DI BALIK KESUKSESANKU, ADA DOA IBU
Oleh: E. Hasanah
“Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman: 14).
Firman
Allah Swt di atas memerintahkan agar kita berbuat baik kepada kedua orang tua.
Ibu bapak yang telah menjadi sebab bahwa kita terlahir ke dunia. Ayat itu
menggambarkan bagaimana seorang ibu mengandung dalam keadaan lemah, dan semakin
lemah sampai sembilan bulan. Kemudian melahirkan juga penuh perjuangan, merawat
bayi, sampai menyapihnya adalah pengabdian seorang ibu. Ini semua tidak akan
terbalaskan jasanya oleh seorang anak. Dalam ayat lain (QS Al-Isra: 24) Allah
Swt memberi petunjuk agar kita bersikap merendahkan diri terhadap kedua orang
tua dan berperilaku dengan penuh kasih sayang. Serta tidak lupa untuk
mendoakannya selalu agar Allah Swt mengasihi keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mengasihi dan mendidik kita di waktu kecil.
Sebelumnya
aku perkenalkan, namaku Dra. E. Hasanah, M.Pd. Teman-teman memanggilku ibu
Hasanah. Aku terlahir di Sukabumi 54 tahun lalu, dari pasangan Bapak Djarkasih
dan ibu Siti Aisyah. Pendidikanku dimulai dari Madrasah Diniyah Sirojul Mubtadi’in
Pamatutan, SD Negeri Bojonggenteng, Madrasah Tsanawiyah Al-Manshuriyah
Pamatutan, SMA Negeri Cibadak, S1 Bahasa Inggris Universitas Ibn Khaldun Bogor,
S2 Manajemen Pendidikan IMNI Jakarta dan S2 Administrasi Pendidikan UNINUS
Bandung, dan sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNINUS
Bandung (Semester 5 sedang menyelesaikan disertasi). Suami yang selalu menemani
dan mendukung setiap langkahku adalah Drs. M. Hasan, M.Si. seorang PNS. Status
pekerjaanku selain sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak (Hanief
Syahrizal, S.Pd., Hasbi Aprizal, S.Hum., Hasri Ahsanti, S.Tr.) juga sebagai
Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dan
pengajar Bahasa Inggris. Aktif di organisasi yang berkaitan dengan pekerjaan
dan pendidikan, dan dalam tahun 2021 ini juga aktif menulis untuk beberapa buku
dan blog.
Dalam
tulisan yang diberi judul “Di Balik Kesuksesanku, Ada Doa Ibu”, aku
ingin bercerita tentang ibu sebagai inspirasiku. Ya … Ibu adalah sosok
yang paling istimewa dalam hidupku. Takkan cukup waktu untuk bercerita tentang
perjalanan hidup, suka duka, kebahagiaan, kepedihan, tentang cinta, rindu,
pelajaran hidup, dan segalanya. Kebersamaannya menorehkan jalan menuju kebaikan
hidup dunia akhirat. Jasanya yang tak terbilang menjadi ujung tombak
keberhasilanku.
Ibu
yang kupanggil dengan sebutan Umi (Bahasa Arab yang berarti ibuku),
seorang yang berpenampilan sederhana. Tidak berpendidikan tinggi, hanya sampai
kelas 3 SR (Sekolah Rakyat). Hanya bisa membaca dan tidak pandai menulis,
karena memang lahir sebelum negara merdeka dan menghabiskan masa kecilnya pada
awal negara baru merdeka. Namun Umiku orang yang pandai. Umi pintar membaca
Al-Qur’an dan hidupnya sangat relijius. Dalam kesederhanaannya Umi lebih
mementingkan kehidupan anaknya dibandingkan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Umi
melahirkan 15 anak, namun yang hidup sampai dewasa ada 4 orang. Kebanyakan
anak-anaknya meninggal di usia 0 – 2 tahun. Aku adalah anak ke-11 dari yang
dilahirkannya dan anak ke-3 dari anaknya yang hidup sampai dewasa. Aku anak
perempuan yang sangat diinginkannya, jadi wajar sekali kalau beliau sangat
menyayangiku. Aku merasakan kasih sayangnya yang kadang dirasa sangat
berlebihan. Ya terasa sangat berlebihan karena dari kecil beliau begitu
protektif sampai pekerjaan untuk membantunyapun aku tidak boleh. Masih melekat
di ingatanku, ketika kecil teman-teman sebayaku sudah bisa mencuci piring,
mencuci baju sendiri, belajar memasak, atau pekerjaan perempuan lainnya, aku
malah tidak boleh melakukannya. Beliau bilang itu pekerjaan kasar yang setiap
orang bisa melakukannya, sedangkan beliau menginginkan aku bisa melakukan
pekerjaan yang halus. Alasannya simple saja, karena badanku lemah, sering
sakit-sakitan apalagi kalau kelelahan.
Menyadari
aku anaknya lemah, Umi selalu melakukan apapun agar aku sehat dan bisa setara
dengan sesama seusia. Masih teringat masa kecilku itu, aku sering menangis
tanpa sebab. Dan itu membuat ibuku seperti trauma karena anaknya banyak yang
meninggal dibanding yang bisa bertahan hidup. Sering kutemukan Umi menangis, juga
berdoa dan setiap malam sebelum aku tertidur beliau mengusap dan meniup
ubun-ubunku. Bahkan kalau aku bilang di sekolah akan ulangan atau ujian,
beliau berpuasa karena mendoakanku. “Kamu pasti bisa, anak Umi pasti pintar,
karena doa baik Umi untuk anak Umi tidak akan terhalang.” Itu pendapat Umi.
Alhamdulillah barokah dari doa yang ibuku panjatkan, aku sangat merasakan
kemudahan dalam belajar.
Umiku
pandai walaupun tak berpendidikan. Beliau sangat menyadari bahwa beliau
memiliki senjata agar aku anaknya bisa hidup berumur panjang dan bisa mencapai
keberhasilan adalah doa-doa yang dimintanya kepada Allah Swt Sang maha Pencipta.
Beliau menyakini dan berpegang pada hadits yang sering beliau katakan kepadaku
bahwa “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang
dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada
anaknya.” (HR. Ibnu Majah no. 3862). Jika sudah berusaha maksimal dan
berdoa dengan sepenuh hati, maka bertawakallah bersikap husnudzon dengan
ketentuan yang Allah Swt kehendaki.
Tak
kenal lelah Umi menemani setiap langkah dalam hidupku ini. Perjuangannya dalam
mendampingi hidupku sangat menguatkanku. Aku sangat bersyukur karena takdirku
dilahirkan dari seorang ibu yang hebat. Kesuksesan dalam hidupku ada pada
keridhoan kedua orangtuaku terutama ya ibuku itu. Sukses? Ya aku sekarang
merasa sudah sukses menggapai raihan hidup. Berhasil dalam menjalani kehidupan
yang layak menurut sudut pandangku. Walaupun ukurannya relatif, indikator
kesuksesan hanya berdasarkan apa yang aku rasakan. Jika dibandingkan dengan
teman-teman sepermainan dan saudaraku, ya aku merasa sukses. Dari pendidikan
aku sukses menjalaninya walaupun tertatih-tatih karena masalah keterbatasan
ekonomi orang tua. Aku bisa menamatkan SLTA. Dengan usaha yang maksimal
diiringi doa-doa ikhlas kedua orangtua, aku sukses menamatkan sarjanaku dan
langsung diangkat menjadi guru PNS.
Dengan
dukungan suami sepenuhnya serta keluarga, aku juga sukses menyelesaikan
pendidikan magister dan sekarang sedang berusaha merampungkan S3 ilmu Pendidikan.
Aku yakin sebentar lagi gelar doktor pendidikan akan segera aku raih. Gelar
tertinggi dalam dunia pendidikan. Itu kesuksesanku, terlahir dari seorang ibu
yang hanya berpendidikan bangku kelas 3 SR (setingkat sekolah dasar), namun aku
bisa menikmati bangku S3 doktoral. Mohon maaf ini BUKAN SOMBONG tetapi rasa bangga
dan syukurku atas karunia Allah Swt yang diberikan kepadaku. Kesuksesan dalam
pendidikan ini aku yakini benar-benar dari keridhoan kedua orangtua terutama
dari doa-doa yang ibuku panjatkan kepada yang maha Kuasa. Keyakinan ini aku
tularkan kepada ketiga anak-anakku juga. Alhamdulillah ketiga anakku juga telah
menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana. Mudah-mudahan motivasi untuk
mengenyam pendidikan setinggi yang mereka bisa raih dapat merasuk juga pada
jiwa anak-anakku. Intinya doa untuk anak-anakku juga menetes dari semangat yang
dialirkan ibuku kepadaku.
Dalam
urusan pekerjaan, aku juga sangat bersyukur karena aku merasa menjadi orang
yang sukses. Lagi-lagi kesuksesanku ini adalah berkat doa dari orang tua
terutama ibuku. Ya aku sukses, setelah menamatkan S1 pendidikan Bahasa Inggris,
aku langsung bisa mengajar. Walaupun awalnya dengan status guru honorer, namun
tidak berselang lama hanya hitungan bulan, aku juga diangkat menjadi guru PNS.
Serta aku juga bisa mengabdikan diri sebagai pengajar di beberapa Lembaga
Pendidikan. Setelah mengabdikan diri sebagai ASN di Madrasah Aliyah Negeri
selama 22 tahun, aku diangkat menjadi seorang pengawas madrasah. Sekarang
jabatanku adalah Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Sukabumi. Jabatan fungsional pengawas yang ruang lingkup tugas, tanggung jawab
dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan.
Setelah
menjadi pengawas Madrasah Aliyah hampir 7 tahun (aku diangkat pengawas MA TMT 1
April 2015), di hari guru tahun 2021 ini aku mendapat kehormatan untuk mendapat
Anugerah Pengawas Berprestasi. Ini diawali dari seleksi yang aku ikuti mulai
dari mengajukan berkas-berkas yang diminta sesuai dengan Petunjuk Teknis
Anugerah Guru Dan PTK Berprestasi Tahun 2021. Pada tahap ke-1 aku dinyatakan
lulus, dan lanjut ke tahap berikutnya. Akhirnya sampai bisa menjadi salah satu
dari nominator dan finalis tingkat nasional mendapatkan Anugerah Pengawas
Berprestasi Tingkat Nasional, ini sesuatu banget bagiku. Alhamdulillah aku sujud
syukur dan melakukan shalat birrul walidain sebagai tanda dan ungkapan
terimakasih kepada Allah Swt dan bentuk baktiku kepada kedua orangtua. Hanya
dengan berdoa dan melakukan shalat birrul walidain yang bisa aku lakukan
sekarang, di saat kedua orangtua telah tiada. Andai mereka masih ada, … hanya
air mata yang berbicara. Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā
rabbayānī shaghīrā.
Di saat orang tua sudah wafat, sekarang aku
hanya bisa mendoakan dan memohonkan ampunan dan lindungan kepada Allah Swt.
Jasa yang mereka berikan kepadaku tak pernah bisa aku balas. Budi baik dan
pengorbanan mereka yang tanpa pamrih semoga menjadi catatan amal kebaikan. Aku
berharap dengan ketulusan dan ketakwaan dan ibadah yang dilakukan, Allah Swt
berkenan memberikan ampunan dan kasih sayangnya kepada mereka. Doa apapun yang
kupanjatkan kepada Allah Swt, selalu aku awali dengan permohonan ampun bagi
orang tuaku. Jika memiliki rezeki bersedekah atas nama orang tua juga
dilakukan. Semoga rahmat Allah Swt selalu terlimpah untuk mereka.
Bismillahirrohmaanirrohiim….
“Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS Al-Ahqaf Ayat 15)
Wallahu’alambishowab.
Keren Bu Hasanah
BalasHapusSalam literasi dari batam
Terimakasih pak Mangatur Panjaitab.
BalasHapusKeren, Bu Kasek. Tetap menjadi inspirasi bagi semua, Bu.
BalasHapusTerimakasih ya telah mampir.
HapusMasya Allah, kisah yang luar biasa.
BalasHapusMencoba menyimpan kenang agar bisa menjadi motivasi bagi yg membaca. Walau agak segan juga mengungkapkannya karena takut dikatakan sombong. Motivasi dan sombong katanya setipis kulit bawang bedanya.
HapusMasyaAllah .... Kisah yang membawa hikmah. Sehat selalu Ibu... Bersyukur memiliki Ibu yang kuar biasa. Berhat doanya kita bs meeaih kesuksesan
BalasHapusIya bun. Sujud syukur memiliki ibu yg luar biasa dan hebat.
BalasHapus