Resume Selasa Berbagi
Menulis
itu Mudah.
Komunitas
Lagerunal (Cakrawala Blogger Guru Nasional) sore ini menyajikan tema Menulis
itu Mudah dalam acara yang telah dijadwalkan rutin pada setiap selasa
pukul 3.00 WIB. Pemateri sore ini bernama bunda Aam Nurhasanah, S.Pd. dari
Lebak Banten yang siap berbagi pengalamanya dalam hal tulis menulis. Beliau
saat ini bertugas sebagai Kepala Sekolah di S MPS Mathla'ul Hidayah Cipanas
atau lebih beken disebut SMPS Mahida. Saya mengenalnya sebagai seorang moderator
hebat, yang selalu ramah dan siap membantu. Beliau juga telah menerbitkan buku berjudul
“Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat” pada bulan Agustus 2020 dan buku “Kunci
Sukses Menjadi Moderator Online” pada Desember 2020 lalu.
Dalam memulai sharingnya,
pemateri memberikan satu pertanyaan yang menarik peserta memberikan berbagai
respon, karena pertanyaannya bersipat terbuka juga tergantung kepada pendapat
setiap orang yang berbeda. Mau tahu pertanyaannya?
Mengapa saya
buat tema ini?
Tuh kan? Peserta diminta
untuk menebak jawaban ini, karena pakai kata saya hi hi hi
Jawaban dari
peserta tentu bervariatif, ahhh betul bikin penasaran. Ternyata jawaban peserta,
biar gak takut untuk nulis; agar awet muda (benarkah pak Indra Keren? yang pasti
tuh agar awet nama, karena orang akan mengenang nama kita); Supaya
pede dengan tulisan kita; Biar lebih keren; Supaya orang tertarik untuk menulis;
Agar menulis bukan menjadi momok (jawaban Pak Sucipto Ardi bikin tersenyum ini
karena menggunakan kata ambigu, momok kalau orang sunda di daerah Sukabumi
artinya mahkota yang hanya dimiliki perempuan lho, tempat keluar si buah hati
kita hi hi hi).
Jawaban-jawaban
lainnya juga bagus sesuai dengan latar belakang peserta kayaknya. Misalnya Biar
gak alergi nulis; Biar semangat nulis; Merasa suka minder dengan tulisan; Karena
setiap orang memang bisa menulis (Ini saya sangat setuju, karena
keterampilan menulis jika dilatih akan sama seperti kita memiliki kemampuan
berbicara). Ini juga saya setuju bahwa Dengan menulis mengukir sejarah, dan mengabadikan
jejak; juga mengungkapkan yang tak bisa diucapkan.
Luar biasa jawaban
dari peserta … jempol ya.
Pertanyaan
berikutnya dari pemateri adalah:
Adakah
hal yang bapak ibu sukai atau yang dikuasai???
Wah ini jawabannya
juga bervariasi tergantung hobi dan background peserta, ada yang suka menulis cerita,
sejarah, menyukai alam dan jalan-jalan, bahkan bincang-bincang atau ngerumpi, momong
anak, atau bahkan suka dengan siswa yang sering curhat jadi penulis tempat
curhatnya, setra merawat bunga.
Pendapat pemateri ialah
apapun yang kita sukai atau yang kita kuasai akan lebih baik kalau dituliskan
misalnya dituliskan di blog. Pendapatnya, ‘tulislah apa yang sukai dan kuasai.
Mulailah dari hal kecil itu secara terus menerus. Jangan takut mencoba dan
jangan takut salah. Tidak ada hal yang instan. Semua butuh proses. Jadi,
tanamkan mindset di benak kita, tidak ada hal yang sulit selama kita mau
belajar. Menulis itu butuh keterampilan. Keterampilan akan terasah jika kita
melakukannya setiap hari. Jangan menunggu waktu luang, tapi luangkanlah waktu
untuk menulis.
Materi
yang luar biasa… memotivasi kita sebagai peserta.
Tantangan menulis diberikan
oleh pemateri dengan disajikan gambar bunga melati yang indah. Wah para peserta
antusias juga membuat tulisan dadakan dari apa yang dilihat nya. Contoh tulisan
dari seorang peserta yang aktif menuliskan dari apa yang dilihatnya, Mohon ijin
Pak D Susanto ya tulisannya (Aku suka tulisannya).
Bau
Melati
Oleh:
D Susanto
Melati
itu bunga yang baunya menakutkan. Setiap kali aku berjalan di malam gelap dan
mencium bau melati, pasti hatiku berdebar. Aku merasa ada seseorang yang tidak
kasat mata mengawasi.
Seperti
malam ini. Aku terpaksa berjalan kaki ke rumah Neng Aam. Seperti biasa, sebagai
pemuda saya ikut bersama anggota Karang Taruna membantu rekan yang hajatan.
Neng Aam, sahabat dan tetanggaku akan menikah. Kami bergotong royong merias
panggung dan kelaminan. Berbagai bentuk hiasan janur dipasang. Tidak lupa
bunga-bunga segar dan buah-buahan. Bunga melati perlambang kesucian tidak
ketinggalan. Baunya harum, kata teman-teman perempuan.
Tanpa
kuketahui, Yusni mengambil segenggam. Ia memasukkan ke kantong baju batikku
yang berlengan panjang. Ya, aku pemuda lajang yang berpenampilan dewasa. Suka
berkemeja batik seperti Pak Indra. Guru SD yang dua tahun lagi pensiun.
"Manto tu,
paling takut bau melati, loh!" kata Yusni tiba-tiba.
Aku terkejut.
Andai ada cermin untuk berkaca, barangkalai wajahku merah merona. Menahan malu.
"Ah, siapa
bilang? Melati itu 'kan bunga suci," timpalku beralasan.
Padahal dalam
hati mulai merayap rasa takut. Degup jatungku pun mulai tidak beraturan.
"Hmm....
Neng, kayaknya hari udah agak larut. Saya pulang dulu, yah!" kata saya
kepada calon pengantin perempuan.
"O, iya.
Makasih ya, Tok. Yus, kamu nggak nemenin Manto pulang, tuh?" goda Aam.
"Huh, bisa
diculik nggak diantar pulang ntar. Hati-hati ya, Tok. Lewat bawah randu di
ujung jalan suka ada bau yang aneh-aneh," kata Yusni setengah meledek dan
menakuti.
"Huh. Aku
lelaki, Yus. Enak, aja!" kataku memberanikan diri.
Aku pun
melangkah pulang. Rumah-rumah para tetangga sudah banyak yang tutup pintunya.
Kulhat jam di tangan.
"Pantas,
sudah jam sebelas,"gumamku dalam hati.
Melewati
rumah Pak Haji Cipto, langkah kupercepat. Tidak ada lagi rumah menuju pertigaan
jalan. Apalagi sesudahnya ada pekarangan. Di sana berdiri tegak pohon kapuk
randu tua seperti dikatakan Yusni tadi.
Benar
saja, mendekati pohon randu, bau melati mulai tercium. Lama-lama semakin
menyengat. Lampu jalan di depan rumah Haji Cipto sudah tidak mampu lagi
menerangi jalan di pekarangan ini.
"Dug...dug...dug...,"
jantungku berirama cepat berdegub.
Hidungku
kembang kepis. Dadaku naik turun. Pikiran pun membayangkan yang aneh-aneh. Bau
bunga melati pun semakin tajam. Ingin rasanya berlari. Tetapi rasa malu sebagai
lelaki yang dua tahun lagi kepengin berbini menahan keinginan itu. Apalgi jalan
bebatuan pasti akan menimbulkan bunyi kemeratak. Jika didengar Yusni, bisa
habis kejantananku di mata gadis tomboy itu.
"Ya,
Allah. Kuatkan hamba. Jauhkan aku dari hantu," doaku lirih.
Bau
melati semakin kuat ketika badanku tepat di bawah pohon kapuk randu tua itu.
Badanku gemetar. Perasaan takut menjadi-jadi. Persetan dengan kejantanan. Aku
harus lari hingga ke pertigaan jalan.
"Ada apa,
Jang?" tanya Mang Ujang penjual siomay ketika kami berpapasan.
"Oh, Mang
Ujang. Gak papa, Mang!" sambil menghentikan langkahku malu-malu kujawab
pertanyaan Mang Ujang. Napasku yang masih ngos-ngosan kutahan.
Dua
ratus meter lagi aku sampai rumah. Yang mengherankan, bau melati semain
semerbak. Tetapi anehnya, perasaan takut mulai surut.
Sampai
di rumah, aku berganti baju. Ketika baju batik itu kulepas, tiba-tiba
berhamburan bunga melati dari kantong sebelah kanan.
Ingatanku ku
pun kembali ke atas panggung.
"Kampret,
ini pasti kelakuan, Yusni. Awas, ya!" kataku geram.
Sambil memakai
kaos Lagerunal, aku nyengir kuda.
"Huh,
ternyata hanya bau. Tidak ada hubungannya dengan hantu."
Cerpen dadakan
karya Pak D Sus.
Sementara
tulisan dadakan yang aku buat juga masih asal nulis dulu saja yang terpenting
sesuai dengan yang diperintahkan pemateri yakni 3 paragraf yang terdiri ada
pendahuluan, isi, dan penutup. Ini tulisan dadakanku Ketika melihat gambar
bunga melati.
Melati
Oleh:
E. Hasanah
Melati adalah
sahabatku yang memiliki wajah cantik, putih, anggun, dan banyak disukai. Terutama disukai oleh anak ABG yang baru
mulai baligh. Melati baru duduk di kelas 8 SMP, masih belia dan imut-imut.
Suatu hari Melati
masuk ke kelas kesiangan. Ibu guru memperbolehkan dia masuk kelas asal duduknya
di depan dekat meja bu guru. Melati menuruti saja karena tidak mau ketinggalan
materi hari itu. Dia mengambil kursi dan duduk dekat bu guru. Kata bu guru,
'kamu duduk di situ dan catat ya temanmu yang aktif dalam diskusinya'. Eh
rupanya bu guru tidak bisa memperhatikan diskusi siswanya karena ada tamu.
Jadilah Melati berperan sebagai guru dadakan untuk mengganti keterlambatannya.
Hari itu Melati
benar-benar belajar terasa mengesankan karena berperan sebagai guru yang
disukai teman2nya.
Entah betul atau tidak?
Sebagai penutup kegiatan ini
yang akan diingat adalah kutipan dari pemateri yang beliau dapatkan dari Om Jay
kalimat penyemangat adalah “Gajah mati meninggalkan gading, blogger mati
meninggalkan posting” maka "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang
Terjadi."
Thanks.
Terima kasih, Bu, sudah berkenan membagikan tulisan saya.
BalasHapusMantul sekali bunda. Semangat terus yaa
BalasHapusKeren ya tulisannya...langsung jadi...
BalasHapusCakeeeppp
BalasHapusLengkap resumenya.