Sabtu, 12 Desember 2020

Mak Bangga

 

Pentigraf#4

Mak Bangga

ehasanah675@gmail.com



    

Detak jarum jam dinding terdengar bagai ritme teratur bernada,  bagai alarm alam berbisik di telinga.  sayup-sayup burung tetangga berkicau berirama. Mak tahu itu tanda alami menyapa. Mak harus beranjak.  Merasa waktu yang tepat menemui sang maha kuasa. Berwudhu tertib, kenakan mukena, berdiri tegak di atas sajadah. Mak larut dalam salat. Mak bangga masih bisa bersua dalam doa.


Mak baca ayat-ayat yang disimpan di buku jari-jarinya. Kadang lama mengingat satu kata. Susah melafalkan hingga harus buka lagi di Al-Qur'an. Sedang asyik menghapal, tiba-tiba handphone bersuara.  “Ahhh siapa ini? Jam segini kirim pesan”, bisiknya.  WA dibuka, ada pesan dari bungsu tercinta. “Ada apa ya?” Khawatir juga.

 

Namun Mak bangga, anaknya sebelum subuh sudah bangun. Berprasangka baik, bungsu anak tersayangnya pasti juga sama selesai melaksanakan salat. Pesan WA dibuka. Kirim gambar-gambar kayak iklan, ada kata-kata, "Mak mana sepatu yang bagus? Pilihkan warna. Harga lagi diskon Mak. Boleh beli kan Mak?" Bungsuku bertanya. "Pilih saja yang suka, Nak.  Harganya mahal. Tapi silahkan saja beli asal jangan minta uangnya sama Mak", kalimat Mak membalas. Bungsu dengan gaya manjanya membalas, "Mak kan tidak mau nengok, padahal PPL itu lama Mak. Tidak kangen ke anak? Tapi gak apa-apalah ... sabar saja. Asal Mak bayarin sepatunya ya?" Mak terdiam tidak membalas. Pikirnya, anak Mak memang pintar, berniaga dengan rasa. 

 

 

Jumat, 11 Desember 2020

Puisi Refleksi 3

 

Patidusa#1

Refleksi 2020 Resolusi 2021

ehasanah675@gmail.com


Corona menyapa tanpa kata

Bermula Wuhan China

Sampai Indonesia

Menggila.

 

Duka.

Mulai menggema

Nusantara menangis iba

Pertiwi berlinang air mata.

 

Harapan bencana segera sirna

Menghilangkan duka lara

Lari mengudara

Doa.

 

Cerita

Isolasi karantina

Kata hilang makna

Dari kamus bahasa kita.

 

Bersama sinar sang surya

Membawa suka cita

Anak ceria

Bahagia.

 

Meja

Siswa bercanda

Ruang kelas bernyawa

Guru berdasi berdiri bangga.

 

Nak ayo kita bersegera

Lewati masa remaja

Penuh cita

Asa.

 

Masa

Mengajak berdansa

Nikmati musik bergelora

Susuri alunan lembut irama.

 

Tahun baru segera tiba.

Anak harapan bangsa

bebas raganya

Corona.

 

Negara

Bertabur permata

Masyarakat sehat sejahtra

Wujud nyata aman Sentosa.

Kamis, 10 Desember 2020

Mak Mendidik

 

Pentigraf#3

Mak Mendidik

ehasanah675@gmail.com



Ada beberapa telur di atas meja, membuat Mak larut dalam rasa syukurnya. Telur itu hasil ketekunan anak kedua Mak. Bebek yang hanya 15 ekor mulai memberinya kebahagiaan tersendiri. Tiap pagi ada saja telur, walau hanya 5 atau 6 biji, terkumpul di ujung kandang tersembunyi. Anak Mak semangat memberinya pakan, karena dia tahu bebeknya sudah tahu balas budi.

 

Mak ingat betul sekitar 6 bulan lalu, Mak membeli bebek mungil kecil-kecil. Reaksi Pak Su waktu itu, “Ngapain sih Mak beli bebek? Kurang kerjaan? Kayak yang mau saja ngurusin?”. Mak  tidak menyela karena merasa tidak ada guna menimpali. Tapi Mak cukup pintar, di lain waktu yang dirasa cukup baik untuk berbicara, Mak bilang ke Pak Su. Mak beli bebek agar anak Mak rajin, bermental mandiri, penyayang, disipilin, dan mau bekerja keras. Ini cara sederhana Mak mendidik anak. “Tolong bantu Mak, mengertilah Pak. Niat Mak hanya mendidik. Jangan Bapak permasalahkan bebek itu”, kata Mak. Pak Su hanya diam membisu.

 

Alhamdulillah… ucap Mak sambil mengambil telur, kemudian menggorengnya. Mak bangga merasa mendidik secara sederhananya bermakna. Bukan saja karena telur tidak usah lagi membeli tapi karena merasa berhasil mendidik anak yang dicintainya. Sikap menyayangi binatang, tekun, disiplin, bertanggungjawab semakin tertanam di jiwa buah hatinya.

Puisi Refleksi 2

 Puisi Refleksi 2020 dan Resolusi 2021

SENJAKU

ehasanah675@gmail.com


 

Desember menyapa

Senja hampir tiba

Masih tersisa sedikit asa

Agar tetap bisa bersua

            Waktu berlalu sia-sia

            Tak ada bukti karya

            Dua ribu dua puluh berkata

            Jangan buang sedikit lagi masa

            Ayo beranjak kamu pasti bisa

                        Jangan lagi ditunda-tunda

                        Kata terlambat hilangkan dari dada

                        Lihatlah masih bertengger cita-cita

                        Terbengkalai di sudut hati merana

                        Merindu segera berpesta

                        Merayakan semangat yang masih tersisa

                                    Dua ribu dua puluh Satu

                                    Harapan ada waktu menunggu

                                    Bisa ku pegang erat di pangkuanku

                                    Mimpi-mimpi di siang hari muncul baru

                                                Asa penuh makna menanti dicumbu                          

Direalisasikan agar tidak selalu mengganggu

Buktikan tekadmu dalam karya bermutu

Bersembunyi dalam lipatan buku-buku

Ide-ide cemerlang seorang ibu lugu

            Jalanmu terbuka bak kunci penentu

            Melangkahlah bu jangan ragu-ragu

            Sibakkan penghalang Potensimu

            Kerikil tajam enyahkan sekuat tenagamu

            Sambutlah pajar dua ribu dua puluh Satu

            Genggam erat Optimisme di lemahnya tanganmu

 

            Harapan senjaku# Refleksi 2020-Resolusi 2021

Rabu, 09 Desember 2020

Mak Rindu

 

Pentigraf#2

Mak rindu si bungsu

ehasanah675@gmail.com



“Mak… Mak … di mana? Aa lapar Mak. Makan yuk Mak.” Samar terdengar teriakan anak sulung Mak. Belum sempat Mak beranjak, si sulung sudah nampak di depan pintu kamar. Masih sedikit manja dan wajah agak memelas, “Mak… mau makan Mak. Bareng yuk…. Makan sama apa Mak? Bikin sambel gak? Kayaknya enak makan sama pete, sambel, ada ikan asin peda.” Beruntun kalimatnya sampai Mak gak bisa jawab. “Eh… Mak lagi nangis ya?. Mak kenapa Mak, lagi sedih ya?”. Seperti menyelidik dia menunggu Mak menjawab. “Mak gak apa-apa nak. Mak hanya lagi ingat adikmu saja. Lagi apa ya sekarang dia?. Sudah makan apa belum dia?’ Jawab Mak sambil tangannya mengusap mata.

 

“Oh….Mak lagi rindu Riri ya? Doakan saja Mak, dia pasti sudah pinter ngurus dirinya sendiri. Kan dia sudah semester 7 Mak. Sebentar lagi juga jadi sarjana, lagian dia kan bukan pergi sendiri. Praktek kerja lapangannya juga kan hanya 3 bulan. Mak tenang saja, cukup telpon saja atau kirim WA Mak” Saran panjang si sulung.

 

Mak benar-benar lagi rindu anak bungsunya Riri sekarang. Sempat ngajak Pak Su untuk nengok ke Pangandaran tempat si bungsu melaksanakan Praktek kerja lapangan. Tapi Pak Su kelihatan enggan untuk mengantar Mak, karena pertimbangan sekarang lagi pandemic covid-19. Pak Su tidak ingin keluarga kecilnya terpapar virus korona. Sering Pak Su bilang saat berbincang bersama, Jangan lupa Mak doakan Riri setiap habis salat, kan doa Mak tanpa terhalang pasti Allah kabulkan. Ucapan Mak pasti didengar, hibur Pak Su bila Mak merengek.



PILKADA

 

Pentigraf #1

PILKADA

Ehasanah675@gmail.com


 

Sebelum azan subuh berkumandang, Mak sudah bangun. Instingnya kuat menyadarkan lelap tidurnya menjelang pajar, bak deringan bel mengajak beranjak. Wajah yang mulai menua disiram dengan dinginya air wudhu. Segar. Ditebarnya sajadah, mukena dikenakan. Berdiri, Allahu akbar... dinikmatinya salat sunat sambil menunggu waktu subuh. Doa-doa Mak panjatkan demi kebaikan diri, keluarga, dan kerabatnya. Puas bercengkrama dengan Sang Maha Kuasa, berbarengan terdengarnya azan, terpaku mematung menimpali kalimat demi kalimat, sesaat kemudian ia tunaikan salat subuh.

 

Secangkir kopi Mak seduh untuk menemani ngobrol pagi. Singkong rebus digoreng kering, nampak renyah mengundang selera. Tiba-tiba Pak Su bilang, "Mak jadi mau nyoblos nomer berapa sekarang?  Masih tetap ya pilihannya" gak mau ikut pilihan bapak?". Pertanyaan yang tak butuh jawaban. Toh tanpa Mak jawab juga, Pak Su tahu gimana tegasnya sikap Mak. Kalau pilihan Mak A ya Mak pasti konsisten pilih A. Akhirnya Pak Su bergumam sendiri, " Ya gak apa-apa Mak, kita berbeda pilihan asal kita tetap akur, sekasur, sedapur, ya Mak?" Sambil asyik membalikkan goreng singkong, "Minum kopinya, habiskan, makan singkongnya mumpung masih hangat. Urusan milih nanti saja di bilik suara. Siapapun yang menang toh sudah ada suratan takdirnya", pungkas Mak.

 

Berangkat ke TPS yang berjarak beberapa langkah dari rumah, Mak dan Pa Su berpayung berdua. Nampak kompak beriringan mendatangi petugas TPS. Mak perlihatkan wajah sumringah. Orang mungkin menduga, kekompakan Mak dan Pak Su menunjukkan kekompakkan juga pilihannya. Padahal pilihan Mak dan Pak Su berbeda. Selesai dari bilik suara, pulang. Pak Su mengeluarkan motor flat merahnya, "Mak… ayo kita jalan-jalan keliling". Tanpa pikir panjang Mak langsung nemplok saja di punggung Pak Su. Beberapa TPS dikunjungi. Sambil mengelap keringat, Mak bilang, "Pak serasa kita habis keliling dunia ya. Kecamatan kita luas juga". Ahhh Mak memang belum tahu banyak seluk beluk daerahnya sendiri.





Permenpanrb no. 21 tahun 2024

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru. https://drive.google.com/file/d/1rd2qYU...