Minggu, 12 Desember 2021

Doa Ibu dan kesuksesan

 DI BALIK KESUKSESANKU, ADA DOA IBU

Oleh: E. Hasanah

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman: 14).

            Firman Allah Swt di atas memerintahkan agar kita berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibu bapak yang telah menjadi sebab bahwa kita terlahir ke dunia. Ayat itu menggambarkan bagaimana seorang ibu mengandung dalam keadaan lemah, dan semakin lemah sampai sembilan bulan. Kemudian melahirkan juga penuh perjuangan, merawat bayi, sampai menyapihnya adalah pengabdian seorang ibu. Ini semua tidak akan terbalaskan jasanya oleh seorang anak. Dalam ayat lain (QS Al-Isra: 24) Allah Swt memberi petunjuk agar kita bersikap merendahkan diri terhadap kedua orang tua dan berperilaku dengan penuh kasih sayang. Serta tidak lupa untuk mendoakannya selalu agar Allah Swt mengasihi keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mengasihi dan mendidik kita di waktu kecil.

            Sebelumnya aku perkenalkan, namaku Dra. E. Hasanah, M.Pd. Teman-teman memanggilku ibu Hasanah. Aku terlahir di Sukabumi 54 tahun lalu, dari pasangan Bapak Djarkasih dan ibu Siti Aisyah. Pendidikanku dimulai dari Madrasah Diniyah Sirojul Mubtadi’in Pamatutan, SD Negeri Bojonggenteng, Madrasah Tsanawiyah Al-Manshuriyah Pamatutan, SMA Negeri Cibadak, S1 Bahasa Inggris Universitas Ibn Khaldun Bogor, S2 Manajemen Pendidikan IMNI Jakarta dan S2 Administrasi Pendidikan UNINUS Bandung, dan sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNINUS Bandung (Semester 5 sedang menyelesaikan disertasi). Suami yang selalu menemani dan mendukung setiap langkahku adalah Drs. M. Hasan, M.Si. seorang PNS. Status pekerjaanku selain sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak (Hanief Syahrizal, S.Pd., Hasbi Aprizal, S.Hum., Hasri Ahsanti, S.Tr.) juga sebagai Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dan pengajar Bahasa Inggris. Aktif di organisasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan pendidikan, dan dalam tahun 2021 ini juga aktif menulis untuk beberapa buku dan blog.

            Dalam tulisan yang diberi judul “Di Balik Kesuksesanku, Ada Doa Ibu”, aku ingin bercerita tentang ibu sebagai inspirasiku. Ya … Ibu adalah sosok yang paling istimewa dalam hidupku. Takkan cukup waktu untuk bercerita tentang perjalanan hidup, suka duka, kebahagiaan, kepedihan, tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, dan segalanya. Kebersamaannya menorehkan jalan menuju kebaikan hidup dunia akhirat. Jasanya yang tak terbilang menjadi ujung tombak keberhasilanku.

            Ibu yang kupanggil dengan sebutan Umi (Bahasa Arab yang berarti ibuku), seorang yang berpenampilan sederhana. Tidak berpendidikan tinggi, hanya sampai kelas 3 SR (Sekolah Rakyat). Hanya bisa membaca dan tidak pandai menulis, karena memang lahir sebelum negara merdeka dan menghabiskan masa kecilnya pada awal negara baru merdeka. Namun Umiku orang yang pandai. Umi pintar membaca Al-Qur’an dan hidupnya sangat relijius. Dalam kesederhanaannya Umi lebih mementingkan kehidupan anaknya dibandingkan memenuhi kebutuhannya sendiri.

            Umi melahirkan 15 anak, namun yang hidup sampai dewasa ada 4 orang. Kebanyakan anak-anaknya meninggal di usia 0 – 2 tahun. Aku adalah anak ke-11 dari yang dilahirkannya dan anak ke-3 dari anaknya yang hidup sampai dewasa. Aku anak perempuan yang sangat diinginkannya, jadi wajar sekali kalau beliau sangat menyayangiku. Aku merasakan kasih sayangnya yang kadang dirasa sangat berlebihan. Ya terasa sangat berlebihan karena dari kecil beliau begitu protektif sampai pekerjaan untuk membantunyapun aku tidak boleh. Masih melekat di ingatanku, ketika kecil teman-teman sebayaku sudah bisa mencuci piring, mencuci baju sendiri, belajar memasak, atau pekerjaan perempuan lainnya, aku malah tidak boleh melakukannya. Beliau bilang itu pekerjaan kasar yang setiap orang bisa melakukannya, sedangkan beliau menginginkan aku bisa melakukan pekerjaan yang halus. Alasannya simple saja, karena badanku lemah, sering sakit-sakitan apalagi kalau kelelahan.

            Menyadari aku anaknya lemah, Umi selalu melakukan apapun agar aku sehat dan bisa setara dengan sesama seusia. Masih teringat masa kecilku itu, aku sering menangis tanpa sebab. Dan itu membuat ibuku seperti trauma karena anaknya banyak yang meninggal dibanding yang bisa bertahan hidup. Sering kutemukan Umi menangis, juga berdoa dan setiap malam sebelum aku tertidur beliau mengusap dan meniup ubun-ubunku. Bahkan kalau aku bilang di sekolah akan ulangan atau ujian, beliau berpuasa karena mendoakanku. “Kamu pasti bisa, anak Umi pasti pintar, karena doa baik Umi untuk anak Umi tidak akan terhalang.” Itu pendapat Umi. Alhamdulillah barokah dari doa yang ibuku panjatkan, aku sangat merasakan kemudahan dalam belajar.

            Umiku pandai walaupun tak berpendidikan. Beliau sangat menyadari bahwa beliau memiliki senjata agar aku anaknya bisa hidup berumur panjang dan bisa mencapai keberhasilan adalah doa-doa yang dimintanya kepada Allah Swt Sang maha Pencipta. Beliau menyakini dan berpegang pada hadits yang sering beliau katakan kepadaku bahwa “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu Majah no. 3862). Jika sudah berusaha maksimal dan berdoa dengan sepenuh hati, maka bertawakallah bersikap husnudzon dengan ketentuan yang Allah Swt kehendaki.

            Tak kenal lelah Umi menemani setiap langkah dalam hidupku ini. Perjuangannya dalam mendampingi hidupku sangat menguatkanku. Aku sangat bersyukur karena takdirku dilahirkan dari seorang ibu yang hebat. Kesuksesan dalam hidupku ada pada keridhoan kedua orangtuaku terutama ya ibuku itu. Sukses? Ya aku sekarang merasa sudah sukses menggapai raihan hidup. Berhasil dalam menjalani kehidupan yang layak menurut sudut pandangku. Walaupun ukurannya relatif, indikator kesuksesan hanya berdasarkan apa yang aku rasakan. Jika dibandingkan dengan teman-teman sepermainan dan saudaraku, ya aku merasa sukses. Dari pendidikan aku sukses menjalaninya walaupun tertatih-tatih karena masalah keterbatasan ekonomi orang tua. Aku bisa menamatkan SLTA. Dengan usaha yang maksimal diiringi doa-doa ikhlas kedua orangtua, aku sukses menamatkan sarjanaku dan langsung diangkat menjadi guru PNS.

            Dengan dukungan suami sepenuhnya serta keluarga, aku juga sukses menyelesaikan pendidikan magister dan sekarang sedang berusaha merampungkan S3 ilmu Pendidikan. Aku yakin sebentar lagi gelar doktor pendidikan akan segera aku raih. Gelar tertinggi dalam dunia pendidikan. Itu kesuksesanku, terlahir dari seorang ibu yang hanya berpendidikan bangku kelas 3 SR (setingkat sekolah dasar), namun aku bisa menikmati bangku S3 doktoral. Mohon maaf ini BUKAN SOMBONG tetapi rasa bangga dan syukurku atas karunia Allah Swt yang diberikan kepadaku. Kesuksesan dalam pendidikan ini aku yakini benar-benar dari keridhoan kedua orangtua terutama dari doa-doa yang ibuku panjatkan kepada yang maha Kuasa. Keyakinan ini aku tularkan kepada ketiga anak-anakku juga. Alhamdulillah ketiga anakku juga telah menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana. Mudah-mudahan motivasi untuk mengenyam pendidikan setinggi yang mereka bisa raih dapat merasuk juga pada jiwa anak-anakku. Intinya doa untuk anak-anakku juga menetes dari semangat yang dialirkan ibuku kepadaku.

            Dalam urusan pekerjaan, aku juga sangat bersyukur karena aku merasa menjadi orang yang sukses. Lagi-lagi kesuksesanku ini adalah berkat doa dari orang tua terutama ibuku. Ya aku sukses, setelah menamatkan S1 pendidikan Bahasa Inggris, aku langsung bisa mengajar. Walaupun awalnya dengan status guru honorer, namun tidak berselang lama hanya hitungan bulan, aku juga diangkat menjadi guru PNS. Serta aku juga bisa mengabdikan diri sebagai pengajar di beberapa Lembaga Pendidikan. Setelah mengabdikan diri sebagai ASN di Madrasah Aliyah Negeri selama 22 tahun, aku diangkat menjadi seorang pengawas madrasah. Sekarang jabatanku adalah Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Jabatan fungsional pengawas yang ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

            Setelah menjadi pengawas Madrasah Aliyah hampir 7 tahun (aku diangkat pengawas MA TMT 1 April 2015), di hari guru tahun 2021 ini aku mendapat kehormatan untuk mendapat Anugerah Pengawas Berprestasi. Ini diawali dari seleksi yang aku ikuti mulai dari mengajukan berkas-berkas yang diminta sesuai dengan Petunjuk Teknis Anugerah Guru Dan PTK Berprestasi Tahun 2021. Pada tahap ke-1 aku dinyatakan lulus, dan lanjut ke tahap berikutnya. Akhirnya sampai bisa menjadi salah satu dari nominator dan finalis tingkat nasional mendapatkan Anugerah Pengawas Berprestasi Tingkat Nasional, ini sesuatu banget bagiku. Alhamdulillah aku sujud syukur dan melakukan shalat birrul walidain sebagai tanda dan ungkapan terimakasih kepada Allah Swt dan bentuk baktiku kepada kedua orangtua. Hanya dengan berdoa dan melakukan shalat birrul walidain yang bisa aku lakukan sekarang, di saat kedua orangtua telah tiada. Andai mereka masih ada, … hanya air mata yang berbicara. Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

            Di saat orang tua sudah wafat, sekarang aku hanya bisa mendoakan dan memohonkan ampunan dan lindungan kepada Allah Swt. Jasa yang mereka berikan kepadaku tak pernah bisa aku balas. Budi baik dan pengorbanan mereka yang tanpa pamrih semoga menjadi catatan amal kebaikan. Aku berharap dengan ketulusan dan ketakwaan dan ibadah yang dilakukan, Allah Swt berkenan memberikan ampunan dan kasih sayangnya kepada mereka. Doa apapun yang kupanjatkan kepada Allah Swt, selalu aku awali dengan permohonan ampun bagi orang tuaku. Jika memiliki rezeki bersedekah atas nama orang tua juga dilakukan. Semoga rahmat Allah Swt selalu terlimpah untuk mereka.

Bismillahirrohmaanirrohiim….

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS Al-Ahqaf Ayat 15)

Wallahu’alambishowab.

Jumat, 10 Desember 2021

Pantun_Ku

 PANTUN
E. Hasanah
 
A.    PANTUN     

Ayah membeli pisau sebilah,
Minta ijin membelah tenggiri,
Aku awali dengan bismillah,
Mohon ijin perkenalkan diri.
   

Buku dirangkum itu hebat,
Bacakan dulu biar tak musnah,
Assalamu alaikum hai sahabat
Kenalkan namaku ibu Hasanah.
      

Berakit-rakit ke hulu,
Berenang-renang ke tepian,
Bersedekahlah dahulu,
Pasti mendapat kebahagiaan.
 
Pergi ke pasar sekuat dituntun,
Berlari bergaya bagai peminta,
Mari belajar membuat pantun
Lestari budaya bangsa tercinta.
 
Jual sayur di depan rumah,
Tindakan alim cara niaga,
Kita harus bersikap ramah
Agar silaturahim tetap terjaga.
 
Akan binasa bambu dibabat,
Tanam sirih kakak beradik,
Luar biasa bundaku hebat
Tanpa pamrih dalam mendidik.
 
Tanam sirih kakak beradik,
Terima kasih hasil optimal,
Tanpa pamrih dalam mendidik,
Hati bersih ikhlas beramal.
 
Terimakasih hasil optimal,
Beralasan karena beriman,
Hati bersih ikhlas beramal,
Ciri insan baik budiman.
 
Angsa nyasar berenang lagi.
Mengamati separuh diri,
Bangsa besar beradab tinggi,
Akan dihormati, seluruh negeri.

Kamis, 09 Desember 2021

Pantun IBU

 PANTUN IBU

E. Hasanah

PANTUN PERKENALAN

1.      Ada di kolam mawar sekuntum,

Milik tuanku seorang pemanah,

Awali kalam assalamu’alaikum,

Kenalkan aku ibu Hasanah.

 

2.      Berkata santun kepada lawan,

Tak melontari kata berbisa,

Belajar pantun bersama kawan,

Agar lestari budaya bangsa.

 

PANTUN IBU

1.      Bunga dahlia bunga jambu,

Hitam bersih biji markisa.

Sungguh mulia hati ibu,

Penuh kasih sepanjang masa.

 

2.      Tak berselisih tanam tebu,

Banyak jerami jangan dibawa,

Berterimakasih padamu ibu,

Merawat kami sepenuh jiwa.

 

3.      Sangat menggebu bicara rakyat,

Bukan tingkah anak milenia,

Jagalah ibu sepanjang hayat,

Agar barokah hidup di dunia.

 

4.      Pasang kelambu warna merah.

Kerja bakti sangat istimewa,

Kepada ibu cinta tercurah,

Rela berbakti sepenuh jiwa.

 

5.      Kaki seribu hewan berbisa,

kuberpeluh karena ketiban,

Kasih ibu sepanjang masa,

Tanpa keluh rela berkorban.

 

6.      Kalangkabut mengembara,

Gunung Fuji kita serbu,

Lemah lembut saat bicara.

Sikap terpuji kepada ibu.

 

7.      Pergi sekolah pakai kacamata,

Sambil naik duduk di sepeda,

Kepada Allah aku meminta,

Surga terbaik untuk ibunda.

 

8.      Teduh ditata untuk berdua,

Beranda untuk gadis jelita,

Jauh di mata dekat di doa,

Berasa ibu di samping kita.

 

9.      Harus menimbang dan diyakini,

Berkata lembut tak menggebu,

Selalu berlinang mataku ini,

Saat kusebut namamu ibu.

 

10.  Beli ternak memakai sorban,

Lewat kanal menyengaja,

Demi anak ibu berkorban,

Tak kenal lelah dia bekerja.

 

11.  Hari selasa hari kamis,

Malam rabu bergembira,

Tak terasa ingin menangis,

Rindu ibu tiada terkira.


12.  Baju digasok juga celana,

Disusun setara di asrama,

Ibuku sosok bijaksana.

               Santun bicara bertatakrama.

Selasa, 19 Oktober 2021

Puisi_Harapan daun berserak

 Harapan daun berserak

E. Hasanah 

Taken from Pinterest

Tanah coklat itu basah

Daun-daun berserakan ulah angin

Berguguran jatuh beterbangan

Sisa hujan laksana lambaian tangan

Mengajak bergerak mengukir jejak

Katamu ayo singsingkan lengan

Tanam harapan di gemburnya tanah

Masa depan masih luas terbentang.

 

Ada senyum penghambaan

Penuh kebahagian dalam pelukan ilahi

Meski air mata menetes sesaat

Namun kepasrahan dalam tunduk syukur

Tercurah alirkan energi kekuatan diri

Berbuat itu hanya usaha dan kunci

Hasil adalah buah dari ketentuanNya.

 

Dari sisa waktu yang diberikannya

Berharap bisa menanamkan kebaikan

Melukiskan cerita penuh daya semangat

Hingga dorongan itu sampai pada cucu cicit

Bertumbuh subur dalam aliran darah merah

Berani hadapi setiap ujian menghadang

Bercabang dalam kesabaran tegar berusaha

Berbunga ketulusan hati ikhlas menerima.

 

Padamu yang menerbangkan ranting-ranting dahan

Ajari aku untuk siap menerima kelapangan hati

Menyadari bahwa musim akan terus berganti

Daun usang berserakan akan bertukar

Pucuk ranum harapan akan muncul atas kehendaknya

 

Padamu yang menciptakan basah pada hujan

Ajari raga untuk bisa menyisakan warisan jiwa

Kobaran semangat biarlah tetap subur

Untuk mematangkan harap pada setiap jengkal tanah

Walau manis buah tak sempat kunikmati diri

Biarkan tetesan keringat membasahi hati insani

Penerus aliran darah terpompa energi

Berbakti tanpa pamrih menanamkan bhakti.

 

Pagi menanti mentari.

Sukabumi, 19 oktober 2021

Rabu, 13 Oktober 2021

#Kamis Menulis_Hanca

 HANCA

ehasanah675@gmail.com


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi elektronik, kata hanca bermakna pekerjaan yang tertunda (n), melanjutkan pekerjaan yang tertunda (v). Sebagai orang yang asli suku Sunda, tentu kata ini tidak asing lagi di telinga, karena ini bahasa sehari-hari yang sering didengar. Contoh penggunaan kata hanca dalam kalimat, “Aku akan melanjutkan hanca membuat artikel itu nanti sore.” Kata hanca ada di posisi objek dalam kalimat itu. “Sekarang aku hanca lagi tulisan tentang pendidikan inklusi yang tertunda kemarin.” Nah dalam kalimat ini, kata hanca sebagai predikat atau kata kerja.

Hanca pekerjaan yang harus diselesaikan setiap orang mungkin beragam ya. Nah untuk aku sendiri ada hanca yang harus segera aku selesaikan. Hanca itu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah wajib sebagai persyaratan bisa meraih gelar dalam pendidikan. Hanca ini agak susah juga diselesaikan, bukan berarti tidak bisa. Namun untuk menyelesaikannya memerlukan pikiran, waktu, tenaga, dan ektra keinginan atau kemauan. Akuberpendapat siapapun bisa menyelesaikan hanca tulisan karya ilmiahnya, tetapi tantangan yang dihadapi kadang membuat aku frustasi dan patah semangat. Banyak faktor sebenarnya yang menghalangi untuk melanjutkan hanca karya tulis ilmiahku ini. Salah satunya adalah karena ada kesibukan yang berkaitan dengan pekerjaan pokok sebagai abdi negara atau pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Mengapa mengerjakan hanca menulis tugas akhir pendidikanku ini terbengkalai? Dari beberapa alasannya adalah rasa malas menulis dan kurangnya semangat atau motivasi untuk menyelesaikannya. Kalimat besok aku melanjutkan hanca disertasinya tapi kok ya malas melakukanya. Besok lagi saja. Lusa saja. Masih ada waktu untuk mengerjakannya. Ya nanti akuselesaikan segera. Kalimat-kalimat itu yang biasanya keluar dari ucapanku.

Di saat seperti ini aku membutuhkan orang yang men-support motivasiku. Suamiku kadang mengingatkan, ayo selesaikan tuh hanca disertasinya. Namun ya itu kalau lagi malas, mager aku (meminjam bahasa anak bungsuku untuk menyatakan males gerak). Sering juga kawan sekelasku menelpon. “Bab berapa sekarang? Kapan ke kampus. Bimbingan bareng yuk. Minggu depan ya ketemu di kantin belakang. Buku babonnya sudah ada berapa? Masih kurang enggak?” Banyak kawan saling mengingatkan dan saling memberi support dengan ajakan-ajakan. Namun hanca disertasi itu masih belum juga aku bisa selesaikan.

Sekarang aku luruskan niat lagi untuk melanjutkan hanca menulis ini. Bismillahirrohmaanirrohim Ya Allah bantu aku untuk segera dapat menyelesaikan hanca menulis disertasi ini. Berikanlah kemudahan dalam melakukannya. Berikan kemampuan, ketajaman hati, dan kelapangan pikiran dalam menuangkan ide-ide dan novelty yang bisa aku persembahkan demi kemajuan pendidikan. Aamiin YRA.

 

#Kamis Menulis

#edisi 14 Oktober 2021


Kamis, 07 Oktober 2021

Vaksin

Vaksin

ehasanah675@gmail.com

Apa yang ada di benak sahabat ketika mendengar kata vaksin?  Perasaan apa yang timbul saat kita harus divaksin karena adanya pandemi?  Jawabannya pasti beragam tergantung sudut pandang orang yang meresponnya. Untuk sebagian orang karena ingin bertahan dalam kondisi pandemi akan langsung menerima bahkan berusaha untuk bisa divaksin. Sementara untuk sebagian yang lain malah merasakan ketakutan yang luar biasa. Bahkan tidak sedikit juga ada yang apatis saja, merasa masa bodoh dengan apapun yang akan terjadi.

Saya memaknai vaksin di masa pandemi adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ini menunjukkan usaha untuk menjaga agar kita tetap bisa bertahan dan melindungi diri agar tidak terpapar virus corona yang mengganas. Selain itu juga sebagai satu peringatan dari yang maha berkehendak, bahwa kita sangat tak berdaya. Betapa kita tak memiliki kekuatan dan lemah. Hanya dengan makhluk tak terlihat, makhluk kasat, kita begitu kelimpungan.

Vaksin adalah bentuk usaha secara fisik, selain itu jangan lupa berdoa sebagai usaha bathin menghadapi pandemi ini. Mari kita baca Al-qur'an surat Al-Falaq ayat 1-5.

Mumpung masih ada waktu mari sejenak, kita baca tulisan yang saya ambil dari sebuah grup WA. Entah dari siapa yang mengirim pertama kali. Entah siapa yang menulis pertama kali, tidak bisa saya lacak karena telah beberapa kali diteruskan. Namun siapapun itu, tulisannya sangat bagus. Ini tulisannya.

*Berhati-hatilah * dalam *mengunakan waktu* yang *dititipkan oleh Allah*.

 Kalau *Di Masa Lalu* Kita Belajar *Waktu* Adalah *Uang*, 

 *Mulai Saat Ini* Mari Kita  Belajar ..!!!

 *Waktu*  Adalah  *Nafas* ".

 *Waktu*  Adàlah *Ibadah*".

 *Waktu Adalah Nafas* Yang Setelah Terlewat Tidak Akan Bisa Kembali.

 *WAKTU Adalah Ibadah* Karena  Setiap Detik Harus Bernilai Ibadah. Apa Pun Aktivitasnya.

 *Manusia* Sesungguhnya Hanya *Pengendara Di Atas Punggung Usianya.* 

 Digulung Hari Demi Hari, Bulan Dan Tahun Tanpa Terasa.

 *Nafas Kita Terus Berjalan* Seiring Jalannya Waktu, *Setia Menuntun* Kita *Ke Pintu Kematian.*

 Sesungguhnya *Dunia*-Lah Yang Makin Kita *Jauhi* ...Dan

 *Liang Kubur*-Lah Yang Makin Kita *Dekati*...

 *1 Hari Berlalu*, Berarti *1 Hari* Pula *Berkurang Usia* Kita.

 *Umur Kita Yang Tersisa* Di Hari Ini Sungguh *Tidak Ternilai Harganya*, 

Sebab *Esok Hari Belum Tentu* Jadi Bagian Dari Diri Kita.

 Karena Itu, *Jangan Biarkan* HARI INI  Berlalu Tanpa KEBAIKAN Yang Bisa Kita LAKUKAN,

*JANGAN Tertipu* Dengan *USIA MUDA*, Karena *SYARAT* Untuk MATI Tidaklah Harus *TUA*.

 *JANGAN Terperdaya* Dengan Badan *Sehat*, Karena *SYARAT  MATI* Tidak Pula Harus *SAKIT*....

 *Teruslah*

 *Berbuat Baik…*

 *Berkata Baik…*

 *WALAU Tidak Banyak Orang* Yang *Mengenali Kebaikan Kita*, Tapi *KEBAIKAN* Yang Kita Lakukan Adalah *KEBAHAGIAAN* Dimana *Perbuatan BAIK* Kita *Akan Terus Dikenang* Oleh Mereka Yang Kelak Kita Tinggalkan.

Jadilah Seperti *AKAR Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Tetap *MENYOKONG KEHIDUPAN*...

 Jadilah Seperti *JANTUNG Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Terus *BERDENYUT* Setiap Saat TANPA HENTI; 

 Hingga Membuat Kita *TERUS HIDUP*, Sampai *BATAS WAKTUNYA Untuk BERHENTI*...

 Mari... Jadikan *Hari Ini Lebih Baik* Dari *Hari Kemarin*.dan *Hari Esok* Harus *Lebih Baik Dari Hari Ini*...

💞 "Jangan lupa untuk bahagia dan membahagiakan sesama ummat.❤️

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...