*, Sampai *BATAS WAKTUNYA Untuk BERHENTI*...
Mari... Jadikan *Hari Ini Lebih Baik* Dari *Hari Kemarin*.dan *Hari Esok* Harus *Lebih Baik Dari Hari Ini*...
💞 "Jangan lupa untuk bahagia dan membahagiakan sesama ummat.❤️
Jumat, 24 September 2021
Cerita Anak
Berbakti kepada
kedua orang tua
E. Hasanah
Malam
ini Nenek menginap di rumah. Halima sangat senang karena dia bisa tidur bersamanya. Nenek pasti mendongeng dulu sebelum tidur.
"Nek,
tidurnya di kamar Ima ya. Ini Ima
bereskan tempat tidurnya. Bantal selimutnya juga sudah disiapkan Nek."
Kata Halima.
"Iya,
Nenek menginap juga karena kangen pada Ima lho.
Nonton TV dulu enggak, ada film kartun nih." Ujar Nenek.
"Enggak
Nek. Ima ingin mendengarkan dongeng Nenek saja." Pinta Halima.
"Iya,
Ayo ke kamar tidur." Ajak Nenek.
"Ima,
tadi di sekolah belajar apa?" Tanya Nenek sambil mengambil bantal dan
duduk di pinggir ranjang.
"Belajar
membaca Al-Qur'an Iqro 2. Kemudian menghapal doa kedua orang tua Nek. Kata Bu
guru kita harus menghormati ibu dan ayah, membantu, berbakti pada mereka, dan
selalu mendoakannya, Nek." Jawab Halima.
"Terus
Ima sudah hapal doanya? Coba Nenek ingin dengar." Sahut Nenek.
"Hapal
dong. Begini Nek, Bismillahirrohmaanirrohiim, Rabbigfirlii Waliwaalidayya
Warhamhumaa Kamaa Rabbayaanii Shagiiran.”
"Wah
Ima pintar sekali." Puji Nenek.
"Sekarang
Nenek mendongeng buat Ima ya!" Rengek Halima.
"Iya,
Nenek akan mendongeng tentang Malin Kundang. Anak yang tidak berbakti pada
orangtuanya. Tapi ngomong-ngomong Ima
sudah salat Isya belum?" Tanya Nenek.
"Belum,
Nek."
"Sekarang
wudhu dulu, salat Isya, baru Nenek kasih dongengnya ya." Nenek menyuruh
Halima sebelum mendongeng. ***
Permenpanrb no. 21 tahun 2024
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru. https://drive.google.com/file/d/1rd2qYU...
-
Resume ke-19 KOMITMEN MENULIS DI BLOG ehasanah675@gmail.com Bismillahirrohmanirrohiim Senin, 31 Mei 2021 pada pukul 19.00 WIB ma...
-
STAI Kharisma Cicurug Sukabumi Ujian Tengah Semester PAI semester 1 Tahun Akademik 2022-2023 Assalamualaikum Wr Wb Berdasarkan jadwal yang ...
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP E. Hasanah, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Agustus 1967 dari pasangan Bapak Adjar Djarkasih dan Umi Siti Ai...
-
#Februari 2021 AISEI’s Challenge #Feb.12.AISEI Writing Challenge SAYANG ITU MANUSIAWI Oleh: E. Hasanah Matahari belum ...
-
BERBUKA BUAH BERKUAH ehasanah675@gmail.com Menjawab tantangan #Kamis Menulis edisi tanggal 01 April 2021 dengan tema kata dari huruf B...