Minggu, 12 Desember 2021

Doa Ibu dan kesuksesan

 DI BALIK KESUKSESANKU, ADA DOA IBU

Oleh: E. Hasanah

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman: 14).

            Firman Allah Swt di atas memerintahkan agar kita berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibu bapak yang telah menjadi sebab bahwa kita terlahir ke dunia. Ayat itu menggambarkan bagaimana seorang ibu mengandung dalam keadaan lemah, dan semakin lemah sampai sembilan bulan. Kemudian melahirkan juga penuh perjuangan, merawat bayi, sampai menyapihnya adalah pengabdian seorang ibu. Ini semua tidak akan terbalaskan jasanya oleh seorang anak. Dalam ayat lain (QS Al-Isra: 24) Allah Swt memberi petunjuk agar kita bersikap merendahkan diri terhadap kedua orang tua dan berperilaku dengan penuh kasih sayang. Serta tidak lupa untuk mendoakannya selalu agar Allah Swt mengasihi keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mengasihi dan mendidik kita di waktu kecil.

            Sebelumnya aku perkenalkan, namaku Dra. E. Hasanah, M.Pd. Teman-teman memanggilku ibu Hasanah. Aku terlahir di Sukabumi 54 tahun lalu, dari pasangan Bapak Djarkasih dan ibu Siti Aisyah. Pendidikanku dimulai dari Madrasah Diniyah Sirojul Mubtadi’in Pamatutan, SD Negeri Bojonggenteng, Madrasah Tsanawiyah Al-Manshuriyah Pamatutan, SMA Negeri Cibadak, S1 Bahasa Inggris Universitas Ibn Khaldun Bogor, S2 Manajemen Pendidikan IMNI Jakarta dan S2 Administrasi Pendidikan UNINUS Bandung, dan sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNINUS Bandung (Semester 5 sedang menyelesaikan disertasi). Suami yang selalu menemani dan mendukung setiap langkahku adalah Drs. M. Hasan, M.Si. seorang PNS. Status pekerjaanku selain sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak (Hanief Syahrizal, S.Pd., Hasbi Aprizal, S.Hum., Hasri Ahsanti, S.Tr.) juga sebagai Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dan pengajar Bahasa Inggris. Aktif di organisasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan pendidikan, dan dalam tahun 2021 ini juga aktif menulis untuk beberapa buku dan blog.

            Dalam tulisan yang diberi judul “Di Balik Kesuksesanku, Ada Doa Ibu”, aku ingin bercerita tentang ibu sebagai inspirasiku. Ya … Ibu adalah sosok yang paling istimewa dalam hidupku. Takkan cukup waktu untuk bercerita tentang perjalanan hidup, suka duka, kebahagiaan, kepedihan, tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, dan segalanya. Kebersamaannya menorehkan jalan menuju kebaikan hidup dunia akhirat. Jasanya yang tak terbilang menjadi ujung tombak keberhasilanku.

            Ibu yang kupanggil dengan sebutan Umi (Bahasa Arab yang berarti ibuku), seorang yang berpenampilan sederhana. Tidak berpendidikan tinggi, hanya sampai kelas 3 SR (Sekolah Rakyat). Hanya bisa membaca dan tidak pandai menulis, karena memang lahir sebelum negara merdeka dan menghabiskan masa kecilnya pada awal negara baru merdeka. Namun Umiku orang yang pandai. Umi pintar membaca Al-Qur’an dan hidupnya sangat relijius. Dalam kesederhanaannya Umi lebih mementingkan kehidupan anaknya dibandingkan memenuhi kebutuhannya sendiri.

            Umi melahirkan 15 anak, namun yang hidup sampai dewasa ada 4 orang. Kebanyakan anak-anaknya meninggal di usia 0 – 2 tahun. Aku adalah anak ke-11 dari yang dilahirkannya dan anak ke-3 dari anaknya yang hidup sampai dewasa. Aku anak perempuan yang sangat diinginkannya, jadi wajar sekali kalau beliau sangat menyayangiku. Aku merasakan kasih sayangnya yang kadang dirasa sangat berlebihan. Ya terasa sangat berlebihan karena dari kecil beliau begitu protektif sampai pekerjaan untuk membantunyapun aku tidak boleh. Masih melekat di ingatanku, ketika kecil teman-teman sebayaku sudah bisa mencuci piring, mencuci baju sendiri, belajar memasak, atau pekerjaan perempuan lainnya, aku malah tidak boleh melakukannya. Beliau bilang itu pekerjaan kasar yang setiap orang bisa melakukannya, sedangkan beliau menginginkan aku bisa melakukan pekerjaan yang halus. Alasannya simple saja, karena badanku lemah, sering sakit-sakitan apalagi kalau kelelahan.

            Menyadari aku anaknya lemah, Umi selalu melakukan apapun agar aku sehat dan bisa setara dengan sesama seusia. Masih teringat masa kecilku itu, aku sering menangis tanpa sebab. Dan itu membuat ibuku seperti trauma karena anaknya banyak yang meninggal dibanding yang bisa bertahan hidup. Sering kutemukan Umi menangis, juga berdoa dan setiap malam sebelum aku tertidur beliau mengusap dan meniup ubun-ubunku. Bahkan kalau aku bilang di sekolah akan ulangan atau ujian, beliau berpuasa karena mendoakanku. “Kamu pasti bisa, anak Umi pasti pintar, karena doa baik Umi untuk anak Umi tidak akan terhalang.” Itu pendapat Umi. Alhamdulillah barokah dari doa yang ibuku panjatkan, aku sangat merasakan kemudahan dalam belajar.

            Umiku pandai walaupun tak berpendidikan. Beliau sangat menyadari bahwa beliau memiliki senjata agar aku anaknya bisa hidup berumur panjang dan bisa mencapai keberhasilan adalah doa-doa yang dimintanya kepada Allah Swt Sang maha Pencipta. Beliau menyakini dan berpegang pada hadits yang sering beliau katakan kepadaku bahwa “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu Majah no. 3862). Jika sudah berusaha maksimal dan berdoa dengan sepenuh hati, maka bertawakallah bersikap husnudzon dengan ketentuan yang Allah Swt kehendaki.

            Tak kenal lelah Umi menemani setiap langkah dalam hidupku ini. Perjuangannya dalam mendampingi hidupku sangat menguatkanku. Aku sangat bersyukur karena takdirku dilahirkan dari seorang ibu yang hebat. Kesuksesan dalam hidupku ada pada keridhoan kedua orangtuaku terutama ya ibuku itu. Sukses? Ya aku sekarang merasa sudah sukses menggapai raihan hidup. Berhasil dalam menjalani kehidupan yang layak menurut sudut pandangku. Walaupun ukurannya relatif, indikator kesuksesan hanya berdasarkan apa yang aku rasakan. Jika dibandingkan dengan teman-teman sepermainan dan saudaraku, ya aku merasa sukses. Dari pendidikan aku sukses menjalaninya walaupun tertatih-tatih karena masalah keterbatasan ekonomi orang tua. Aku bisa menamatkan SLTA. Dengan usaha yang maksimal diiringi doa-doa ikhlas kedua orangtua, aku sukses menamatkan sarjanaku dan langsung diangkat menjadi guru PNS.

            Dengan dukungan suami sepenuhnya serta keluarga, aku juga sukses menyelesaikan pendidikan magister dan sekarang sedang berusaha merampungkan S3 ilmu Pendidikan. Aku yakin sebentar lagi gelar doktor pendidikan akan segera aku raih. Gelar tertinggi dalam dunia pendidikan. Itu kesuksesanku, terlahir dari seorang ibu yang hanya berpendidikan bangku kelas 3 SR (setingkat sekolah dasar), namun aku bisa menikmati bangku S3 doktoral. Mohon maaf ini BUKAN SOMBONG tetapi rasa bangga dan syukurku atas karunia Allah Swt yang diberikan kepadaku. Kesuksesan dalam pendidikan ini aku yakini benar-benar dari keridhoan kedua orangtua terutama dari doa-doa yang ibuku panjatkan kepada yang maha Kuasa. Keyakinan ini aku tularkan kepada ketiga anak-anakku juga. Alhamdulillah ketiga anakku juga telah menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana. Mudah-mudahan motivasi untuk mengenyam pendidikan setinggi yang mereka bisa raih dapat merasuk juga pada jiwa anak-anakku. Intinya doa untuk anak-anakku juga menetes dari semangat yang dialirkan ibuku kepadaku.

            Dalam urusan pekerjaan, aku juga sangat bersyukur karena aku merasa menjadi orang yang sukses. Lagi-lagi kesuksesanku ini adalah berkat doa dari orang tua terutama ibuku. Ya aku sukses, setelah menamatkan S1 pendidikan Bahasa Inggris, aku langsung bisa mengajar. Walaupun awalnya dengan status guru honorer, namun tidak berselang lama hanya hitungan bulan, aku juga diangkat menjadi guru PNS. Serta aku juga bisa mengabdikan diri sebagai pengajar di beberapa Lembaga Pendidikan. Setelah mengabdikan diri sebagai ASN di Madrasah Aliyah Negeri selama 22 tahun, aku diangkat menjadi seorang pengawas madrasah. Sekarang jabatanku adalah Pengawas Madrasah Aliyah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Jabatan fungsional pengawas yang ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

            Setelah menjadi pengawas Madrasah Aliyah hampir 7 tahun (aku diangkat pengawas MA TMT 1 April 2015), di hari guru tahun 2021 ini aku mendapat kehormatan untuk mendapat Anugerah Pengawas Berprestasi. Ini diawali dari seleksi yang aku ikuti mulai dari mengajukan berkas-berkas yang diminta sesuai dengan Petunjuk Teknis Anugerah Guru Dan PTK Berprestasi Tahun 2021. Pada tahap ke-1 aku dinyatakan lulus, dan lanjut ke tahap berikutnya. Akhirnya sampai bisa menjadi salah satu dari nominator dan finalis tingkat nasional mendapatkan Anugerah Pengawas Berprestasi Tingkat Nasional, ini sesuatu banget bagiku. Alhamdulillah aku sujud syukur dan melakukan shalat birrul walidain sebagai tanda dan ungkapan terimakasih kepada Allah Swt dan bentuk baktiku kepada kedua orangtua. Hanya dengan berdoa dan melakukan shalat birrul walidain yang bisa aku lakukan sekarang, di saat kedua orangtua telah tiada. Andai mereka masih ada, … hanya air mata yang berbicara. Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

            Di saat orang tua sudah wafat, sekarang aku hanya bisa mendoakan dan memohonkan ampunan dan lindungan kepada Allah Swt. Jasa yang mereka berikan kepadaku tak pernah bisa aku balas. Budi baik dan pengorbanan mereka yang tanpa pamrih semoga menjadi catatan amal kebaikan. Aku berharap dengan ketulusan dan ketakwaan dan ibadah yang dilakukan, Allah Swt berkenan memberikan ampunan dan kasih sayangnya kepada mereka. Doa apapun yang kupanjatkan kepada Allah Swt, selalu aku awali dengan permohonan ampun bagi orang tuaku. Jika memiliki rezeki bersedekah atas nama orang tua juga dilakukan. Semoga rahmat Allah Swt selalu terlimpah untuk mereka.

Bismillahirrohmaanirrohiim….

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS Al-Ahqaf Ayat 15)

Wallahu’alambishowab.

8 komentar:

  1. Keren Bu Hasanah
    Salam literasi dari batam

    BalasHapus
  2. Keren, Bu Kasek. Tetap menjadi inspirasi bagi semua, Bu.

    BalasHapus
  3. Masya Allah, kisah yang luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mencoba menyimpan kenang agar bisa menjadi motivasi bagi yg membaca. Walau agak segan juga mengungkapkannya karena takut dikatakan sombong. Motivasi dan sombong katanya setipis kulit bawang bedanya.

      Hapus
  4. MasyaAllah .... Kisah yang membawa hikmah. Sehat selalu Ibu... Bersyukur memiliki Ibu yang kuar biasa. Berhat doanya kita bs meeaih kesuksesan

    BalasHapus
  5. Iya bun. Sujud syukur memiliki ibu yg luar biasa dan hebat.

    BalasHapus

KSP

Kurikulum Satuan Pendidikan  Mengawali tahun pelajaran 2024-2025 pada hari Senin, 15 Juli 2024 semua madrasah melaksanakan Matsama (Masa ta&...