Selasa, 05 Januari 2021

Selasa berbagi

 Resume Selasa Berbagi

Menulis itu Mudah.

Komunitas Lagerunal (Cakrawala Blogger Guru Nasional) sore ini menyajikan tema Menulis itu Mudah dalam acara yang telah dijadwalkan rutin pada setiap selasa pukul 3.00 WIB. Pemateri sore ini bernama bunda Aam Nurhasanah, S.Pd. dari Lebak Banten yang siap berbagi pengalamanya dalam hal tulis menulis. Beliau saat ini bertugas sebagai Kepala Sekolah di S MPS Mathla'ul Hidayah Cipanas atau lebih beken disebut SMPS Mahida. Saya mengenalnya sebagai seorang moderator hebat, yang selalu ramah dan siap membantu. Beliau juga telah menerbitkan buku berjudul “Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat” pada bulan Agustus 2020 dan buku “Kunci Sukses Menjadi Moderator Online” pada Desember 2020 lalu.


Dalam memulai sharingnya, pemateri memberikan satu pertanyaan yang menarik peserta memberikan berbagai respon, karena pertanyaannya bersipat terbuka juga tergantung kepada pendapat setiap orang yang berbeda. Mau tahu pertanyaannya?

Mengapa saya buat tema ini?

Tuh kan? Peserta diminta untuk menebak jawaban ini, karena pakai kata saya hi hi hi

Jawaban dari peserta tentu bervariatif, ahhh betul bikin penasaran. Ternyata jawaban peserta, biar gak takut untuk nulis; agar awet muda (benarkah pak Indra Keren? yang pasti tuh agar awet nama, karena orang akan mengenang nama kita); Supaya pede dengan tulisan kita; Biar lebih keren; Supaya orang tertarik untuk menulis; Agar menulis bukan menjadi momok (jawaban Pak Sucipto Ardi bikin tersenyum ini karena menggunakan kata ambigu, momok kalau orang sunda di daerah Sukabumi artinya mahkota yang hanya dimiliki perempuan lho, tempat keluar si buah hati kita hi hi hi).

Jawaban-jawaban lainnya juga bagus sesuai dengan latar belakang peserta kayaknya. Misalnya Biar gak alergi nulis; Biar semangat nulis; Merasa suka minder dengan tulisan; Karena setiap orang memang bisa menulis (Ini saya sangat setuju, karena keterampilan menulis jika dilatih akan sama seperti kita memiliki kemampuan berbicara). Ini juga saya setuju bahwa Dengan menulis mengukir sejarah, dan mengabadikan jejak; juga mengungkapkan yang tak bisa diucapkan.

Luar biasa jawaban dari peserta … jempol ya.

Pertanyaan berikutnya dari pemateri adalah:

Adakah hal yang bapak ibu sukai atau yang dikuasai???

Wah ini jawabannya juga bervariasi tergantung hobi dan background peserta, ada yang suka menulis cerita, sejarah, menyukai alam dan jalan-jalan, bahkan bincang-bincang atau ngerumpi, momong anak, atau bahkan suka dengan siswa yang sering curhat jadi penulis tempat curhatnya, setra merawat bunga.

Pendapat pemateri ialah apapun yang kita sukai atau yang kita kuasai akan lebih baik kalau dituliskan misalnya dituliskan di blog. Pendapatnya, ‘tulislah apa yang sukai dan kuasai. Mulailah dari hal kecil itu secara terus menerus. Jangan takut mencoba dan jangan takut salah. Tidak ada hal yang instan. Semua butuh proses. Jadi, tanamkan mindset di benak kita, tidak ada hal yang sulit selama kita mau belajar. Menulis itu butuh keterampilan. Keterampilan akan terasah jika kita melakukannya setiap hari. Jangan menunggu waktu luang, tapi luangkanlah waktu untuk menulis.

Materi yang luar biasa… memotivasi kita sebagai peserta.

Tantangan menulis diberikan oleh pemateri dengan disajikan gambar bunga melati yang indah. Wah para peserta antusias juga membuat tulisan dadakan dari apa yang dilihat nya. Contoh tulisan dari seorang peserta yang aktif menuliskan dari apa yang dilihatnya, Mohon ijin Pak D Susanto ya tulisannya (Aku suka tulisannya).

Bau Melati

Oleh: D Susanto

Melati itu bunga yang baunya menakutkan. Setiap kali aku berjalan di malam gelap dan mencium bau melati, pasti hatiku berdebar. Aku merasa ada seseorang yang tidak kasat mata mengawasi.

Seperti malam ini. Aku terpaksa berjalan kaki ke rumah Neng Aam. Seperti biasa, sebagai pemuda saya ikut bersama anggota Karang Taruna membantu rekan yang hajatan. Neng Aam, sahabat dan tetanggaku akan menikah. Kami bergotong royong merias panggung dan kelaminan. Berbagai bentuk hiasan janur dipasang. Tidak lupa bunga-bunga segar dan buah-buahan. Bunga melati perlambang kesucian tidak ketinggalan. Baunya harum, kata teman-teman perempuan.

Tanpa kuketahui, Yusni mengambil segenggam. Ia memasukkan ke kantong baju batikku yang berlengan panjang. Ya, aku pemuda lajang yang berpenampilan dewasa. Suka berkemeja batik seperti Pak Indra. Guru SD yang dua tahun lagi pensiun.

"Manto tu, paling takut bau melati, loh!" kata Yusni tiba-tiba.

Aku terkejut. Andai ada cermin untuk berkaca, barangkalai wajahku merah merona. Menahan malu.

"Ah, siapa bilang? Melati itu 'kan bunga suci," timpalku beralasan.

Padahal dalam hati mulai merayap rasa takut. Degup jatungku pun mulai tidak beraturan.

"Hmm.... Neng, kayaknya hari udah agak larut. Saya pulang dulu, yah!" kata saya kepada calon pengantin perempuan.

"O, iya. Makasih ya, Tok. Yus, kamu nggak nemenin Manto pulang, tuh?" goda Aam.

"Huh, bisa diculik nggak diantar pulang ntar. Hati-hati ya, Tok. Lewat bawah randu di ujung jalan suka ada bau yang aneh-aneh," kata Yusni setengah meledek dan menakuti.

"Huh. Aku lelaki, Yus. Enak, aja!" kataku memberanikan diri.

Aku pun melangkah pulang. Rumah-rumah para tetangga sudah banyak yang tutup pintunya. Kulhat jam di tangan.

"Pantas, sudah jam sebelas,"gumamku dalam hati.

Melewati rumah Pak Haji Cipto, langkah kupercepat. Tidak ada lagi rumah menuju pertigaan jalan. Apalagi sesudahnya ada pekarangan. Di sana berdiri tegak pohon kapuk randu tua seperti dikatakan Yusni tadi.

Benar saja, mendekati pohon randu, bau melati mulai tercium. Lama-lama semakin menyengat. Lampu jalan di depan rumah Haji Cipto sudah tidak mampu lagi menerangi jalan di pekarangan ini.

"Dug...dug...dug...," jantungku berirama cepat berdegub.

Hidungku kembang kepis. Dadaku naik turun. Pikiran pun membayangkan yang aneh-aneh. Bau bunga melati pun semakin tajam. Ingin rasanya berlari. Tetapi rasa malu sebagai lelaki yang dua tahun lagi kepengin berbini menahan keinginan itu. Apalgi jalan bebatuan pasti akan menimbulkan bunyi kemeratak. Jika didengar Yusni, bisa habis kejantananku di mata gadis tomboy itu.

"Ya, Allah. Kuatkan hamba. Jauhkan aku dari hantu," doaku lirih.

Bau melati semakin kuat ketika badanku tepat di bawah pohon kapuk randu tua itu. Badanku gemetar. Perasaan takut menjadi-jadi. Persetan dengan kejantanan. Aku harus lari hingga ke pertigaan jalan.

"Ada apa, Jang?" tanya Mang Ujang penjual siomay ketika kami berpapasan.

"Oh, Mang Ujang. Gak papa, Mang!" sambil menghentikan langkahku malu-malu kujawab pertanyaan Mang Ujang. Napasku yang masih ngos-ngosan kutahan.

Dua ratus meter lagi aku sampai rumah. Yang mengherankan, bau melati semain semerbak. Tetapi anehnya, perasaan takut mulai surut.

Sampai di rumah, aku berganti baju. Ketika baju batik itu kulepas, tiba-tiba berhamburan bunga melati dari kantong sebelah kanan.

Ingatanku ku pun kembali ke atas panggung. 

"Kampret, ini pasti kelakuan, Yusni. Awas, ya!" kataku geram.

Sambil memakai kaos Lagerunal, aku nyengir kuda.

"Huh, ternyata hanya bau. Tidak ada hubungannya dengan hantu."

 

https://blogsusanto.com/2021/01/05/bau-melati/ 


Cerpen dadakan karya Pak D Sus.

Sementara tulisan dadakan yang aku buat juga masih asal nulis dulu saja yang terpenting sesuai dengan yang diperintahkan pemateri yakni 3 paragraf yang terdiri ada pendahuluan, isi, dan penutup. Ini tulisan dadakanku Ketika melihat gambar bunga melati.

 

Melati

Oleh: E. Hasanah

Melati adalah sahabatku yang memiliki wajah cantik, putih, anggun, dan banyak disukai.  Terutama disukai oleh anak ABG yang baru mulai baligh. Melati baru duduk di kelas 8 SMP, masih belia dan imut-imut.

Suatu hari Melati masuk ke kelas kesiangan. Ibu guru memperbolehkan dia masuk kelas asal duduknya di depan dekat meja bu guru. Melati menuruti saja karena tidak mau ketinggalan materi hari itu. Dia mengambil kursi dan duduk dekat bu guru. Kata bu guru, 'kamu duduk di situ dan catat ya temanmu yang aktif dalam diskusinya'. Eh rupanya bu guru tidak bisa memperhatikan diskusi siswanya karena ada tamu. Jadilah Melati berperan sebagai guru dadakan untuk mengganti keterlambatannya.

Hari itu Melati benar-benar belajar terasa mengesankan karena berperan sebagai guru yang disukai teman2nya.

Entah betul atau tidak?

   Sebagai penutup kegiatan ini yang akan diingat adalah kutipan dari pemateri yang beliau dapatkan dari Om Jay kalimat penyemangat adalah “Gajah mati meninggalkan gading, blogger mati meninggalkan posting” maka "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi."

 

Thanks.

4 komentar:

Siap Asesmen Madrasah

 ASESMEN MADRASAH TP 2023-2024         Di bawah ini disajikan prosedur operasional standard (POS) asesmen madrasah tahun pelajaran 2023-2024...