Resume ke-11
MENGGALI INFORMASI TENTANG PENERBIT MAYOR
Jumat, 30 April 2021 kembali kita
belajar menulis bersama dalam Pelatihan Menulis gelombang 18. Tema yang akan
dibahas sama dengan hari Rabu kemarin yakni tentang penerbit mayor. Hanya Narasumber
yang memberikan materi yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni.
Beliau adalah Direktur Penerbit ANDI, Ketua I, IKAPI DIY, Penulis buku,
bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP.
Sedangkan moderatornya adalah Bunda
Rita Wati, S.Kom.
Bahasan tentang
seluk beluk penerbit mayor bagi penulis pemula sungguh sangat menarik. Apalagi
narasumber yang memaparkannya adalah orang nomor satu pada penerbit mayor.
Informasi dan ilmu akan sangat bermanfaat bagi pemula. Sebelumnya saya ucapkan
Terimakasih kepada Bapak Joko Irawan Mumpuni yang telah berkenan berbagi
ilmunya.
Untuk lebih mengenal
narasumber, ini CV Bapak Joko Irawan Mumpuni.
Nah Materinya
lebih spesifik tentang Menulis Buku Yang Diterima Penerbit.
Materinya disampaikan dalam Voice Note dan Slide di Grup WA Belajar Menulis
Gelombang 18.
MATERI
POKOK
Menulis buku yang diterima penerbit adalah materi yang
sangat penting bagi penulis pemula. Mengapa ini penting? Karena jika kita sudah
mulai menulis atau menghasilkan sebuah tulisan terutama buku. jika tidak
diterima penerbit itu akan sia-sia. Jika bisa menerbitkan buku yang menembus
penerbit Mayor, itulah menunjukkan keberhasilan yang akan kita raih dalam
pelatihan ini. Tujuannya nanti peserta bisa memperhatikan apa syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar naskah bisa tembus di penerbit Mayor seperti Penerbit Andi.
Diagram Produk Buku Di Pasar
Jika
dilihat di pasaran, produk buku itu ada dua kategori. Ini ada diagram yang bisa
ditelaah bersama. Kategori Buku itu
dibuat diagram yang seperti sirip ikan. Ada dua kategori yakni Buku teks dan
buku non teks. Buku teks dibagi menjadi dua kelompok besar lagi yaitu Bupel
singkatan dari buku pelajaran dan buku Perti yaitu singkatan dari buku
perguruan tinggi. Buku pelajaran (bupel) dibagi menjadi dua yakni eksak dan non
eksak. Bupel biasanya pembagiannya bukan seperti buku perguruan tinggi tetapi
pembagiannya berdasarkan kelas PAUD SD SMP SMA dan SMK. Sedangkan bagian bawah
itu yakni buku fiksi dan nonfiksi. Banyak sekali jenisnya, misalnya fiksi
populer buku-buku petunjuk praktis masak dan lain sebagainya. Kita tinggal
pilih, mau milih nulis buku yang masuk kategori mana.
Ini adalah buku teks pelajaran atau cukup kita sebut bupel.
Kita bisa menulis tingkat apa saja terserah itu pilihan kita mengajar dimana.
Sedangkan kategori buku perguruan tinggi dibagi dua buku dan guru boleh
sekarang yang sudah S2 dan S3 menulis untuk mahasiswa. Dibawah ini ada contoh
gambar
Buku yang ditunjukkan di atas adalah contoh buku-buku yang
diterbitkan berdasarkan penulisnya. Gambar yang pertama yang berjudul internet
itu adalah 1 buku ditulis oleh satu penulis. Buku yang kedua adalah 1 judul
buku ditulis oleh lebih dari satu penulis. Jadi boleh satu judul buku penulis
lebih dari satu penulis. Buku yang ketiga yaitu buku yang diterbitkan kerjasama
dengan banyak Lembaga. Itu ada penerbit Andi, ada ikatan penyelenggara internet
Indonesia dan lain sebagainya termasuk menkominfo. Berikutnya yang Unicorn itu
adalah buku kerjasama antara penerbit Andi dengan lembaga khusus yaitu kampus
Universitas Amikom Jakarta. Dan ada buku misalnya ini di tingkat PGRI adalah
guru menulis buku bersama.
Sebelum lebih jauh kita membahas yang lain, sekarang kita
harus jujur pada diri sendiri Kita sebetulnya sekarang sudah berada di level
mana? Paling bawah misalnya? Seharusnya tidak mungkin ya kalau paling bawah.
Untuk apa kalau tidak mau melakukan menulisnya. Kenapa ikut pelatihan ini,
berarti kan pasti ada kemauan untuk menulis atau naik paling tinggi 2. I cannot
do it. Saya nggak bisa menulis. Itu jawaban bohong tidak jujur. Kalau guru
tidak bisa menulis nggak mungkin. Semua guru tiap hari menulis. Saat mengajar
menulis, saat berkomunikasi dengan wa menulis. Waktu S1 sebelum jadi guru sudah
menulis skripsi. Jadi sebetulnya tidak ada guru yang tidak bisa menulis, yang
ada adalah guru yang malas menulis ulang. Ya tidak ada guru yang tidak bisa
menulis, yang ada malas menulis jadi kalau enggak malas pasti sudah bisa
menjadikan tulisannya jadi buku.
Gambar tentang Industri Buku
Ini penting perlu dipelajari sehingga tidak sekedar kecewa
jika naskah kita ditolak oleh penerbit terutama penerbit Mayor. Perlu disampaikan
bahwa penerbit itu adalah lembaga profitable artinya adalah lembaga atau
perusahaan yang mencari keuntungan.
Untuk apa keuntungannya?
Ya untuk bertahan, untuk menggaji pegawai yang jumlahnya mungkin
ada 600 orang dan membutuhkan gaji tiap hari, tiap bulan untuk menghidupi
keluarga masing-masing, untuk makan, menyekolahkan, teknik dan lain sebagainya.
Oleh karena penerbit harus meyakini
bahwa buku itu akan mendatangkan keuntungan Jadi kirimlah naskah-naskah yang layak ke penerbit
mayor misalnya penerbit Andi. Jika ingin diterima adalah naskah naskah yang pasti
laku di pasaran sehingga penerbit Mayor ini mau menerima naskah yang dikirimkan.
Sekarang bagaimana penulis memilih
penerbit mayor?
Penting diperhatikan adalah penerbit itu memiliki jaringan
pemasarannya nasional. Penulis harus pilih penerbit yang punya jaringan
pemasaran nasional selain harus pilih yang bisa saling bertindak jujur. Penulis
itu tidak tahu dicetak berapa bukunya, laku berapa, ini kejujurannya. Jumlah
cetakan biasanya penerbit yang harus bertindak jujur, laporannya kepada penulis
untuk bayar royalti setelah diedarkan penerbit keseluruh Indonesia.
Bagaimana proses menerbitkan buku?
Proses naskah menjadi sebuah buku yakni melalui tahapan:
Ø Penulis mengirim naskah ke penerbit
Ø Penerbit menilai naskah
Ø Penerbit menerima naskah
Ø Penerbit memberi surat pemberitahuan
permintaan softcopy
Ø Penerbit mengedit naskah (setting
dan desain cover) lalu proof penulis
Ø Penerbit melakukan koreksi manual
Ø Penerbit mencetak buku
Ø Penerbit mendistribusikan buku
Penulis harus tahu ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai
supaya tidak menyesal, merasa ditipu karena banyak yang mengaku penerbit
mencari naskah sebetulnya mereka ini bukan penerbit. Tetapi hanya broker naskah,
hanya bertindak sebagai broker naskah jadi jual beli naskah kemudian mereka
jual kembali ke Penerbit. Misalnya naskah dibeli satu juta kemudian kerjasama
dengan penerbit Andi brokernya ini dengan sistem royalti kalau judulnya bagus
nilainya bagus 6 bulan pertama sudah lebih dari 1 juta. Itu kerugian dari
penulis yang menyerahkan ke broker. Itu baru dari sisi finansial. Bagaimana
kalau guru atau dosen dengan naskah-naskah yang diterbitkan itu nama penulisnya
nggak dicantumkan sebagai penulis aslinya.
Apa yang harus diperhatikan dalam
memilih penerbit?
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
Ø Memiliki visi misi yang jelas
Ø Memiliki bussines core lini produk
tertentu
Ø Pengalaman penerbit
Ø Jaringan pemasaran (pilihlah
penerbit yang memiliki jaringan pemasaran nasional)
Ø Memiliki percetakan sendiri
Ø Keberanian mencetak jumlah eksemplar
Ø Kejujuran dalamp pembayaran royalty
Apa yang diperoleh seorang penulis jika
naskahnya diterima penerbit mayor?
Setelah penulis berhasil tulisannya diterima penerbit Mayor setidaknya
ada empat hal yang akan diterima penulis yaitu kepuasan, reputasi, karir, dan
uang.
Bagaimana Sistem penilaian di
penerbitan?
Gambar ini menunjukkan sistem penilaian di penerbitan. Sistem
penilaian di penerbitan. Mengapa ada naskah yang ditolak, mengapa ada yang
diterima. Penilaiannya berupa editorial, peluang potensi pasar, kelimuan, dan
reputasi penulis. Yang paling mempengaruhi adalah peluang potensi pasar.
Ada
empat kategori naskah yang akan diterbitkan :
1.
Tema tak populer, penulis populer
2.
Tema populer, penulis populer
3.
Tema populer, penulis tidak populer
4.
Tema tak populer, penulis tak populer
Dari
keempat kategori tersebut, sudah pasti untuk yang poin keempat, tidak akan
diterima oleh penerbit. Sarannya untuk penulis pemula, sebaiknya menulis dengan
tema yang populer. Tema yang diambil sebaiknya tema popular, yaitu tema
yang sedang ngetrend saat ini, dan tidak hanya pada saat ini,
tetapi selamanya. Cara melihatnya dengan menggunakan google trend.
Kita tinggal mengetikkan saja tema yang kita cari. Nanti akan ada hasilnya
ditampilkan dalam bentuk grafik. Di google trend juga bisa untuk membandingkan
dua judul.
Kategori penulis, pengaruh produktivitas dan kualitas.
1. Penulis berpikir idealis
Yakni penulis berfikir idealis yang menulis tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar, tidak begitu suka dengan campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak begitu dipentingkan, dan kesempurnaan sebuah karya lebih penting daripada produktifitas.
2. Penulis berpikir industrialis
Penulis berfikir industrialis adalah penulis yang menulis dengan sangat memperhatikan kebutuhan pasar, terbuka dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain, imbalan finansial merupakan tujuan utama, terkadang kesempurnaan karya tidak lebih penting dari pada produktifitas.
3. Penulis berpikir idealis
industrialis
Penulis berfikir
idealis-industrialis adalah penulis yang tetap memperhatikan kebutuhan pasar,
namun tetap berani ambil sikap yang berbeda dengan kebanyakan penulis lain,
meskipun terbuka terhadap masukan orang lain, tetap mempunyai pendirian yang
kokoh, imbalan finansial memang penting, namun tetap memperhatikan kualitas,
keseimbangan antara kesempurnaan karya dan produktifitas. Yang paling disukai
penerbit adalah penulis yang idealis sekaligus industrialis.
PERTANYAAN
DAN TANGGAPAN
Pertanyaan:
Langkah
awal apa yang harus kita tempuh untuk menerbitkan buku solo dari kumpulan puisi-puisi
dan cerpen?
Jawaban:
Jika
ingin menerbitkan buku semacam ini langkah awalnya adalah diterbitkan secara individu.
Ini dibiayai sendiri atau diterbitkan berupa ebook jika tidak memberatkan.
Sehingga siapa tahu dari buku pertama ini dibaca banyak orang. dan ternyata disukai.
Nanti bisa menerbitkan kumpulan puisi yang kedua di mana sudah ada pasarnya.
Pertanyaan:
Apakah
penerbit menerima naskah buku autobiografi?
Jawaban:
Buku
autobiografi tergantung autobiografinya. Nanti akan dipelajari skala pasarnya. Nah
kalau itu Tokoh nasional yang punya penggemar, biasanya penerbit berani
menerbitkan. Kalau tokoh nasional yang tidak punya pasarnya, penerbit pasti pikir-pikir
dulu. Apalagi autobiografi yang bukan berupa tokoh. Hanya jangan khawatir tidak
hanya penerbit Andi, banyak pula itu penerbit lain dengan senang hati menerbitkan
buku biografi itu. Kalau menulis
autobiografi dari autobiografi kita sendiri sarannya adalah jangan pakai judul
autobiografi, karena dari judul biografi orang mempertanyakan siapa kita. Maka
pakailah judul-judul yang inspiratif walaupun isinya sebetulnya adalah
autobiografi atau pengalaman pribadi kita.
Pertanyaan:
Apakah
buku itu masih akan laku di era digital sekarang ini?
Jawaban:
Kalau
mindset kita, namanya buku harus cetak kertas maka buku itu tidak mempunyai masa
depan. Tetapi kalau kita bicara soal buku-buku mencakup tidak hanya cetak
tetapi juga digital maka sesuai dalam undang-undang yang baru di Indonesia bisa
buku dicetak dan buku digital. Intinya konten-kontendalam buku itu nggak pernah
mati, dan pasti ada dibutuhkan oleh manusia.
Pertanyaan:
Apa
kiat-kiat khusus dari bapak bagi kami guru penulis pemula untuk bisa membuat
naskah yang bisa tembus di penerbit mayor?
Jawaban:
Sebagai
pemula supaya bagus di penerbit Mayor, jangan terlalu rendah, walaupun pemula
jika memiliki naskah bagus pasti langsung diterima. Misalnya bagus karena
banyak informasi-informasi kebaruannya yang terkini. Buku yang sesuai dengan
Kurikulum yang terbaru misalnya. Atau buku yang sesuai dengan zaman sekarang
ini. Buku-buku yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang itu.
Pertanyaan:
Bagaimana
cara menentukan tema yang laris di pasaran?
Jawaban:
Tadi
kan ada dua yaitu adalah temanya sesuai dengan trend yaitu dari Google trend. Yang
membuat laris berikutnya adalah penulisnya popular. Jika merasa belum populer
maka harus kerja keras membuat buku yang dibutuhkan dan yang sedang ngetren
saat ini.
Pertanyaan:
Disaat
pandemi sekarang ini apakah ada dampak dipenerbit, jika ada bagaimana cara
mengatasinya? (Para siswa/mahasiswa sekarang lebih banyak belajar lewat e-book
atau lewat tutorial)
Jawaban:
Dampak
pasti ada. Dampaknya masih ada buku cetakan semakin tidak laku. Banyak
buku-buku populer yang harus dijual melalui toko itu tutup. Jadi penjualannya
sekarang ada dua jalur, yakni jalur toko buku dan jalur direct selling. Sekarang
itu yang laris melalui direct selling dengan toko buku online, seperti melalui
Tokopedia dan shopee. Kalau kita lihat penerbitan Andi, ada ribuan yang dipilih
melalui online ini.
Pertanyaan:
Apa
saja tema yang harus ditulis agar bisa mewujudkan mimpi menerbitkan buku?
Jawaban:
Kembali
kepada penulis, sekarang penulis menekuni bidang apa. Itu masing-masing bidang
punya trend sendiri. Misalnya kalau bidang Informatika, yang sekarang ngetrend
tentang coding.
Pertanyaan:
Bagaimana
penerbit Andi membeli royalty pada sistem penjualan buku?
Jawaban:
Penerbit
Andi itu bekerja sama dengan semua platform yang populer di dunia. Yang paling
banyak penerbit kerjasama untuk jualan itu adalah melalui Google, Google Play.
kemudian ada juga kami kerjasama dengan moco, dengan Gramedia digital, dan
lainnya. Cara memberi Royaltinya itu tergantung perjanjian awal. Ini dilihat
potensi naskah tersebut juga, yakni potensi pasarnya. kepada siapa dijual. Atau
seperti Google play hanya bisa dibaca oleh pembaca yang membeli secara pribadi.
Model bisnis semacam ini akan mempengaruhi model bisnis pemberian royalti
kepada penulis.
Selesai
Alhamdulillah
Tanggal
pertemuan ke-12: Jumat, 30 April 2021
Resume
ke: 11
Tema:
Penerbit Mayor
Narasumber:
Bapak Joko Irawan Mumpuni
Gelombang:
18
Waah komplit sekali bunda... resumenya...mantap😊👍
BalasHapusLengkap sekali bu, sampai sesi tanya jawab 👍👍
BalasHapusDuuh bagus banget resume ibu, lengkaaap pula. Saya harus banyak belajar dari ibu😍
BalasHapusDuuh bagus banget resume ibu, lengkaaap pula. Saya harus banyak belajar dari ibu😍
BalasHapusWow.. Luar biasa Bu 👍👍
BalasHapus