Jumat, 04 Desember 2020

Review Jurnal

 

REVIEW JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL


JURNAL I

1.

Judul

Contributions of Madrasah Education Program to Counter Violent Extremism

2.

Jenis

Online at http://pubs.sciepub.com/education/8/7/1

American Journal of Educational Research,

Published by Science and Education Publishing

DOI:10.12691/education-8-7-1

3.

Volume Halaman

Vol. 8, No. 7, 450-456

4.

Tahun

2020

5.

Penulis

Alzad T. Sattar, Benjier H. Arriola

6.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian untuk menilai persepsi guru bahasa Arab (Asatidz) dan beberapa narasi Kepala Sekolah tentang kontribusi Program Pendidikan Madrasah (MEP) sebagai Counter Extrentent Extremism (CVE).

7.

Subjek Penelitian

313 Guru (Asatidz) di seluruh Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM/ Asatidz, Autonomous Region in Muslim Mindanao)

8.

Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif dengan metode campuran dilakukan dengan teknik observasi dan diskusi dalam FGD (Focus Grup Discussion).

9.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa persepsi Asatidz tentang kontribusi MEP (Madrasah Education Program) ke CVE (Counter Violent Extremism) secara signifikan berbeda dengan menurut kantor divisi dan etnis tetapi tidak signifikan pada gender dan pencapaian pendidikan tertinggi dari Asatidz. Faktor-faktor lain juga diidentifikasi oleh Asatidz dan bagaimana kontribusi terhadap CVE.

10.

Kelebihan

Penelitian menggunakan dua set instrumen yang dikembangkan untuk menjawab masalah penelitian. Pertama, Kuesioner Semi-Terstruktur untuk Diskusi Kelompok Fokus (FGD) dengan ALIVE koordinator dan Kepala Sekolah yang dipilih sesuai dengan tema berikut: menyelesaikan konflik; meminimalkan alienasi atau marginalisasi; menghapus atau meminimalkan diskriminasi; mempromosikan kepercayaan dan kepuasan; mengurangi kekerasan; dan ideologi yang tidak setuju. Kedua, Survei-Kuisioner yang dibuat berdasarkan studi Casey & Pottebaum untuk mengukur tingkat kontribusi MEP ke CVE melalui persepsi guru ALIVE yang menggunakan skala Likert Lima Titik mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

11.

Kekurangan

Hanya dua kali FGD dilakukan dengan melibatkan Koordinator dan Kepala Sekolah ALIVE yang dipilih dari berbagai divisi sekolah di ARMM. FGD pertama diikuti oleh 4 koordinator ALIVE dan 4 kepala sekolah yang dipilih dari Provinsi Pulau seperti Basilan, Sulu, dan Tawi-Tawi, sedangkan FGD kedua diikuti oleh 6 koordinator ALIVE dan 6 kepala sekolah terpilih dari daratan seperti Maguindanao dan Lanao del Sur.

12.

Kesimpulan

Intuisi negatif bahwa madrasah digunakan sebagai tempat berkembang biaknya organisasi-organisasi ekstremis yang kejam itu tidak berdasar, tetapi agak menentang gagasan-gagasan ini yang oleh para kepala sekolah percaya bahwa program ini memberikan kontribusi yang kuat untuk harmonisasi berbagai sektor dan afiliasi keagamaan di wilayah tersebut. Seperti yang dipersepsikan oleh Asatidz, mereka sangat percaya bahwa program pendidikan madrasah memberikan kontribusi sebagai kontra-ekstrimisme dengan kekerasan karena menyediakan tempat yang baik untuk anak-anak dan orang tua mereka dalam mempelajari konsepsi yang benar tentang ajaran agama dan nilai-nilai Islam yang mempromosikan koeksistensi dengan yang lain, kelompok etnis atau agama.

JURNAL II

                     JURNAL II

1.

Judul

IMPLEMENTASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS GADJAH MADA

2.

Jenis

Jurnal Online Nasional dan Internasional;

Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan;

p-ISSN: 2337-7895 e-ISSN: 2461-0550

Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jamp

3.

Volume Halaman

Volume 4, No 1, April 2016 (17-32)

4.

Tahun Penulis

2016

5.

Penulis

Ahmad Sulaiman, Udik Budi Wibowo

Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta

ahmad.ugm@gmail.com, yube2u@yahoo.com

6.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk menggambarkan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di Universitas Gadjah Mada.

7.

Subjek Penelitian

Kantor Jaminan Mutu Universitas Gadjah Mada (KJM UGM)

8.

Metode Penelitian

Pendekatan Kualitatif dengan metode studi kasus dan menggunakan Teknik pengumpulan data: observasi langsung, penelusuran dokumen dan arsip, serta wawancara

9.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kebijakan dan konsep SPMI berupa dokumen akademik dan dokumen mutu disusun oleh KJM UGM; (2) KJM UGM sebagai koordinator dalam merencanakan dan melaksanakan SPMI di seluruh universitas; (3) Implementasi SPMI dilaksanakan dengan penyusunan rancangan berupa Siklus SPMI; (4) Kendala yang dihadapi: komitmen pimpinan, jumlah tenaga auditor, kegiatan SPMI menjadi rutinitas; (5) Langkah yang ditempuh: menyediakan tenaga expert penjaminan mutu, pelatihan auditor, membangun semangat penjaminan mutu; (6) Evaluasi Implementasi SPMI dilaksanakan setiap tahun; (7) Pemanfaatan hasil implementasi SPMI: membangun budaya mutu, akreditasi dan sertifikasi nasional dan internasional; dan (8) Pengembangan implementasi SPMI mengacu pada manajemen mutu ISO dan standar BAN PT.

10.

Kelebihan

-          Melakukan langkah-langkah dalam menghadapi kendala: menyediakan tenaga yang expert di bidang penjaminan mutu, memprogram-kan pelatihan auditor baru dan refreshing auditor lama dilaksanakan intensif, mem-bangun semangat baik pimipinan universi-tas, fakultas, jurusan, dan program studi. Evaluasi Implementasi SPMI di UGM di-laksanakan setiap tahun, dengan meminta masukan dari para auditor, dari pimpinan fakultas dan prodi yang diaudit, dan pim-pinan universitas.

-          Memanfaatkan hasil implementasi SPMI di UGM secara internal untuk meningkatkan mutu pendidikan, menumbuhkan semangat bekerja lebih baik, membangkitkan kesadaran untuk membangun budaya mutu. Secara eksternal dimanfaatkan terkait dengan persiapan dalam mengha-dapi akreditasi nasional maupun interna-sional. Pengembangan implementasi SPMI di UGM mengacu pada Sistem Manajemen Mutu International Organization for Standardization (ISO), menerapkan standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) sebagai standar minimal pengelolaan program studi dan universitas.

11.

Kekurangan

-          Belum dilaksanakan kegiatan training dan refreshing yang dikemas dengan cara yang lebih interaktif seperti outbound, game ke-kompakan dan kedisiplinan untuk mem-bentuk tim yang solid dalam rangka im-plementasi SPMI yang efektif dan efisien.

-          Belum ada usaha mencetak tenaga penuh waktu dari tenaga kependidikan yang di-upgrade pengetahuan dan wawas-annya sesuai kompetensi yang dibutuhkan.

-          Belum ada kegiatan sosialisasi intensif melibatkan peran aktif seluruh sivitas aka-demika di berbagai kegiatan penjaminan mutu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di UGM.

12.

Kesimpulan

Konsep dan kebijakan SPMI di UGM diartikan sebagai suatu proses yang ber-kelanjutan peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan penetapan standar, pelak-sanaan, monitoring, evaluasi diri, audit mutu internal, sampai dengan benchmarking untuk menentukan standar baru, yang disebut sebagai siklus penjaminan mutu. Pengorganisasian SPMI di UGM dilaksana-kan oleh organisasi penjaminan mutu yang diberi nama Kantor Jaminan Mutu (KJM UGM) yang bertugas untuk merencanakan dan melaksanakan sistem penjaminan mu-tu secara menyeluruh. Implementasi SPMI di UGM dilaksanakan dengan penyusunan rancangan SPMI yang secara operasional disebut Siklus SPMI yang dilaksanakan mengikuti periode satu tahunan. Siklus SPMI terdiri atas tujuh langkah atau tahap, yaitu: penetapan standar, pelaksanaan, monitoring, evaluasi diri, audit mutu inter-nal, rumusan koreksi, dan peningkatan mutu untuk kepuasan stakehorders.

 

 

                                                            JURNAL III

 

1.

Judul

E-Learning During the Period of Pandemic (COVID-19) in the Kingdom of Saudi Arabia: An Empirical Study

2.

Jenis

Jurnal Online Nasional dan Internasional;

American Journal of Educational Research, 

online at http://pubs.sciepub.com/education/8/7/2 Published by Science and Education Publishing DOI:10.12691/education-8-7-2

3.

Volume Halaman

Vol. 8, No. 7, 457-464

4.

Tahun

2020

5.

Penulis

Mohammad Ziaul Hoq

6.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rencana untuk memulai dengan gagasan e-learning, dan membahas tentang kebutuhan dan rentangnya dalam pendidikan. Fokus tujuan khususnya tentang bagaimana e-learning dapat mengatasi gangguan di sektor pendidikan karena pandemi (COVID -19).

7.

Subjek Penelitian

Para guru Manajemen dan Teknologi Informasi (MIT) Departemen Jubail Industrial College (JIC) Kerajaan Arab Saudi (K.S.)

8.

Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data dari hasil survey pada bulan Maret hingga Mei, 2020.

9.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas guru berpendapat positif terhadap e-learning.

10.

Kelebihan

Dari tinjauan literatur kontemporer serta hasil survei secara jelas menentukan bahwa penting untuk memasukkan e-learning dalam sistem pendidikan. Di sisi lain, otoritas dan manajemen dapat menggunakan penelitian ini untuk mengatasi kendala pembelajaran dengan e-learning dan menawarkan metode yang lebih baik untuk menghasilkan suasana pembelajaran elektronik yang cocok. Dalam lembaga pendidikan, teknologi (mis. E-learning) digunakan sebagian besar untuk tujuan tambahan dan bukan untuk penggantian pengajaran dalam ruang kelas konvensional [3,65]. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa tanggung jawab penting para guru di lingkungan e-learning di Kerajaan Arab Saudi.

11.

Kekurangan

Pembahasan penelitian tentang penggunaan teknologi dalam pendidikan yang menyoroti terutama pada pendapat siswa dan bukan pada pandangan guru [53,54,57]. Di sisi lain, meskipun, e-learning diterima secara luas di lembaga-lembaga pendidikan di Arab Saudi, namun pemerintah harus melakukan pelatihan formal untuk para guru yang tidak nyaman dengan teknologi. Hal ini didukung oleh Hung, yang menyatakan bahwa bagi pengguna untuk menggunakan e-learning secara efisien mereka membutuhkan keterampilan, seperti kapasitas untuk mengenali materi untuk belajar, memilih dan menerapkan taktik belajar, mengamati kinerja individu, dan berhasil menerapkan keterampilan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

12.

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini menawarkan manajemen pandangan yang tepat dari para guru terhadap e-learning. Secara umum, para guru sangat positif tentang e-learning. Selain itu, penelitian ini dapat mendukung instruktur dalam menciptakan bahan berkualitas yang dapat meningkatkan kualitas e-learning.

Teknologi Informasi (TI) dapat mempercepat mencapai kehidupan belajar manusia dalam langkah baru, e-learning telah mengubah cara belajar peserta didik.

 

  

 JURNAL IV

 

1.

Judul

Should responsible management education become a priority? A qualitative study of academics in Egyptian public business schools

2.

Jenis

Jurnal internasional online  01 November 2019

https://doi.org/10.1016/j.ijme.2019.100326

journal homepage: www.elsevier.com/locate/ijme

3.

Volume Halaman

1472-8117/ © 2019 Elsevier Ltd.

4.

Tahun

2019

5.

Penulis

Mohamed Mousaa, Hiba K. Massoudb, Rami M. Ayoubib, Hala A. Abdelgaffarc

6.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menyelidiki mengapa (Responsible Management Education = RME) atau pendidikan manajemen yang bertanggung jawab harus menjadi kebutuhan di sekolah bisnis publik Mesir. Atau lebih tepatnya untuk menemukan jawaban untuk pertanyaan sejauh mana RME harus menjadi kebutuhan untuk sekolah bisnis publik Mesir.

7.

Subjek Penelitian

80 akademisi dari tiga universitas yang berfokus pada tiga sekolah bisnis negeri yang berlokasi di Mesir Hulu

8.

Metode Penelitian

Metode peneniltian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diambil penulis menggunakan stratified random sampling untuk mewawancai responden. Responden menjawab dalam bahasa Arab, bahasa ibu responden.

9.

Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis dari pengumpulan data yang dilakukan, penulis menemukan bahwa akademisi dalam penelitian ini sepenuhnya termotivasi untuk mempertimbangkan RME sebagai prioritas untuk agenda pengajaran dan penelitian mereka. Selain itu, beberapa dari mereka melangkah lebih jauh dan melihatnya sebagai landasan untuk membangun kembali legitimasi dan kualitas sekolah bisnis Mesir. Berdasarkan analisis wawancara yang dilakukan, penulis makalah ini telah menemukan tiga jenis motif berikut: lokal ekstrinsik, berbasis sekolah intrinsik, dan motif global ekstrinsik untuk mendorong penerapan RME di sekolah bisnis publik Mesir yang dipilih.

10.

Kelebihan

-          Memberikan kontribusi dengan mengisi kekosongan dalam manajemen perguruan tinggi, kepemimpinan yang bertanggung jawab, dan literatur keberlanjutan di mana studi empiris tentang RME (Responsible Management Education) dan praktik-praktik akademik yang bertanggung jawab dibatasi sejauh ini.

11.

Kekurangan

-          Kurangnya studi empiris yang dilakukan pada RME, terutama di negara-negara Timur Tengah.

-          Perlu menentukan tingkat kesiapan untuk evaluasi tingkat infrastruktur dan struktur informasi yang dimiliki sekolah bisnis.

-          Sekolah bisnis yang ditangani harus terlibat dalam wacana publik terbuka dengan berbagai pemangku kepentingan di sekitarnya seperti LSM, bank, Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, bisnis dan fakultas lain untuk mengidentifikasi berbagai kewajiban sosial yang diharapkan dipenuhi oleh sekolah bisnis dan sejenisnya.

-          Akademisi sendiri harus meninjau kembali kurikulum yang mereka ajarkan, penelitian yang mereka lakukan, dan konferensi yang mereka hadiri untuk mengetahui seberapa sukses mereka dapat mengadopsi RME.

12.

Kesimpulan

Penelitian ini telah membahas akademisi di tiga sekolah bisnis yang dipilih dengan tujuan menyelidiki sejauh mana RME harus dianggap sebagai prioritas untuk sekolah mereka. Berdasarkan analisis dari kelompok fokus yang dilakukan, penulis menemukan bahwa akademisi dalam penelitian ini sepenuhnya termotivasi untuk mempertimbangkan RME sebagai prioritas untuk agenda pengajaran dan penelitian mereka. Beberapa dari mereka menyakini dan melihat RME sebagai landasan untuk membangun kembali legitimasi dan kualitas sekolah bisnis Mesir. Berdasarkan analisis wawancara yang dilakukan, penulis ini telah menemukan tiga jenis motif berikut: lokal ekstrinsik, berbasis sekolah intrinsik, dan motif global ekstrinsik untuk mendorong penerapan RME di sekolah bisnis publik Mesir yang dipilih.

 

  

JURNAL V

 

1.

Judul

PENGARUH TERPAAN MEDIA TERHADAP REPUTASI LEMBAGA PEMERINTAH

2.

Jenis

Inter Script: Journal of Creative Communication

3.

Volume Halaman

Volume 1, No 1 November 2019.

4.

Tahun

2019

5.

Penulis

Tias Mustika dan Rosita Anggraini

6.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terpaan media mengenai pemberitaan kasus dugaan korupsi jual beli jabatan di Televisi terhadap reputasi Kementerian Agama pada warga Cipadu, Tangerang.

7.

Subjek Penelitian

Warga RT 05 Cipadu Tangerang yang berjumlah 684 jiwa dari 170 Kepala Keluarga utama dan 21 Kepala Keluarga.

8.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dengan analisis eksplanatif, yakni menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya atau menghubungkan sebab dan akibat antara dua variabel.

9.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan bahwa Ha yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel terpaan media mengenai pemberitaan kasus dugaan korupsi jual beli jabatan di Televisi terhadap reputasi Kementerian Agama pada warga Cipadu Tangerang diterima. Ho juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variabel terpaan media mengenai pemberitaan kasus dugaan korupsi jual beli jabatan terhadap reputasi Kementerian Agama pada warga Cipadu, Tangerang ditolak. Besarnya level interval koefisien pengaruh nya terletak pada wilayah yang rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa terpaan media terhadap reputasi Kementerian Agama memiliki pengaruh yang rendah.

10.

Kelebihan

Kekuatan pada media massa adalah mempengaruhi masyarakat. Masyarakat mendengar, melihat dan membaca pesan – pesan atau informasi dari media massa. Dari informasi yang disampaikan media massa mampu memberikan pengalaman bahkan perhatian masyarakat terhadap pesan yang disampaikan dari informasi tersebut. Disitulah secara langsung masyarakat terkena terpaan dari pesan yang disampaikan karena semua pesan – pesan yang ada dapat mempengaruhi masyarakat.

11.

Kekurangan

Penelitian mengenai reputasi membutuhkan waktu yang relatif panjang, namun bisa surut atau hancur dalam waktu

singkat atau seketika. Warren Buffet, mengemukakan idiom “Butuh 20 tahun untuk membangun reputasi dan hanya memerlukan lima menit saja untuk bisa hancur”.

Lama atau panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam membangun reputasi adalah karena ia dihasilkan atas kinerja (performance) yang tentu saja memerluka proses panjang. Selain itu, juga karena ia ditelaah berdasarkan perilaku, sepak terjang atau segala tindakan (behavior) yang dilakukannya yang tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat.

12.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa ada pengaruh terpaan media terhadap reputasi Kementerian Agama. Dengan penjelasan bahwa Ha yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel terpaan media mengenai pemberitaan kasus dugaan korupsi jual beli jabatan di televisi terhadap reputasi Kementerian Agama pada warga RT 05 Cipadu Tangerang diterima. Dengan demikian Ho juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variabel terpaan media mengenai pemberitaan kasus dugaan korupsi jual beli jabatan terhadap reputasi Kementerian Agama pada warga RT 05 Cipadu Tangerang ditolak.

 

 

Kamis, 03 Desember 2020

Media Sosial


MEDIA SOSIAL

Pada kamis ini tanggal 3 Desember 2020, Pak Brian Prasetyawan master blogger kami, memberikan tantangan untuk Kamis Menulis dengan tema media sosial. Temanya cukup menarik juga, apalagi beliau memberikan kebebasan bentuk tulisannya, mau berupa artikel, pantun, pentigraf, fiksi, atau lainnya yang disukai.

Menjawab tantangannya aku gak mau ketinggalan juga untuk mencoba memberikan opini tentang media social. Kenapa tertarik? Ya…. Karena kita mahluk yang bersosial.

Kita membutuhkan alat yang bisa digunakan untuk melakukan hubungan social dengan orang lain. Dengan media social ini kita bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan jejaring sosial, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Masih segar dalam ingatanku, waktu itu tahun 2007 aku belajar pertama kali membuat email, kemudian membuat akun facebook. Jangan ditanya bagaimana rasanya saat itu bisa berfacebookria dan berinteraksi dengan orang lain lewat media social ini. Masih jarang temanku yang main facebook. Teman-teman (dalam tanda kutip) yang berasal dari negara-negara lain mengirimiku pesan dan foto-foto, berbagi informasi tentang berbagai hal. Senang rasanya, bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari belahan dunia, dan yang terpenting bagiku adalah bisa mempraktekkan bahasa inggrisku dengan native speakers. Pokoknya tiada hari tanpa facebook….

Untuk berkomunikasi dengan anakku yang tinggal jauh di pondok pesantren juga, aku suruh anakku membuat akun facebook agar bisa chat di hari libur. Tidak lewat telpon atau sms, karena pada waktu itu kirim sms berbayar dihitung jumlah karakter huruf. Ada ekspresi yang dilontarkan teman anakku, katanya “Hasbi, ibumu itu seperti masih ABG dan kayak orang kota, padahal saat bertemu seperti guru yang keibuan”. Ahhh… aku hanya berpikir ekonomis dan logis saja ujarku menimpali curhat anakku.

Semakin lama facebook berkembang semakin cepat. Sekarang hampir semua temanku bisa dipastikan memiliki akun facebook. Namun aku mulai jarang buka facebook karena media social lain juga semakin banyak bermunculan. Aku mulai menggunakan Instagram, pathchat, two, dan messenger.

Sekarang…ah ha… aku merambah blog. Ada motivasi yang selalu ku ingat, Ketika kamu berkomitmen untuk menjadi guru, maka tetaplah menjadi murid yang mau untuk terus belajar dan belajar. Itu kata-kata yang menguatkanku agar merasa tidak malu untuk belajar apapun yang dianggap baik dan bermanfaat.

Kembali ke masalah media sosial… Ada manfaatnya enggak ya? Pertanyaan yang tidak perlu jawaban. Media social itu ibarat pisau, banyak manfaatnya kalau kita gunakan untuk hal-hal positif. Banyak juga madhorotnya kalau kita tidak bijak dalam menggunakannya.

Beberapa manfaat media social adalah sebagai media mencari informasi dan wawasan pengetahuan, sebagai media menggali kreatifitas, sebagai media mencari hiburan, dan tentu manfaat utama adalah untuk berinteraksi dengan orang lain.

Tiada hari rasanya tanpa melihat berita-berita terkini pada media sosial yang membantu kita mendapatkan banyak informasi dan dapat menjadi sumber pengetahuan.

Media social juga menjadi sarana menggali kreatifitas kita. Katakanlah di youtube, betapa banyak tayangan-tayangan yang membuat kita termotivasi untuk melakukan kreativitas-kreativitas baru yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Selain di youtube juga kita bisa mencari hiburan.

Manfaat media social yang sangat dirasakan adalah sebagai sarana untuk ajang berinteraksi social. Komunikasi sesama orang sangat efektif juga melalui media ini.

Selain ada manfaatnya media social ini, tentu ada juga madhorotnya, misalnya kebanyakan nonton youtube sampai gak bisa tidur, mengurangi tatap muka, membandingkan diri kita dengan orang lain, cyberbullying, bahkan yang sering upload-upload sampai gila likes. 

Selasa, 01 Desember 2020

Pemudaku

 

Pemudaku

Empat hari lalu pokjawas mengadakan kegiatan rihlah dan perpisahan rekan yang pensiun dan mutasi kerja. Kegiatan dilakukan di area wisata ciater.  Karena lokasi kegiatan jauh dari rumah dan perjalanan cukup menyita waktu, maka keberangkatan disepakati jam 3.00 sebelum subuh.

Sesuai rencana pada hari kamis itu, aku bangun terus mandi di pukul 2.00 wib. Waktu yang biasanya sedang enak-enaknya tidur lelap. Demi kebersamaan dan suksesnya kegiatan, aku rela berdingin-dingin untuk mandi dan keluar rumah  di dinihari itu.

Berangkatlah aku dari rumah diantar pemudaku si sulung yang selalu siap jam berapapun menemani mamahnya. Karena ada rekan yang rumahnya di sebelah barat dan rela mobilnya ditumpangi, akhirnya di jam 2.30 wib itu pemudaku menemaniku menunggu mobil tebengan. Cukup lama juga menunggu, hampir setengah jam lebih. Badan terasa dingin, angin malam terasa menusuk kulit, pikirku pasti aku masuk angin nih. Jaket yang ku pakai rasanya tidak cukup melindungi tubuhku.

Pemudaku berujar banyak, "mah nunggunya di dalam mobil saja, mah telpon temannya masih jauh enggak?, mah kalau lama gak usah nunggu teman mamah, biar saya anter saja ke tempat berkumpulnya. Mah cari bubur ya?, mah jangan lupa sarapan, mah kenapa gak bawa bekal", dan lainnya. Aku tahu dia sangat khawatir dengan kesehatan mamahnya.

Setelah sekitar 40 menit mobil tumpangan yang ku tunggu tiba. Sudah ada 4 orang rekan di mobil itu. Berangkatlah kami menuju tempat berkumpul dan bis yang telah disediakan panitia telah menunggu kedatangan kami.

Waktu begitu cepat berlalu, kesepakatan untuk berangkat jam 3.30 dengan bis ternyata molor. Akhirnya berangkat dari titik kumpul setelah salat subuh bersama. Tapi menurutku itu lebih baik, karena bis tidak usah berhenti di tengah perjalanan.

Seluruh kegiatan di wisata ciater dan floating market lembang berjalan sesuai rencana. Kami semua happy and enjoy. Aku juga menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan pengawas. Ada hal yang membuat aku lebih berbahagia yakni bisa bertemu dengan sahabat yang mutasi ke instansi balitbang pusat. Saat bersama  Dr. H. Mulyawan  itulah biasa aku merasa punya sahabat yang benar-benar sahabat sejati karena bersama beliau bisa share wawasan keilmuan. Usianya 10 tahun lebih muda dariku tapi ilmunya 2 oktap lebih tinggi.

Singkat cerita kegiatan selesai sehari penuh. Aku pulang dijemput pemudaku di tempat tadi dia mengantarku.  Tiba di rumah jam menunjukkan pukul 01.35. Karna rasa lelah yang teramat sangat, dan kasur menjadi tempat yang paling nyaman, terlelaplah aku sampai suara adzan subuh membangunkanku.

Kesibukan pagi dari mulai bersih-bersih tempat tidur, memanaskan air, sampai memasak biasanya aku lakukan sendiri bersama si akangku. Tapi pagi ini badanku tidak kuat, pegal, lemas, dan rasanya tidak ada tenaga.

Beruntung pemudaku selalu sigap membantu. Dia kerjakan rutinitas pagi itu sambil mulutnya berceloteh, mamah tuh harusnya menjaga badan, jangan telat makan, gak usah ikut kegiatan yang gak penting, dan sebagainya. Aku terdiam merasakan badan yang kecapean dan masuk angin yang menusuk.

Sekarang sudah 4 hari aku di rumah merasakan lemasnya badan. Dokter menyarankan untuk cukup makan, beristirahat dan diam di rumah jangan ke mana-mana. Pemudaku dengan telatennya melayani dan merawatku.

Sujud syukurku dipanjatkan kepada Allah swt diberi anak-anak sholeh. Ya Allah aku mencintai pemudaku, berilah dia pendamping hidupnya yang sama seperti aku mencintainya. Doaku untuknya

 

Cag ah

 

Kajian Standarisasi dan Profesionalisasi Pendidikan.

 

Mutu Pendidikan

Konsep komprehensif yang berhubungan dengan kajian mata kuliah standarisasi dan profesionalisasi pendidikan, bahasannya sangat luas. Sebagai salah satu contoh kajian saya mencoba membahas tentang mutu Pendidikan. Kenapa saya ambil tema mutu Pendidikan? Karena ini merupakan tuntutan perkembangan dan perubahan. Suatu perubahan menuntut peran para agen pembaharuan (the agent of change) dalam memunculkan ide-ide pembaharuan serta mengelola perubahan.

Dalam dunia pendidikan, sedikitnya ada tiga faktor penentu kualitas atau mutu pendidikan, yaitu: (a) personal (pendidik), (b) program (kurikulum) dan (c) institusi (pimpinan).

Sosok agen perubahan secara internal dalam lembaga pendidikan dimaksud adalah adanya sosok pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya secara efektif, yaitu kepemimpinan yang mampu memenej segenap sumber daya di lembaga yang dipimpinnya ke arah visi dan misi yang diharapkan. Terutama sumber daya manusia yaitu pendidik dan tenaga kependidikan yang disinyalir sarat dengan berbagai persoalan, diantaranya persoalan kualifikasi, pembinaan dan pengembangan keprofesionalan, serta kinerjanya yang sangat membutuhkan perhatian, arahan dan bimbingan yang intensif dan berkelanjutan sehingga betul-betul mampu menjalankan segenap tugas, fungsi dan tanggung jawabnya secara profesional, selaras dengan tuntutan standar pendidik dan tenaga pendidikan yang dipersyaratkan.

Realitas dilapangan, faktor yang sering disorot dan diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kebijakan adalah melakukan perubahan dari segi programnya (perubahan kurikulum) tanpa dibarengi dengan upaya yang selaras dan seimbang dengan upaya membenahi personalnya (tenaga pendidik dan kependidikan), demikian juga halnya dengan manajemen dan pengelolaan pendidikan (oleh pimpinan terhadap institusinya).

Suatu Lembaga Pendidikan dikatakan telah bermutu yakni apabila telah memenuhi indikator dari sebuah kualitas atau mutu, antara lain: Pertama, kesesuaian untuk pemakaian, Kedua, kesesuaian dengan standart yang telah di tetapkan, ketiga, kesesuaian dengan kebutuhan pasar, keempat, kepuasan pelanggan, dan kelima, kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Pendidik atau Guru merupkan sentral dari upaya peningkatan mutu pendidikan, karena itu setiap upaya untuk membenahi pendidikan akan dan harus memelihara penataan terhadap guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada prinsipnya ada tiga isu dominan tentang guru yang banyak  menjadi sorotan, yaitu “mutu guru yang berkaitan dengan pendidikan prajabatan dan seleksi, insentif yang diperolehnya, dan penyebaran guru yang tidak merata. Tantangan dan strategi ke depan adalah bagaimana meningkatkan mutu guru (baik melalui pendidikan prajabatan maupun melalui pendidikan dalam jabatan), membuat mereka lebih terlatih, tingkat kesejahteraan atau insentif guru lebih baik, sehingga membuat profesi keguruan lebih menarik dan kompetitif sejalan dengan tuntutan tugasnya, dan penyebaran guru lebih merata (Jamil Suprihatiningrum, 2013; 106)

Dalam peraturan perundang-undangan yaitu PP No. 19 tahun 2005. Ada beberapa istilah dan penjelasan penting yang dapat disarikan tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan yakni sebagai berikut: Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa: “Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Artinya standar itu meliputi sejumlah kriteria yang harus dipenuhi sebelum dan setelah menjalani jabatan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.

Secara garis besar ada dua kualifikasi yang dipersyaratkan, yaitu kualifikasi akademik dan non akademik. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 bahwa pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  Kualifikasi akademik yang dimaksudkan adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dan tenaga kependidikan yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Kemudian bagi seseorang yang tidak memiliki ijazah atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

Dalam kegiatan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, paling tidak mencakup empat hal, yakni; perencanaan, pengorganisasia, penggerakan dan pengawasan.

Penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengemban tugasnya untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas sumberdayanya harus memperhatikan berbagai komponen dan strategi, sebagaimana model yang di rumuskan oleh Edward Deming dalam Nasution yang menganjurkan penggunaan SPC (Statistical Prosess Control) agar lembaga pendidikan dapat membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Deming berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan organisasi. Salah satu metode peningkatan mutu yang diciptakan deming adalah Deming Cycle. Deming Cycle dikembangkan untuk menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua bagian dalam Institusi (riset, desain, operasi, dan pemasaran) secara terpadu dan bersinergi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang terdiri dari empat komponen secara berurutan. Substansi utama sistem penjaminan mutu pada proses penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan siklus PDCA, yakni perencanaan (plan), Pelaksanaan (Do), Evaluasi (Check), dan Tindakan (Act) yang selalu berkesinambungan, seperti pada skema berikut:

Siklus PDCA


Penjelasan dari setiap siklus PDCA tersebut adalah sebagai berikut:

1.    Mengembangkan rencana perbaikan (plan)

Rencana perbaikan disusun menurut prinsip 5W (what, why, who, when, where) dan 1H (how) yang dibuat secara jelas dan terinci, serta menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai.

2.  Melaksanakan rencana (do)

Rencana yang disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat dicapai.

3.  Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study)

Ini merujuk pada penetapan apakah pelaksanaanya berada pada jalur yang ditetapkan, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau perlengkapan yang dapat digunakan dalam memeriksa adalah diagram pareto, histogram, dan diagram control.

4.  Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action)

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, didasarkan pada hasil analisis. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya  masalah yang sama.

Siklus Deming di atas diyakini sebagai model perbaikan berkesinambungan yang terdiri dari empat komponen secara berurutan. Substansi utama sistem penjaminan mutu pada proses penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan siklus PDCA, yakni perencanaan (plan), Pelaksanaan (Do), Evaluasi (Check), Tindakan (Act) yang selalu berkesinambungan.

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...