Rabu, 13 Oktober 2021

#Kamis Menulis_Hanca

 HANCA

ehasanah675@gmail.com


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi elektronik, kata hanca bermakna pekerjaan yang tertunda (n), melanjutkan pekerjaan yang tertunda (v). Sebagai orang yang asli suku Sunda, tentu kata ini tidak asing lagi di telinga, karena ini bahasa sehari-hari yang sering didengar. Contoh penggunaan kata hanca dalam kalimat, “Aku akan melanjutkan hanca membuat artikel itu nanti sore.” Kata hanca ada di posisi objek dalam kalimat itu. “Sekarang aku hanca lagi tulisan tentang pendidikan inklusi yang tertunda kemarin.” Nah dalam kalimat ini, kata hanca sebagai predikat atau kata kerja.

Hanca pekerjaan yang harus diselesaikan setiap orang mungkin beragam ya. Nah untuk aku sendiri ada hanca yang harus segera aku selesaikan. Hanca itu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah wajib sebagai persyaratan bisa meraih gelar dalam pendidikan. Hanca ini agak susah juga diselesaikan, bukan berarti tidak bisa. Namun untuk menyelesaikannya memerlukan pikiran, waktu, tenaga, dan ektra keinginan atau kemauan. Akuberpendapat siapapun bisa menyelesaikan hanca tulisan karya ilmiahnya, tetapi tantangan yang dihadapi kadang membuat aku frustasi dan patah semangat. Banyak faktor sebenarnya yang menghalangi untuk melanjutkan hanca karya tulis ilmiahku ini. Salah satunya adalah karena ada kesibukan yang berkaitan dengan pekerjaan pokok sebagai abdi negara atau pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Mengapa mengerjakan hanca menulis tugas akhir pendidikanku ini terbengkalai? Dari beberapa alasannya adalah rasa malas menulis dan kurangnya semangat atau motivasi untuk menyelesaikannya. Kalimat besok aku melanjutkan hanca disertasinya tapi kok ya malas melakukanya. Besok lagi saja. Lusa saja. Masih ada waktu untuk mengerjakannya. Ya nanti akuselesaikan segera. Kalimat-kalimat itu yang biasanya keluar dari ucapanku.

Di saat seperti ini aku membutuhkan orang yang men-support motivasiku. Suamiku kadang mengingatkan, ayo selesaikan tuh hanca disertasinya. Namun ya itu kalau lagi malas, mager aku (meminjam bahasa anak bungsuku untuk menyatakan males gerak). Sering juga kawan sekelasku menelpon. “Bab berapa sekarang? Kapan ke kampus. Bimbingan bareng yuk. Minggu depan ya ketemu di kantin belakang. Buku babonnya sudah ada berapa? Masih kurang enggak?” Banyak kawan saling mengingatkan dan saling memberi support dengan ajakan-ajakan. Namun hanca disertasi itu masih belum juga aku bisa selesaikan.

Sekarang aku luruskan niat lagi untuk melanjutkan hanca menulis ini. Bismillahirrohmaanirrohim Ya Allah bantu aku untuk segera dapat menyelesaikan hanca menulis disertasi ini. Berikanlah kemudahan dalam melakukannya. Berikan kemampuan, ketajaman hati, dan kelapangan pikiran dalam menuangkan ide-ide dan novelty yang bisa aku persembahkan demi kemajuan pendidikan. Aamiin YRA.

 

#Kamis Menulis

#edisi 14 Oktober 2021


Kamis, 07 Oktober 2021

Vaksin

Vaksin

ehasanah675@gmail.com

Apa yang ada di benak sahabat ketika mendengar kata vaksin?  Perasaan apa yang timbul saat kita harus divaksin karena adanya pandemi?  Jawabannya pasti beragam tergantung sudut pandang orang yang meresponnya. Untuk sebagian orang karena ingin bertahan dalam kondisi pandemi akan langsung menerima bahkan berusaha untuk bisa divaksin. Sementara untuk sebagian yang lain malah merasakan ketakutan yang luar biasa. Bahkan tidak sedikit juga ada yang apatis saja, merasa masa bodoh dengan apapun yang akan terjadi.

Saya memaknai vaksin di masa pandemi adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ini menunjukkan usaha untuk menjaga agar kita tetap bisa bertahan dan melindungi diri agar tidak terpapar virus corona yang mengganas. Selain itu juga sebagai satu peringatan dari yang maha berkehendak, bahwa kita sangat tak berdaya. Betapa kita tak memiliki kekuatan dan lemah. Hanya dengan makhluk tak terlihat, makhluk kasat, kita begitu kelimpungan.

Vaksin adalah bentuk usaha secara fisik, selain itu jangan lupa berdoa sebagai usaha bathin menghadapi pandemi ini. Mari kita baca Al-qur'an surat Al-Falaq ayat 1-5.

Mumpung masih ada waktu mari sejenak, kita baca tulisan yang saya ambil dari sebuah grup WA. Entah dari siapa yang mengirim pertama kali. Entah siapa yang menulis pertama kali, tidak bisa saya lacak karena telah beberapa kali diteruskan. Namun siapapun itu, tulisannya sangat bagus. Ini tulisannya.

*Berhati-hatilah * dalam *mengunakan waktu* yang *dititipkan oleh Allah*.

 Kalau *Di Masa Lalu* Kita Belajar *Waktu* Adalah *Uang*, 

 *Mulai Saat Ini* Mari Kita  Belajar ..!!!

 *Waktu*  Adalah  *Nafas* ".

 *Waktu*  Adàlah *Ibadah*".

 *Waktu Adalah Nafas* Yang Setelah Terlewat Tidak Akan Bisa Kembali.

 *WAKTU Adalah Ibadah* Karena  Setiap Detik Harus Bernilai Ibadah. Apa Pun Aktivitasnya.

 *Manusia* Sesungguhnya Hanya *Pengendara Di Atas Punggung Usianya.* 

 Digulung Hari Demi Hari, Bulan Dan Tahun Tanpa Terasa.

 *Nafas Kita Terus Berjalan* Seiring Jalannya Waktu, *Setia Menuntun* Kita *Ke Pintu Kematian.*

 Sesungguhnya *Dunia*-Lah Yang Makin Kita *Jauhi* ...Dan

 *Liang Kubur*-Lah Yang Makin Kita *Dekati*...

 *1 Hari Berlalu*, Berarti *1 Hari* Pula *Berkurang Usia* Kita.

 *Umur Kita Yang Tersisa* Di Hari Ini Sungguh *Tidak Ternilai Harganya*, 

Sebab *Esok Hari Belum Tentu* Jadi Bagian Dari Diri Kita.

 Karena Itu, *Jangan Biarkan* HARI INI  Berlalu Tanpa KEBAIKAN Yang Bisa Kita LAKUKAN,

*JANGAN Tertipu* Dengan *USIA MUDA*, Karena *SYARAT* Untuk MATI Tidaklah Harus *TUA*.

 *JANGAN Terperdaya* Dengan Badan *Sehat*, Karena *SYARAT  MATI* Tidak Pula Harus *SAKIT*....

 *Teruslah*

 *Berbuat Baik…*

 *Berkata Baik…*

 *WALAU Tidak Banyak Orang* Yang *Mengenali Kebaikan Kita*, Tapi *KEBAIKAN* Yang Kita Lakukan Adalah *KEBAHAGIAAN* Dimana *Perbuatan BAIK* Kita *Akan Terus Dikenang* Oleh Mereka Yang Kelak Kita Tinggalkan.

Jadilah Seperti *AKAR Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Tetap *MENYOKONG KEHIDUPAN*...

 Jadilah Seperti *JANTUNG Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Terus *BERDENYUT* Setiap Saat TANPA HENTI; 

 Hingga Membuat Kita *TERUS HIDUP*, Sampai *BATAS WAKTUNYA Untuk BERHENTI*...

 Mari... Jadikan *Hari Ini Lebih Baik* Dari *Hari Kemarin*.dan *Hari Esok* Harus *Lebih Baik Dari Hari Ini*...

💞 "Jangan lupa untuk bahagia dan membahagiakan sesama ummat.❤️

Jumat, 24 September 2021

Cerita Anak

 

Taken from Pinterest

Berbakti kepada kedua orang tua

E. Hasanah

 

Malam ini Nenek menginap di rumah. Halima sangat senang karena dia bisa tidur bersamanya. Nenek pasti mendongeng dulu sebelum tidur. 

"Nek, tidurnya di kamar Ima ya.  Ini Ima bereskan tempat tidurnya. Bantal selimutnya juga sudah disiapkan Nek." Kata Halima.

"Iya, Nenek menginap juga karena kangen pada Ima lho.  Nonton TV dulu enggak, ada film kartun nih." Ujar Nenek.

"Enggak Nek. Ima ingin mendengarkan dongeng Nenek saja." Pinta Halima.

"Iya, Ayo ke kamar tidur." Ajak Nenek.

"Ima, tadi di sekolah belajar apa?" Tanya Nenek sambil mengambil bantal dan duduk di pinggir ranjang.

"Belajar membaca Al-Qur'an Iqro 2. Kemudian menghapal doa kedua orang tua Nek. Kata Bu guru kita harus menghormati ibu dan ayah, membantu, berbakti pada mereka, dan selalu mendoakannya, Nek." Jawab Halima.

"Terus Ima sudah hapal doanya? Coba Nenek ingin dengar." Sahut Nenek.

"Hapal dong. Begini Nek, Bismillahirrohmaanirrohiim, Rabbigfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayaanii Shagiiran.

"Wah Ima pintar sekali." Puji Nenek.

"Sekarang Nenek mendongeng buat Ima ya!" Rengek Halima.

"Iya, Nenek akan mendongeng tentang Malin Kundang. Anak yang tidak berbakti pada orangtuanya.  Tapi ngomong-ngomong Ima sudah salat Isya belum?" Tanya Nenek.

"Belum, Nek."

"Sekarang wudhu dulu, salat Isya, baru Nenek kasih dongengnya ya." Nenek menyuruh Halima sebelum mendongeng. ***

Kamis, 23 September 2021

Cerita Anak_Buah Sirsak

 

E. Hasanah

Siang ini cuaca panas sekali. Halima dan Hasna sedang main rumah-rumahan di depan rumah. Tiba-tiba Tante Sarah datang membawa tentengan.

“Hallo… Sedang apa kalian? Main rumah-rumahan ya.” sapa Tante Sarah sambil menghampiri Halima dan Hasna.

“Iya. Itu bawa apa Tante di kresek?” tanya Halima.

“Ini Tante bawakan buah sirsak. Ibu Ima ada gak? Kita bikin jus sirsak yuk, pasti enak dan segar karena hari sedang panas begini.” Sahut Tante Sarah.

“Asyik … Ayo Tante. Hasna tinggalkan dulu mainannya, kita bikin jus sirsak dulu sama Tante Sarah.” Kata Halima sambil mengajak Hasna.

“Bu … Ini ada Tante Sarah membawa sirsak. Dibikin jus ya.” Teriak Halima memanggil Ibu. Ibu Halima keluar rumah dan mempersilahkan Tante Sarah dan mengajak Hasna masuk. Kemudian mereka membuat jus buah sirsak bersama-sama. Ibu mengambil blender, gula, dan lainnya. Tante Sarah mengupas buah sirsaknya. Halima dan Hasna memperhatikan Tante Sarah.

“Tante, apa ya manfaat makan buah sirsak?” celetuk Hasna yang dari tadi memperhatikan Tante Sarah mengupas Sirsak.

“Manfaatnya ya? Ini buah sirsaknya sudah matang. Rasanya pasti manis agak asam menyegarkan.  Selain untuk menghilangkan haus jika minum jus sirsaknya, manfaat lainnya banyak. Kan sirsak mengandung vitamin D, kalium, karbohidrat, serat, dan kandungan nutrisi lainnya. Jadi manfaat untuk tubuh kita juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Melancarkan pencernaan, meredakan peradangan, dan Kesehatan kulit juga itu bagus. Kalau Hasna banyak kutu rambutnya juga bisa diobati dengan daun sirsaknya.” Tante Sarah menjelaskan panjang lebar.

Setelah buah sirsaknya selesai dibuat jus, mereka meminumnya bersama. ***

Senin, 20 September 2021

Belajar Menulis saat pandemi

 BELAJAR MENULIS SAAT PANDEMI

E. Hasanah

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghobun; 11)

 

Pandemi covid-19 telah menimpa kehidupan manusia hampir di seluruh dunia. Banyak menelan korban bahkan sampai jutaan orang. Kejadian luar biasa dari tahun 2019 ini, masih terasa dampaknya. Dampak ini dirasakan dalam berbagai bidang. Bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lainnya mengalami kerugian dan penurunan. Dampak dari pandemi ini juga mengakibatkan meningkatnya rasa ketakutan, keletihan, kehawatiran dan kesedihan, karena banyaknya korban yang terpapar.

Pelajaran berharga bisa diambil bagi mereka yang pintar memaknai setiap peristiwa musibah yang menimpanya. Begitu juga kita menghadapi adanya pandemi covid-19 ini. Ada dampak yang bersipat negatif, tentu ada juga dampak yang bersipat positif. Kita memaknainya dari sudut pandang dan pendapat beragam. Bagi orang yang beriman dan meyakini adanya Allah Swt, sesuai dengan ayat Al-Qur’an di atas, dengan adanya musibah pandemi ini pasti akan menyadarkan dirinya. Allah Swt menimpakan musibah atas ijin dan kekuasaannya. Allah Swt mengetahui segala sesuatu dan ini akan menyadarkan orang-orang beriman betapa lemah dan tak berdayanya manusia.

Dampak negatif dari pandemi ini salah satunya adalah adanya kecemasan masyarakat yang tinggi sehingga memperparah kondisinya. Orang yang memiliki penyakit komorbid akan semakin beresiko jika terinfeksi covid-19 ini. Sementara di sisi lain dampak positif yang bisa diambil dari pandemi covid-19 ini adalah salah satunya merubah gaya hidup dan kebiasaan, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan berupa perilaku yang lebih baik karena adanya ketakutan tertularnya covid -19.

Perilaku hidup sehat lebih diperhatikan. Menjaga Kesehatan pribadi dan orang lain, rajin cuci tangan, jaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain, menutup mulut dengan memakai masker, adalah perilaku yang harus dibiasakan demi mencegah tertularnya covid-19 ini. Disiplin dalam menjalankan perilaku hidup sehat ini adalah bentuk usaha atau ikhtiar kita dalam menghadapi pandemi covid-19 ini.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, penulis sangat merasakan dampak dan perubahan perilaku ini. Kebijakan pemerintah untuk mencegah meluasnya pandemi dan menjaga peserta didik terpapar covid dengan belajar melalui sistem daring (dalam jaringan). Ini menimbulkan konsekuensi yang beragam dan bahkan menimbulkan masalah baru. Dari mulai perilaku insan pendidik yang gamang menghadapi perubahan, sampai ketidaktentuan memutuskan apa yang terbaik dilakukan. Guru dituntut untuk cepat belajar dan beradaptasi dengan kebijakan belajar mengajar melalui kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Guru dipaksa untuk memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Guru mengajar peserta didik yang berjumlah puluhan siswa hanya dengan melalui media sosial. Walaupun untuk materi pembelajaran tidak terlalu susah untuk disampaikan karena adanya bantuan teknologi. Namun untuk mendidik sikap sosial spiritual peserta didik sangat berat ditanamkannya.

Ada hikmah di balik pandemi bagi guru-guru atau siapapun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hikmahnya itu adalah pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Platform untuk melaksanakan proses pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, google meet, bahkan grup WhatsApp dan SMS menjadi fitur yang digunakan untuk memudahkan belajar system daring.

Munculnya kegiatan webinar bagaikan jamur di musim hujan. Ini menimbulkan kreativitas tanpa batas bagi mereka yang pintar memanfaatkannya. Banyak ilmu dan wawasan pengetahuan di-share dalam webinar ini. Dari materi pokok yang akan diajarkan kepada peserta didik sampai teknis dan metode mengajarkannya. Hal ini bagus juga karena guru bisa mengajar efektif dan lebih menarik. Peserta didik juga tidak bosan jika materi pokok pelajaran disajikan dalam bentuk video misalnya.

Proses pembelajaran juga secara langsung bisa diawasi oleh orangtua peserta didik. Bahkan orangtua juga dituntut untuk dapat berkolaborasi atau bekerja sama untuk membantu anaknya belajar. Kerja sama guru, orang tua, dan peserta didik itu sendiri memunculkan cara-cara yang inovatif agar proses pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efesien. Keterlibatan orangtua langsung dalam proses pembelajaran juga dapat berdampak positif bagi perkembangan anak. Orang tua akan mengetahui potensi yang dimiliki anaknya dan bisa mengembangkan potensi itu sehingga anak bisa berkembang maksimal.

Penulis sendiri menjadi lebih akrab dengan teknologi digital ini sekarang. Selama pandemi banyak pelatihan, webinar, ataupun pembinaan melalui perangkat teknologi dan berbasis internet ini. Namun yang paling disyukuri penulis dari adanya pandemi covid-19 ini adalah penulis bisa mengikuti kegiatan pelatihan dan pembelajaran online gratis. Salah satu pelatihan yang diikuti penulis adalah pelatihan menulis buku. Pelatihan menulis dari berbagai jenis tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Tulisan fiksi berupa puisi, pantun, cerita pendek, pentigraf, dan faksi (cerita berdasarkan fakta yang ditulis dalam bentuk fiksi). Tulisan non-fiksi berupa buku yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, karya tulis ilmiah berupa jurnal atau tulisan ilmiah lainnya. Pelatihan menulis ini merubah kebiasaan perilaku penulis untuk lebih banyak membaca, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang sangat berkaitan.

Banyak membaca sebagai bentuk usaha yang dilakukan penulis untuk belajar bisa menulis. Ya membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang mutlak harus dilakukan jika seseorang ingin menyandang profesi penulis. Sebetulnya tak terlintas sedikitpun untuk menjadi penulis, tapi ketika ada kesempatan untuk belajar, mengapa tidak dicoba.  Ternyata untuk menjadi penulis, kuncinya menulis – menulis – menulis. Teman atau dengan siapa kita bergaul juga sangat mempengaruhi dalam kegiatan menulis ini. Diawali dengan mengikuti grup WhatsApp yang anggotanya adalah blogger dan guru-guru pegiat literasi penulis mencoba ikut berperan serta. Dari mulai bagaimana membuat blog, mengisi dengan tulisan dari tantangan yang diberikan, dan kegiatan lainnya penulis ikuti. Kegiatan pelatihan menulis yang digelar juga memotivasi penulis untuk ikut belajar menulis hingga berwujud buku yang memiliki ISBN. Ya walaupun sangat terlambat tapi penulis optimis jika ada keinginan untuk belajar hal-hal positif pasti akan ada manfaat yang akan didapat. Penulis merasa hikmah pandemi yang sangat mempengaruhi pada perilaku dan kebiasaan sehari-hari adalah menulis. Walaupun tulisannya belum seproduktif para penulis profesional. Motivasi penulis juga awalnya hanya ingin mendapat pengakuan dari anggota grup WA yang semua anggota grupnya adalah blogger. Blogger yakni orang yang nge-blog itu artinya kita harus membuat tulisan di blog, selain tentu saja bisa meng-upload gambar dan video.  Penulis belajar membuat blog dan mengisi blog dengan tulisan tanpa berpikir untuk apa tujuannya. Siapa yang membaca, bagaimana kualitas tulisan di blog belum menjadi perhatian utama,

Seiring berjalannya waktu, penulis mulai merasakan manfaat dari menulis di blog ini. Penulis bisa saling bersilaturahim dengan blogger lain dengan melakukan kunjungan lewat kegiatan blog-walking. Bisa menuangkan segala pikiran, ide, wawasan, dan pendapat lewat tulisan. Juga bisa menyimpan pengetahuan untuk bisa diberikan kepada pembaca. Mengisi waktu dengan menulis juga ternyata bisa melatih daya ingat penulis. Berbagi cerita lewat tulisan juga menjadi pengalaman yang luar biasa, mengingatkan penulis pada diary yang dahulu sering dipenuhi cerita yang dialami. Dari menulis ini juga memotivasi penulis untuk menambah banyak teman dan relasi walaupun hanya di dunia maya. Penulis bisa berkumpul dengan komunitas penulis baik yang masih pemula maupun yang profesional dan telah memiliki jam terbangnya lama dengan menghasilkan banyak buku.

Dampak positif lain dari memanfaatkan masa pandemi dengan menulis juga semakin memperluas cakrawala berpikir dan memperpanjang azam. Penulis berkeyakinan juga bahwa dengan menulis hal-hal yang bernilai ilmu walaupun satu ayat harus disampaikan. Dan jika diamalkan oleh pembacanya akan menjadi tabungan amal jariah dan tabungan kebaikan. Ada rasa ingin dikenang juga oleh orang-orang terdekat, keluarga, kerabat, dan sahabat bahwa “aku adalah penulis buku”. Azam baiknya “aku adalah seorang ibu guru yang juga seorang penulis”. Berazam di akhir masa bhakti sebagai guru ASN menjadi penulis juga tidak salah kan? Walaupun tentu penulis harus banyak belajar. Siapa tahu azam menjadi seorang penulis atau berprofesi sebagai seorang penulis yang betul-betul penulis buku best seller seperti Coach ustad Akbar Zainudin, penulis buku best seller Man Jadda Wajada, bisa terwujud.

Oh iya sayang sekali penulis belajar menulisnya tidak dari awal masa pandemi atau bahkan dari dulu misalnya bercita-cita sebagai penulis. Penulis memulai belajar menulis di blog dari akhir bulan November 2020. Awal tahun 2021 ini memberanikan diri untuk ikut menulis di beberapa buku antologi. Kendala yang sangat mengganjal penulis dalam belajar menulis ini adalah kurangnya rasa percaya diri dan tidak bisa berkomitmen untuk menulis. Rasa takut mengungkapkan ide dan tulisannya tidak bermanfaat dan tidak berkualitas menjadi penghambat. Namun pengalaman penulis dalam belajar menulis benar-benar menjadi pengalaman baik yang patut disyukuri.

Dari pelatihan belajar menulis di masa pandemi ini, penulis telah bergabung dengan sahabat literasi dan berhasil menulis buku. Buku antologi yang penulis ikuti sekitar 20 buku. Buku tersebut memuat tulisan tentang puisi, pantun, true story, cerita anak, bahkan buku non-fiksi. Sementara itu penulis juga telah menerbitkan buku solo berjudul “Buku Panduan Guru Penulis Pemula.” Buku ini berisi tiga bagian yang memuat materi dari hasil pelatihan belajar menulis selama 20 kali pertemuan lebih. Pada bagian pertama dari buku ini penulis menguraikan materi tentang Menjadi Penulis. Sub judulnya dimulai dengan bagai mana cara menjadi penulis, ide menulis bagi guru, mental dan naluri penulis, komitmen menulis di blog, digital skill, dan poin buku pada KNP PNS. Pada sub judul bagian kedua membahas tentang menyusun buku, dasar-dasar penulisan, tahapan menyusun buku, proofreading, cara membuat resume, kiat menulis cerita fiksi, konsep buku nonfiksi, dan cara mengembangkan tulisan nonfiksi. Serta pada sub judul bagian ketiga membahas tentang menerbitkan buku, mewujudkan mahkota penulis, tehnik menerbitkan buku, penerbit indie, penerbit mayor, menggali informasi penerbit mayor, tehnik memasarkan buku, dan strategi promosi buku.

Buku antologi yang penulis ikuti adalah buku-buku yang ber judul;

Ø Standardisasi dan Profesionalisme Pendidikan;

Ø Patidusa Pujangga Wiyata_Antologi Puisi Nusantara Bergema;

Ø Refleksi dan Resolusi Saat Pandemi_Antologi Puisi Pujangga Aksara;

Ø Rinai Rindu Sang Guru;

Ø Inspirasi dalam Untaian Puisi_Antologi Aksara Bermakna dalam memperingati RA Kartini 2021;

Ø Pesona Nusantara (Antologi Khasanah Wisata Alam dan Sejarah Indonesia);

Ø Antologi Haru Biru Hijrah Meraih Berkah;

Ø Catatan Terindah (Antologi Memoar Upgrade Diri);

Ø Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi (Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi);

Ø Jendela Langit;

Ø Selasih Bertunas Emas (Antologi Catatan Buah Hati Dalam Puisi);

Ø Rona Pelangi Buah Hati (Antologi Kisah Orangtua Menggapai Cinta Ananda);

Ø The Power of Silaturahmi in Writing (Antologi Membangun Literasi Negeri Bersama Om Jay & Bu Kanjeng);

Ø Leader Writers_Ketika Kepala Sekolah Menulis;

Ø Kiat Jitu untuk Anak Hebat;

Ø Meneladani Al-Qur’an;

Ø dan buku lainnya.

Itulah hikmah di balik pandemi bagi penulis. Rasa syukur karena bisa menghadapi situasi pandemi covid-19 dengan hal-hal yang bermanfaat bagi penulis sendiri bahkan bagi orang lain. Stay at home serta work from home (WFH) juga memberi makna, harapan, serta azam penulis bisa terus meluangkan waktu untuk menulis walaupun hanya beberapa kalimat dan alinea. Selain keyakinan penulis bahwa adanya pandemi covid-19 ini sebagai cobaan dari yang mahakuasa agar kita sebagai hambanya bisa melebur dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia. Sebagaimana sabda Rasullah Saw,

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

 

Wallahu’alam bishowab….

Jumat, 17 September 2021

Cerita Anak


Gambar dari ReKreARTive

Peralatan Dapur Warisan Nenek

E. Hasanah

Halima adalah murid kelas 3 SD. Dia murid yang tidak begitu pandai tapi sangat disenangi teman-temannya. Sikap serta sipat baik dan penyayangnya yang membuat dia disukai temannya. Halima tidak masuk sekolah 3 hari ini tanpa kabar. Nana teman akrabnya memberi tahu bahwa Halima tidak masuk sekolah karena Halima sedang berkabung. Neneknya meninggal.

Mengetahui neneknya meninggal, teman-teman Halima datang menjenguk. Benar saja Halima sedang bersedih dan wajahnya murung.

Halima senang melihat teman-temannya datang dan menghiburnya. Ibunya Halima juga ikut senang. Cepat-cepat ibu menyiapkan makan siang untuk mereka. Pasti mereka lapar karena mereka belum pulang dan langsung ke sini dari sekolah, bisik ibunya Halima dalam hati.

"Nak, ayo kita makan bersama. Ini ibu sudah siapkan. Biar Halima juga makannya banyak." Ajak ibunya Halima.

"Iya, ayo teman-teman kita makan dulu ya." Halima menimpali ibunya sambil mengajak Nana dan teman lainnya. Halima menyodorkan piring berbunga bagus.

"Wah jadi merepotkan ibu." Kata Nana sambil mengambil ikan di piring.

Mereka menikmati makan siang bersama sambil mendengarkan Halima bercerita banyak tentang Neneknya.

"Ini piring bagus peninggalan Nenek." Halima mulai bercerita. "Ada juga cangkir dan pisinnya yang biasa Nenek pakai. Sepasang dengan teko kecilnya, digunakan untuk membuat teh tubruk atau minuman wedang. Kalau mangkok ini biasa digunakan Nenek untuk soup, karena tahan panas." Kata Halima melanjutkan.

"Neneknya sekarang sudah meninggal jadi perabotannya dipakai siapa?" Tanya Nana.

"Perabotan warisan Nenek ini dipakai kalau ada tamu spesial seperti kalian ini." Jawab Halima menutup ceritanya.


#AISEI Challenge
#September

#Second week


Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...