Sabtu, 20 Maret 2021

Cerita anak

 Semangat Belajar

ehasanah675@gmail.com


 “Mak hari ini rencana mau ke mana?” Tanya Pak Su sambil menyeruput kopi hitamnya.

“Enggak ke mana-mana, mau beres-beres rumah saja. Santai pak.” Jawab Emak.

“kita ke rumah Hasbi yuk. Kayaknya enak makan nasi liwet dibikin dadakan.” Ajaknya.

“Hayu kita bawa beras saja dari sini. Nanti ngambil lele dan metik lalaban saja di sana.” timpal Emak.

Setelah beres-beres rumah, mandi, Emak memakai baju. Seperti biasa kalau di rumah pakaiannya hanya kaos panjang, celana, dan kerudung berbahan kaos juga. Berangkatlah pak Su dan Emak kerumah anak ke-duanya Hasbi. Sesampainya di Ruko, toko perabotannya sudah buka tapi pintu besinya masih dikunci. Hasbi rupanya masih memberi pakan bebek dan ayamnya.

“Bi sudah makan belum?. Kita bikin liwet yuk.” Ajak Emak

“Belum Mak. Emak bikin saja liwetnya, Abi belum selesai ngasih makan ayam.” Kata Hasbi tanpa menoleh ke Emak.

Pak Su dan Emak masuk lewat pintu belakang dan langsung bikin liwet. Emak mencuci beras, kemudian dimasukkan rice cooker ditambahkan daun salam, cabe, bawang, dan bumbu. Sedangkan Pak Su mengambil lele yang dipeliharanya di ember. Daun singkong, daun pepaya, dan waluh kecil juga cabe rawit dipetiknya untuk lalaban.

Sambil menunggu masakan matang, Emak menyiangi tanaman di halaman. Tiba-tiba Hasbi menghampiri, “Mak anak-anak tuh pada datang. Manaan belum makan, lantai juga belum di-pel. Mak ngajar ya. Kasihan tuh mereka pada datang mau belajar.”

“Emangnya jam berapa biasa mulai belajarnya?. Abi saja yang ngajar biar yang pel lantai Emak.” Jawab Emak.

“Mulai belajarnya pukul 10 Mak tapi sekarang sudah pada datang padahal jam 9 juga belum. Mereka semangat belajarnya.”

“Ya biarkan saja mereka main dulu. Kita makan dulu. Dan biasakan tepat waktu biar mereka juga tahu dan bisa menghargai waktu.” Emak menasihati.

“Iya Mak… Tapi Emak yang ngajar ya. Mau ya Mak.” Rayunya.

“Emak ke sini tuh maunya istirahat Bi. Tapi gak apa-apa lah Mak yang ngajar”. Emak mengalah.

“Nah … begitu dong Mak. Emak baik dech. Kan Emak dapat pahala juga.” Sambil tersenyum Hasbi pergi.

Makan liwet terasa enak sekali. Alhamdulillah kami bersyukur Allah masih memberi kenikmatan luar biasa meskipun hanya makan seadanya.

Bergegas setelah makan, Emak beres-beres karena tak tega juga anak-anak sudah menunggu di ruangan.

Ada dua belas anak yang siap belajar. Berpakaian rapih walaupun tidak berseragam. Tercium wangi parfum juga.

“Hallo… Good Morning. Sekarang belajarnya oleh ibu ya. Aa Abinya ada perlu tuh. Gak apa-apa kan.” Sapa Emak.

Mereka nampak senang sekali. Emak juga senang dan larut bersama anak-anak dalam keceriaan mereka. Walaupun hanya belajar what, where, when, dan kalimat-kalimat sederhana, mereka sangat bersemangat dan antusias. Mereka belajar dengan penuh tawa. Tak terasa 2 jam terlewati. Mereka pulang dan Emak tersenyum. Teringat jawaban salah seorang anak tadi ketika ditanya mengapa ada yang pakai parfum padahal mereka masih bau kencur. “Kan bu kalau belum mandi dan masih ada yang bau, kata Aa Hasbi gak boleh ikut belajar. Aa Hasbi-nya juga tidak mau ngajarin Bahasa Inggris-nya”. Wallahhh….

Kamis, 18 Maret 2021

Blind Spot

 Tazkiroh

BLIND SPOT DALAM MENULIS

ehasanah675@gmail.com

sumber gambar dari Pinterest


Tahukah sahabat apa itu Blind Spot?

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia Blind Spot adalah titik buta. Biasanya kita menemukan istilah Blind Spot ini dalam berkendara, lebih tepatnya menunjukkan pada keamanan berkendara. Blind spot adalah area visibilitas atau bidang pandang yang tidak terlihat oleh pengendara karena ada beberapa faktor. Misalnya faktor kondisi lalu lintas, cuaca, lingkungan, atau bahkan faktor dimensi kendaraan, maupun muatan kabin yang terlalu penuh sehingga menghalangi pandangan pengendara.

Blind Spot adalah hal yang tidak bisa dilihat sendiri oleh mata kita dan kita membutuhkan bantuan orang lain untuk melihatnya.

Sahabat … dalam hidup ini tidak bisa dipungkiri sehebat apapun seseorang tetap membutuhkan orang lain untuk mengawal ataupun mengingatkan diri kita. Kita hebat karena ada orang-orang yang membantu kita melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Taruhlah seorang petinju hebat bernama Moh. Ali. Ia masih membutuhkan pelatih yang bukan karena pelatihnya lebih hebat tapi karena ia membutuhkan seseorang yang bisa melihat kelemahan dan hal-hal yang tidak dapat dilihatnya sendiri.

Begitu juga dalam menulis. Sehebat apapun seorang penulis, yang bukunya best seller dan buku-bukunya dicari banyak orang, ia tetap membutuhkan seorang editor.

Seorang editor yang jeli dan mampu menemukan kesalahan-kesalahan kecil dalam tulisan, baik berupa tanda baca, salah ketik, salah penggunaan kata, dan lainnya. Seorang editor akan membantu penulis menemukan kekurangan dan kesalahan yang luput dari penglihatannya.

Bagi seorang penulis atau apapun profesi seseorang, kita tetap membutuhkan orang lain untuk melihat blind spot. Kita butuh orang yang bisa menasihati, mengingatkan, dan menegur kita agar kita lebih baik dan lebih baik lagi. Begitu juga kita membutuhkan kerendahan hati untuk dapat menerima kritikan, nasehat, atau teguran dari orang lain.

Jadi ketika kita memantapkan diri untuk menjadi seorang penulis jangan lupakan peran seorang editor dalam menyempurnakan tulisan kita.

Biarkan seorang editor menjadi "MATA" kita, di area 'BLIND SPOT' tulisan kita. Dan kita bisa MELIHAT apa yang tidak BISA kita LIHAT dengan 'PANDANGAN' kita SENDIRI agar tulisan kita sempurna.

 

#Edisi Tazkiroh Jumat


Rabu, 17 Maret 2021

Jumantara_Opini

 JUMANTARA

ehasanah675@gmail.com


Tema Jumantara dalam tantangan #Kamis Menulis edisi 18 Maret 2021 ini membuat aku harus membuka kamus. Kata ini menarik dan nampaknya akan lebih berkesan kalau digunakan dalam diksi puisi. Oh ternyata arti kata jumantara itu awang-awang, langit, udara (sumber: https://kbbi.web.id/jumantara ). Adapun sinonimnya ada 14 kata. Wow… ini dia sinonimnya 1) Udara; 2) Angin; 3) Cuaca; 4) Hawa; 5) Angkasa; 6) Awang-Awang; 7) Bumantara; 8) Dirgantara; 9) Gegana; 10) Langit; 11) Tawang; 12) Atmosfer; 13) Keadaan; 14) Suasana.

Jumantara, awang-awang, atau langit adalah hal yang rasanya tinggi dan jauh ke depan. Teringat ketika masa kanak-kanak tentang cita-cita, pasti ditulis “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Setinggi langit menggambarkan hal yang jangkauannya jauh tapi bisa dicapai. Kami bertiga (aku dan 2 temanku) saat duduk di bangku Sekolah pernah berdebat gara-gara kalimat “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit” ini.

“Cita-citamu setinggi langit? Mau jadi apa kamu?” kata Desti.

“Aku akan jadi … pilot atau pramugara, biar bisa terbang di awang-awang”, jawab  Akhmad sambil seperti membayangkan sesuatu yang luar biasa.

“Kamu sendiri mau jadi apa Desti?”.

“Aku ingin jadi dokter seperti pamanku. Biar aku banyak uang”, sambil tersenyum Desti menimpali.

“Kalau kamu Hasanah mau jadi apa nanti?” pertanyaannya ditujukan kepadaku. Aku terdiam sejenak karena memang tidak tahu harus bilang apa. Takut semakin ditertawakan oleh mereka, akhirnya aku menjawab.

“Aku akan menjadi guru SD seperti ibu Euis yang baik hati”.

Benar saja teman-temanku menertawakan aku, sambil kelihatan melecehkan Desti berujar,

“Katanya cita-citanya setinggi langit, tapi hanya ingin jadi guru SD. Mau jadi Oemar Bakri ya?”. Selorohnya, karena waktu itu lagu “Oemar Bakri” lagi nge-hits.

“Nasibmu nanti tidak akan jauh seperti Umar Bakri loh”, Akhmad menambahkan.

“E-e-e jangan begitu. Ada beberapa orang di dunia ini yang saat meninggal nanti tidak ditangisi dan dikenang dengan kesedihan tapi ditangisi dan dikenang dengan senyum kebahagiaan.” Sanggahku.

Terkenang seorang guru yang mengatakan, “Tanyalah hati nuranimu sendiri, apa yang akan kamu buat dengan hidupmu sendiri?”.

Ahhh pertanyaan itu sampai sekarang belum bisa kujawab pasti. Hanya cita-cita setinggi langit sebagai seorang guru tetap berkobar. Aku ingin di saat ajalku tiba nanti, orang-orang di sekitarku menangis dan tersenyum bahagia, bukan menangis karena kesedihan. Namaku akan dikenang dan lebih panjang umurnya dari usia sebenarnya.

Caggg….

Kamis, 11 Maret 2021

Aku - Kamu - Dia

 AKU – KAMU – DIA

Ehasanah675@gmail.com

Hari ini Kamis, 11 Maret 2021 adalah tanggal merah sebagai hari besar keagamaan untuk memperingati hari Isro' Mi’raj nabi besar Muhammad SAW. Sebagai seorang muslim tentu aku memanfaatkan momen libur ini dengan bertafakur agar hikmah dari Isro’ Mi’raj ini ada yang berdampak terhadap aku. Banyak hikmah dibalik momen ini, hanya harapanku salah satunya aku bisa memperbaiki sholatku.

 
          Kembali ke tantangan #Kamis Menulis ya. Temanya aku kamu dan dia. Apay a?

Dulu ... dulu sekali hari Jumat, 11 Maret 1988 tanggal merah karena hari di tanggal ini hari supersemar. Tapi bagi aku ada momen yang tak akan dilupakan seumur hidup. Aku ingat betul tanggal merah di 11 maret ini.

Ya tepat 33 tahun yang lalu, aku dan dia berjanji di depan penghulu untuk sehidup semati seiya sekata. Tidak terbayang mau bagaimana hidup, mau makan dari mana, atau bahkan berkhayal mau punya anak berapa. Yang ada di benakku, aku *harus* patuh, taat, dan hormat kepada orangtua. Pernikahanku dengan dia adalah bentuk pengabdian dan ungkapan terimakasih aku dan dia kepada orangtua.

Suka duka, manis pahit, dan asam asinnya kehidupan aku nikmati bersama dia. Sampai aku dan dia berwujud *HALIMA* sekarang.

Ya ... aku adalah aku seorang istri yang mengabdi kepada dia suami tercinta. Aku yang sebenarnya perempuan lemah dan bergantung kepada dia. Tanpa dia mungkin aku tidak seperti sekarang ini. Waktuku banyak dihabiskan bersama dia.

Sekarang ada *kamu*. Waktuku kadang kuberikan untuk kamu. Ya kamu... kamu adalah sahabat-sahabat baik yang tak pernah bertatap wajah. Kamu adalah teman baru pengisi waktu lenggangku. Bersama kamu aku merasa asyik. Asyik dan menyenangkan karena kamu banyak memberi ilmu. Tak membedakan asal usul apalagi sara, kamu berbagi tanpa pamrih. Terimakasih untuk kamu sahabat-sahabat maya aku di lagerunal dan AISEI. Bersama kamu, aku bisa. Aku bisa ... menuliskan tentang aku, kamu, dan dia.

KamisMenulisgaknyambungdotkom

 

Selasa, 09 Maret 2021

Jawaban PR

 


 Teknologi – Kurikulum, Setuju Tidak?

Ehasanah675@gmail.com

Tantangan yang menarik dari Pak Jimmy dari kegiatan di komunitas AISEI adalah *menuliskan pendapat*. Kenapa menarik? Karena memotivasi kita selain untuk mengekspresikan ide dan gagasan tetapi juga bisa mengeluarkan unek-unek dari hasil pengamatan. Sebaiknya sich ada data yang mendukung pendapat kita. Tapi karena itu memerlukan waktu, jadi aku mencoba mengemukakan pendapat yang mungkin sipatnya pribadi. Intinya sich belajar nulis saja. Mohon maaf ya kalau kurang berkenan. Nah masalah yang dilontarkanya adalah dari pernyataan:

Kesatu; "Seiring meningkatnya ketergantungan manusia akan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan, kemampuan manusia berpikir untuk diri mereka sendiri semakin menurun".  Apakah setuju dengan pernyataan ini?.  Wah ini jawabannya relatif ya, tapi kalau harus memilih setuju atau tidak, aku lebih memilih jawaban setuju. Alasannya apa? Karena dengan adanya teknologi akan memudahkan kita mencari jawaban dari masalah yang kita hadapi. Contohnya ketika di jalan mobil yang kita gunakan tiba-tiba mogok. Sedangkan tidak ada bengkel atau montir di situ. Solusi pertama yang kita lakukan bagiku adalah buka handphone cari di google solusinya. Tidak banyak yang dipikirkan. Pola pemecahan masalah apapun dengan selalu bertanya kepada *google* ini lama-lama pasti akan menurunkan daya pikir kita lho. Kenapa mesti berpikir keras, jawabannya sudah ada di google kok. 

Kedua  "Sebuah bangsa harus mewajibkan semua muridnya untuk mempelajari kurikulum nasional yang sama sampai mereka masuk universitas" Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini?

Jawaban untuk pertanyaan ini juga tergantung kepada rincian dari kurikulumnya. Kalau kurikulum terkait kemampuan yang harus dikuasai seperti kemampuan inti bersikap dan dasar-dasar berhitung ya harus sama. Namun untuk menguasai kemampuan menguasai seni atau olahraga misalnya itu tidak harus sama. Karena kita hidup di negara yang beraneka ragam seni dan budayanya.

Minggu, 07 Maret 2021

CERITA ANAK

  

SULUNG PINTAR

ehasanah675@gmail.com

 

Hari ini kami bersama pergi untuk memenuhi janji menemui seseorang. Ada yang harus kami selesaikan. Sebetulnya janji bertemu itu minggu depan tapi karena sesuatu hal waktunya jadi berubah. Tempat bertemu di sebuah hotel di kota kabupaten. Lumayan jauh letaknya dari rumahku yang berada di desa. Tahu kami akan berangkat, Sulung cepat-cepat berdandan dan bersiap ikut serta. Seperti biasa si Sulung menawarkan jasa untuk pegang setir.

 Sebelum berangkat aku meminta semuanya makan dulu. Takut masuk angin dan menghemat juga biar di perjalanan tidak banyak jajan. Tapi Sulung berkata,"Mah makan di perjalanan saja, biar sekali-kali kuliner seperti orang lain." Katanya enteng. Aku hanya diam saja karena mungkin tidak ada menu yang menarik di atas meja. Aku tahu betul kalau berangkat ke manapun anak-anakku pasti meminta "makan" yang sekiranya menu makanannya yang berbeda dengan menu biasa di dapur.

Betul saja di tengah perjalanan, Sulung memberhentikan mobil di depan sebuah restauran yang terbilang wah untuk ukuran kantongku. Pikirku gak apa-apalah mencoba mencicipi menu makanan baru. Toh sekarang masih tanggal muda.

 Di kursi jati dengan meja bulat kekar, kami duduk melingkar. Seorang waiter menghampiri, "Ini menunya Bu, silahkan pesanannya ditulis di sini ya." Sambil memberikan daftar menu dan kertas pesanan beserta pulpennya.  Aku ambil, melihatnya sebentar, kemudian aku berikan kepada si Sulung. "Ni diisi Nak, Emak gak ngerti nama makanannya aneh-aneh dan di belakangnya tertera juga angka dengan diakhiri huruf K." Si Sulung menulis di secarik kertas itu dan memberikannya kembali ke seorang waiter.

 


Sambil menunggu makanan disajikan, Aku bertanya kepada Sulung. "Itu tadi pesan apa saja? Dan itu tadi K-K di belakang angka apa maksudnya?"

"Pokoknya makanan yang terenak Mak. Dan Mak gak usah lihat K-K-nya itu."

Makanan tiba dan kami makan bersama. Sulung kelihatan lahap menyantap makanannya tapi bagi aku sendiri makanannya kurang familiar di mulut.

Selesai makan aku ke cashier dan membayarnya. Agak kaget juga, ketika Cashier menyebutkan jumlah yang harus aku bayar. Tanpa berkomentar apapun, aku membayarnya.

Setelah duduk kembali di mobil untuk melanjutkan perjalanan, aku masih penasaran dan bertanya lagi kepada Sulung.

"Nak barusan Emak bayarnya gede lho. Mahal-mahal tuh makanannya. Untung saja Emak bawa uang cukup." Kataku.

"Sudahlah Mak sudah masuk di perut makanannya. Dan gak usah lagi diingat K-K tadi itu." Timpal Sulung.

"Oh ya K-K itu apa tuh?" Lanjutku.

"Itu harga makanannya Mak. Kalau lihat itu sebelum pesan makanan, pasti kita gak jadi makan di situ Mak." Pungkas Sulung.

Ahhh Sulungku memang pintar, berbaik hati menawarkan diri jadi sopir karena ingin makan tanpa melihat harga di menu.

 

Permenpanrb no. 21 tahun 2024

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru. https://drive.google.com/file/d/1rd2qYU...